Bab 615
Nindi melirik sekilas ke arah Yanisha,
meskipun sebenarnya ia tidak terlalu membutuhkan bantuan wanita itu.
Namun, ia merasa senang karena
Yanisha tidak terpedaya oleh tipu muslihat keluarga Lesmana. Itu sudah cukup
bagus.
Darren mengernyitkan alisnya.
"Yanisha, Sania 'kan sudah minta maaf, nggak usah diperpanjang lagi, ya.
Yanisha menatap Darren dengan
ekspresi tidak percaya, ia tak habis pikir bagaimana mungkin pria itu berbicara
seperti itu.
S
Witan turut menimpali. "Nona
Yanisha, kamu 'kan nggak tahu gimana sifatnya Nindi. Bisa saja yang kamu lihat
itu palsu. Pokoknya, Sania nggak mungkin sengaja bikin orang celaka, yang ada
dia justru korbannya."
Dengan kata lain, Nindi melakukan
tindakan ini dengan tujuan agar Yanisha melihatnya.
Yanisha menatap Darren. "Kamu
juga mikir gitu?"
Darren terdiam sejenak, lalu berkata,
"Nindi memang sering bikin masalah dengan keluarga. Dulu, dia pernah
ngelakuin hal seperti ini, lebih baik kamu jangan terlalu percaya sama
dia."
Seketika itu, Yanisha merasa sangat
kecewa terhadap Darren.
Darren tampak menatapnya dengan
kesal. "Yanisha, di sini banyak orang. Tolong dong hargai aku sedikit
saja, jangan bikin masalah, oke?"
Dengan suara serak menahan tangis,
Sania berkata, "Kak Darren, jangan bertengkar sama Kak Yanisha gara-gara
aku. Ini memang bukan perbuatanku, aku pikir selama aku nurut sama Kak Yanisha
dan dia nggak marah, semuanya bakal selesai."
Yanisha memberikan tamparan kepada
Sania dengan punggung tangannya.
Witan segera menarik Sania ke
arahnya. "Nona Yanisha, jangan seenaknya mukul orang tanpa sebab gitu
dong!"
"Kalau mau mukul ya mukul saja,
harus banget nunggu punya alasan, ya?" tanya Yanisha.
Yanisha akhirnya tak kuasa menahan
dirinya. "
Darren, kalau kamu segitunya belain
Sania, terserah, nanti aku tinggal bilang ke Bibi Martha supaya batalin
pertunangan kita, Mending kamu nikah dan hidup selamanya sama perempuan licik
itu deh!"
Melihat kejadian itu, Nindi merasa
Yanisha semakin membuatnya tertarik.
Yanisha akhirnya menghampiri Nindi
dan meraih tangannya. "Ayo pergi."
"Kalian nggak boleh pergi! Kak
Darren, kamu tega lihat Sania diperlakuin kayak gini? Kita ini 'kan
keluarga!" ucapnya.
Witan membentak Darren dengan penuh
amarah.
Seketika itu, Darren merasa dirinya
berada dalam situasi yang rumit, sebab kini ia tidak bisa menyinggung keluarga
Ciptadi.
Darren menunjukkan ekspresi dingin,
ia menarik Sania ke arahnya, dan berkata dengan suara berat. " Minta
maaf."
Witan mengangkat kepalanya dan
menatap Yanisha. "Kamu dengar nggak? Kak Darren suruh kamu minta
maaf."
Yanisha mengernyitkan alisnya.
"Darren, kamu serius?"
Darren berbalik dan menatap Sania.
"Kubilang minta maaf, nggak dengar, ya?"
Kali ini giliran Sania yang terlihat
begitu terkejut." Kak Darren, aku 'kan nggak salah apa-apa."
Kenapa ia harus minta maaf?
Kenapa ia harus menurut perkataan
Yanisha?
Darren merendahkan suaranya dan
berkata kepada Sania. "Keluarga Lesmana nggak boleh cari masalah sama
keluarga Ciptadi. Kalau kamu nggak mau kita bangkrut dan jatuh miskin, minta
maaf sekarang juga!"
Sudah jelas, Yanisha jauh lebih akrab
dengan Nindi, pasti wanita itu sengaja melakukannya!
Karena kesal, air mata Sania pun
akhirnya tumpah. Witan yang berada di sebelahnya berkata, "Sania, kita
pergi saja ya! Nggak usah minta maaf, toh Kak Darren juga nggak bisa
ngapa-ngapain kamu."
Sania hanya terpaku di tempatnya.
Bagaimanapun, Witan hanyalah seorang
pecundang. Ia hanya pandai membual, tanpa memiliki kemampuan nyata.
Jika ia pergi dari sana sekarang,
mungkinkah masih ada kesempatan baginya kembali ke perusahaan dan bergabung
dengan proyek AI?
Mengingat sifat Darren, itu jelas
mustahil.
Sania teringat akan rencana yang
telah dirancang bersama ayahnya. Ia hanya dapat menahan rasa kesal dan
memendamnya. Kemudian, ia mengangkat kepala dan menatap Nindi serta Yanisha.
"Aku minta maaf."
"Kamu belum ngaku kalau hari itu
sengaja numpahin anggur merah," ujar Yanisha dengan nada dingin.
"Maaf, aku memang sengaja
numpahin ke gaunku sendiri, ini bukan salah Kak Nindi. Aku takut banget, makanya
salah ngomong," ucap Sania.
Sania jelas tidak akan mengakui bahwa
dirinya melakukannya dengan sengaja.
Perilakunya membuat Yanisha geram,
dasar perempuan licik menyebalkan!
Nindi menarik tangan Yanisha dengan
lembut. "Ayo kita pergi."
Setelah Yanisha pergi, ia berkata
dengan sedikit kesal. "Aku belum selesai ngomong, tahu!"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: