Bab 1642
Freya menjawab dengan acuh tak acuh.
Akan tetapi, secara tiba-tiba, dia mengangkat tangannya dan mencekik leher
Carlos. Seketika bola mata Carlos hampir keluar dan langsung berubah merah.
Carlos menatap Steven dengan sorot
meminta pertolongan.
Namun, Steven tidak terburu-buru, dia
hanya mengangkat alisnya pelan dan menyahut sambil mencibir, "Kamu memang
lumayan pintar ... "
Dulu, ketika lima kekuatan besar
mengetahui tentang Freya yang mengembalikan Pohon Dendam Darah, Carlos-lah yang
diam-diam memberi tahu lima kekuatan besar.
"Nyonya Freya. Aku ... aku juga
melakukannya demi kebaikan keluarga!"
Pada saat ini, leher Carlos dicekik
keras. Dia mengungkapkan perkataannya satu per satu dengan susah payah,
"Kamu sudah membayar terlalu banyak untuk Adriel. Kamu juga sudah
menyinggung kekuatan wilayah utara!"
"Aku cuma mencoba yang terbaik
untuk mengganti kerugian keluarga. Aku nggak melakukan kesalahan apa pun!"
"Benarkah?" sahut Freya. Dia
menjawab dengan santai, "Jadi hari ini, kamu mematuhi perintah mereka dan
panggil aku ke sini untuk memastikan nggak terjadi apa-apa... hal ini juga demi
kebaikan keluarga?"
Setelah berkata demikian, Carlos
tiba-tiba menunjukkan ekspresi ngeri dan berteriak, "Tetua Steven,
selamatkan aku! Kamu berjanji untuk membiarkan aku benar-benar mengambil alih
keluarga Janita!"
"Freya, hentikan. Dia orangku.
Apa kamu ingin seluruh anggota keluarga Janita dikuburkan bersamamu?"
Steven menyahut sambil mencibir.
Namun, yang terlihat hanyalah Freya
yang mengayunkan tangannya kapan saja.
Wush!
Semburan energi sejati yang terang
melintas. Dalam sekejap, kepala Carlos terpenggal dan berguling ke kaki Steven.
Bahkan sampai kematiannya, eksprei
wajahnya masih terlihat seperti memohon ...
Ketika Steven melihat ini, wajahnya
penuh amarah.
Dia sebenarnya tidak peduli dengan
hidup atau matinya Carlos. Akan tetapi, Freya ini sudah mempermalukan wajahnya
di hadapan umum!
"Freya, kamu cari mati
rupanya!"
Saat ini, Steven menjadi sangat
marah.
"Cuma denganmu?"
Freya tersenyum, tetapi tersenyum
menghina.
Awalnya, Freya ingin melatih Adriel,
tetapi setelah mendengar bahwa Adriel dalam masalah besar, dia terpaksa untuk
datang.
Lagi pula, tidak adil bagi Adriel
untuk menghadapi amarah dari lima kekuatan besar saat ini. Jadi, Freya -lah
yang harus menahannya...
Setelah kata-kata itu jatuh, Freya
mengangkat kakinya dan mengambil langkah ke depan. Ilusi bintang akan segera
dikerahkan...
Freya tidak bisa melawan lima orang
sendirian dan dia juga tidak ingin Liana ikut campur. Freya masih bisa
menggunakan cara lain untuk menahannya. Contohnya seperti ... meledakkan Danau
Darah!
Bisa dibilang bahwa dia memang
seperti guru sejati. Idenya sama persis dengan ide Adriel.
"Baiklah, baiklah. Apa kamu
ingin menantang kami berlima sendirian?"
Steven tertawa dengan marah. Di
sampingnya, empat Tetua lainnya memasang ekspresi acuh tak acuh dan dingin.
Bagaimanapun, sebagai anggota kekuatan wilayah utara, Freya tidak boleh
dibiarkan bersikap sangat provokatif seperti saat ini.
Freya terlalu malas untuk
mengatakannya lagi, jadi dia langsung mengaktifkan ilusi bintang untuk menahan
kelima orang itu. Sementara itu, dia akan melompat menuju kedalaman Danau
Darah.
Steven beserta yang lainnya berada
dalam ilusi dan mereka semua tampak marah. Akan tetapi, kali ini mereka ada
lima orang. Mereka segera menghancurkan ilusi tersebut dan berlari keluar.
"Kejar!"
Steven berteriak keras dan akan
segera pergi.
Namun, pada saat ini, suara dingin
tiba-tiba terdengar.
"Apa aku akan membiarkan kalian
pergi?"
"Freya, beraninya kamu
kembali!"
Steven segera berteriak dengan marah,
mengira Freya-lah yang berani kembali. Akan tetapi, ketika melihat ke atas, dia
tiba-tiba membeku.
Saat selesai berbicara, Steven
melihat Liana muncul di udara, menatap semua orang dengan ekspresi dingin di
wajahnya.
Liana?
Ditatap oleh tatapan dingin Liana,
kelima Tetua itu langsung tercengang seolah jiwa mereka telah membeku.
Mengapa Liana muncul lagi?
Nada bicaranya juga tampak tidak
baik!
"Bu Liana, kenapa kamu ada di
sini... "
Steven menyahut dengan panik.
Namun, Liana mengangkat tangannya dan
memukul dengan energi sejatinya, kemudian berubah menjadi tamparan dan menampar
wajah Steven. Liana hanya menjawab dengan dingin, " Kenapa? Kamu nggak
menyambut kedatanganku?"
Steven mendapat tamparan, tetapi dia
tidak berani berkata apa-apa dan hanya mengeluh di dalam hatinya.
Ada apa dengan Liana? Kenapa dia
tampak marah?
Siapa yang sudah menyinggung
perasaannya lagi?
Semua orang secara tidak sadar
langsung teringat pada Alvel.
Sementara itu, Alvel pun tampak
tercengang dan bingung.
"Sekelompok pengecut! Beraninya
mengganggu urusanku!"
Namun, pada saat ini, Liana menjadi
makin tidak sabar. Dia segera mengangkat tangannya dan melambaikannya.
Kemudian, hanya terlihat beberapa kepala manusia yang berjatuhan dan berguling
begitu saja!
No comments: