Membakar Langit ~ Bab 1585

Bab 1585

 

Harriet menatap punggung Adriel yang terus melaju ke depan. Sambil menggertakkan giginya, Harriet pun mengikuti Adriel.

 

Pertempuran ini sangat berbahaya. Ada terlalu banyak genius muda yang berkumpul di Gunung Timbaran, yang menarik perhatian dunia. Genius muda mana yang tidak ingin menggemparkan dunia melalui kesempatan pertempuran kali ini ...

 

Harriet merasa sangat khawatir. Adriel mungkin memang bisa menggemparkan dunia dalam pertempuran tersebut. Namun, yang lebih mungkin lagi, Adriel juga akan tewas dalam pertempuran itu.

 

Harriet pun segera menelepon Nyonya Freya dan dengan cemas memberitahukan semua yang terjadi.

 

Namun, setelah mendengarkan semua itu, Nyonya Freya terdiam untuk waktu yang lama.

 

Tepat di saat Harriet sudah tidak sabar lagi, Nyonya Freya tiba-tiba bertanya kepadanya, "Apa kamu menyukai Adriel?"

 

"Hah?"

 

Harried langsung menjadi bingung. Otaknya langsung mencernanya. Aku menyukai adikku sendiri?

 

Aku membantu Adriel murni karena cinta dan perhatian kakak pada adiknya.

 

Akan tetapi, Nyonya Freya hanya menghela napas pelan. Setelah mengatakan, "Aku mengerti."

 

Nyonya Freya pun menutup teleponnya.

 

Di sisi lain.

 

Nyonya Freya tengah berdiri di tepi lembah yang tersembunyi. Di dalam lembah tersebut mengalir darah encer yang begitu pekat. Bau darah tersebut tercium menusuk hidung dan begitu menakutkan.

 

Seekor burung terbang melintas di atas langit di lembah tersebut. Tiba-tiba, burung tersebut mengeluarkan tangisan yang menyedihkan dan jatuh ke dalam darah encer tersebut. Seketika itu juga, burung tersebut langsung berubah menjadi tulang yang kering.

 

Di dalam darah encer tersebut, terdapat beberapa mayat yang terapung juga tenggelam. Pakaian mereka sudah tua dan usang. Sepertinya, mereka sudah mati di tempat ini selama bertahun-tahun.

 

Namun, meski sudah bertahun-tahun, mayat mereka tidak membusuk. Tubuh semacam ini hanyalah tubuh yang bisa dimiliki oleh master langit tingkat tinggi.

 

Yang aneh adalah, di tengah-tengah darah encer tersebut terdapat sebuah pohon kecil yang mengapung, dengan buahnya yang berwarna merah di atasnya. Seakan-akan, pohon tersebut tidak hidup dari tanah, melainkan berakar di dalam darah encer tersebut.

 

Kemudian, terdengar suara orang tua yang agak acuh tak acuh dan lemah dari dasar darah encer tersebut. "Apa kamu nggak sengaja menerobos datang kemari?"

 

"Pohon Dendam Darah memang menggoda. Tapi, aku sarankan padamu untuk nggak coba-coba masuk ke darah encer. Cepat bantu aku untuk segera pergi ke Sekte Surgawi untuk melapor dan meminta bantuan. Kalau nggak, kamu akan mengalami nasib yang sama seperti mayat-mayat itu... "

 

Wajah Nyonya Freya tampak pucat. Dia mengabaikan bujukan suara tersebut dan melangkah ke dalam darah encer tersebut.

 

Suara tua itu menghela napas dalam-dalam dan tampak tidak berdaya.

 

Namun, kemudian, darah encer yang berada di depan Nyonya Freya terbagi menjadi dua sisi, seolah -olah memberi jalan untuk Nyonya Freya.

 

Kemudian, Nyonya Freya berjalan mendekati pohon yang aneh tersebut. Dia mengangkat tangannya untuk mengambil pohon kecil tersebut. Pohon kecil itu malah mengeluarkan jeritan tajam, seakan dia merupakan makhluk hidup.

 

Nyonya Freya agak mengerutkan kening. Dia mengangkat tangannya, menggores telapak tangannya, lalu menempelkannya pada pohon kecil tersebut.

 

Pohon kecil itu terus mengisap darah Nyonya Freya. Setelah beberapa saat, seakan-akan sudah kenyang, pohon kecil itu berhenti menjerit. Nyonya Freya pun memasukkannya ke dalam kantong penyimpanannya.

 

"Kamu, siapa kamu? Tingkat ilahi biasa nggak akan bisa masuk ke tempat ini, apalagi menaklukkan Pohon Dendam Darah ini."

 

Suara orang tua itu mengatakan semua itu dengan terkejut. Tiba-tiba saja, suara itu berkata dengan gembira, "Cepat selamatkan aku! Aku bisa ngasih kamu banyak imbalan."

 

Akan tetapi, Nyonya Freya meninggalkan tempat tersebut tanpa menoleh ke belakang.

 

"Aku datang kemari cuma untuk membantu putriku mendapatkan pohon ini sebagai harta sesan. Sebentar lagi, seseorang akan datang menyelamatkanmu. Bersabarlah ... "

 

Nyonya Freya pun pergi menjauh.

 

Di belakangnya, darah encer di lembah itu bergolak. Suara orang tua itu menghela napas dan berkata, Kalau begitu, cepat suruh dia datang. Aku akan kembali tertidur... Aku nggak bisa bertahan lebih lama lagi."

 

Sementara itu, di pinggiran lembah, Luiz sudah menunggu dengan cemas. Melihat Nyonya Freya datang, Luiz pun buru-buru maju untuk memberi hormat dengan terkejut.

 

"Bawa ini kembali untuk Adriel. Katakan padanya, ini bagian dari harta sesannya Harriet."

 

Nyonya Freya dengan santainya melemparkan ruang penyimpanan surgawi itu kepada Luiz.

 

"Baik ... " jawab Luiz cepat-cepat. Namun, segera setelah itu, Luiz menjadi terkejut. Itu karena dia melihat pucat di wajah Nyonya Freya tampak tidak normal.

 

"Apa Anda terluka?"

 

Luiz merasa terkejut.

 

Nyonya Freya tidak menjelaskan dan malah berkata dengan acuh tak acuh, "Pulanglah dulu. Aku akan tinggal di sini untuk menyembuhkan lukaku."

 

"Baik ... "

 

Pada saat yang bersamaan.

 

Di kaki Gunung Timbaran.

 

Adriel membawa Caesar yang tampak tersiksa menuju ke suatu tempat yang letaknya satu kilometer jauhnya dari paviliun, yang di depannya terdapat sebuah tempat pemujaan.

 

Pada titik ini, tempat pemujaaan tersebut dilindungi oleh tiga lapisan pengamanan di dalam dan luar, juga menjadi markas besar keluarga Maswa. Orang- orang keluarga Maswa memamerkan kekuatannya dengan penuh kebanggaan. Seakan-akan menunjukkan jika keluarga Maswa akan segera bangkit.

 

"Leluhur sangat membencimu karena kamu menghancurkan warisan Iblis Darah yang dia dapatkan dulu. Dia begitu membencimu dan sudah lama ingin membunuhmu. Sekarang, akhirnya dia mendapatkan kesempatan untuk membunuhmu. Sungguh, jangan pergi ke sana untuk cari mati... "

 

Caesar memohon dengan sangat pada Adriel.

 

Adriel tersenyum dingin. "Ketika keluarga Janita sedang berjaya, keluarga Maswa nggak berani membunuhku. Sekarang, mereka pikir keluarga Janita akan jatuh dan keluarga Maswa langsung berubah seperti lalat yang nggak sabar untuk datang dan mengambil bagian keuntungan?"

 

Sekarang, situasi di Kota Srijaya akan mengalami perubahan besar-besaran. Di mata mereka, keluarga Janita akan jatuh dan aku sendiri juga akan kehilangan dukungan?

 

Wajah Adriel menjadi makin dingin saat dia bergegas melangkah.

 

"Siapa kamu? Pergi! Ini markas besar keluarga Maswa."

 

Pada titik ini, anggota keluarga Maswa yang bertugas untuk berjaga, datang ke depan bersama Lucas. Mereka tidak mengenal Adriel, apalagi menghubungkan Caesar yang sangat menderita itu dengan tetua keluarga Maswa yang gagah perkasa dan tidak tertandingi.

 

"Apa kamu tuli? Apa kamu nggak mendengar peringatanku ? Ini bukan tempat untuk orang gila sepertimu!"

 

Melihat Adriel yang berlumuran darah sambil menarik seseorang seperti anjing, para penjaga itu pun tidak bisa menahan diri untuk tidak terlihat mual karena semua itu begitu sadis.

 

Brak!

 

Adriel langsung bertindak. Dia melewati penjaga itu dan mengubah energi sejatinya menjadi tangan emas raksasa. Dengan kekuatan yang dahsyat, Adriel menghancurkan pintu tempat pemujaan itu menjadi beberapa bagian dengan suara yang menggelegar.

 

Suara itu begitu keras, hingga membuat semua orang terkejut.

 

"Adriel, tetua keluarga Janita ada di sini."

 

"Bajingan-bajingan keluarga Maswa, siapa yang berani bertarung melawanku?"

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1585 Membakar Langit ~ Bab 1585 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 11, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.