Bab 1651
Serangan mereka terlihat ganas,
tetapi sebenarnya sangat konyol.
Sumber kekuatan yang tidak pernah
habis, itulah yang membuat Iblis Darah begitu menakutkan pada masanya...
Dia hanya perlu menunggu hingga naga
darah ini perlahan menguras habis kekuatan kedua orang itu...
Namun, tiba-tiba sebuah tangan
menepuk bahunya.
Adriel terkejut, segera menoleh dan
melihat sosok Nyonya Freya yang wajahnya tampak sedikit pucat.
"Wah, Guru ... kalau mau
menakut-nakuti orang, ini bisa bikin mati ketakutan... " pikir Adriel.
Barusan, dia sama sekali tidak
menyadari keberadaan Nyonya Freya. Namun, dia tidak pernah merasa khawatir.
bagaimanapun, dia yakin Tabib Agung pasti telah memberikan sesuatu yang sangat
berharga untuk melindungi nyawa istrinya.
"Jangan bicara, dengarkan
aku!"
Saat ini, Nyonya Freya menarik napas
dalam-dalam dan berkata dengan nada serius, "Rupanya Pak Wongso nggak
semudah yang aku kira."
"Kekuatan yang tersisa padaku
nggak banyak. Aku hanya bisa sekali menggunakan ilusi bintang. Saat mereka
bertarung, aku akan membawamu pergi dari tempat ini..."
Setelah berkata demikian, matanya
menunjukkan kehati-hatian yang mendalam, bersiap untuk mengaktifkan ilusi
bintang.
Namun, Adriel hanya tersenyum kecil,
menggeleng pelan dan berkata, "Pergi? Kenapa harus pergi? Aku datang ke
sini justru untuk menyaksikan pertunjukan besar ini... "
"Kamu ... kamu masih ingin
menyelamatkan Wongso? Kamu sama sekali nggak mengenal orang ini! Semuanya nggak
sesederhana yang kamu pikirkan! Bahkan aku nggak tahu apa sebenarnya yang
terjadi dengan danau darah ini!" ujar Nyonya Freya.
Kali ini dia menunjukkan ketegangan
yang jarang terlihat dan memberikan peringatan kepada Adriel dengan serius.
Ketika terakhir kali dia datang ke
danau darah ini, tidak ada pemandangan seburuk ini...
"Ya, ya, aku tahu," jawab
Adriel.
Lalu, dia dengan senyum santai
melanjutkan, " Guru... jangan lupa, aku adalah pewaris dari Tabib Agung.
Dahulu. Iblis Darah itu dikalahkan oleh guruku sendiri. Sekarang aku harus
mengambil bagian terpenting dari peninggalannya sebagai hadiah."
Nyonya Freya tertegun sejenak.
Pada saat yang sama, pertarungan di
arena pertarungan makin sengit!
Steven dan rekannya juga mulai
menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Mereka menyerang naga mayat itu dengan
kekuatan penuh. Namun, tidak peduli serangan apa pun yang mereka lancarkan
setiap bagian tubuh naga yang hancur langsung menyatu kembali, membentuk naga
tersebut seperti sediakala.
Sungguh tiada habisnya!
Saat itu, Adriel akhirnya melangkah
maju, dengan santai dan tenang berkata, "Pak Steven, hanya seekor naga
mayat, apa perlu repot-repot seperti ini?"
Mendengar ucapan yang terkesan
meremehkan itu, Steven menggertakkan giginya dengan marah. Namun, di dalam
hati, dia merasa sedikit lega.
Jika Adriel terlihat setenang itu,
berarti dia pasti punya cara untuk mengatasi naga mayat ini!
Steven segera berteriak,
"Adriel! Cepat bantu kami menghentikan naga mayat ini!"
Adriel, yang menguasai sungai darah
seharusnya memiliki cara ampuh, setidaknya untuk mencegah naga ini kembali
menyatu. Itu saja sudah sangat membantu!
Namun, Adriel hanya meliriknya dan
berkata, " Semua peninggalanmu sekarang adalah milikku. Kenapa aku harus
membantu mengalahkan naga ini?
Steven terkejut sekaligus marah,
tetapi dia tidak berdaya. Dengan kesal, dia bertanya, "Lalu, apa yang kamu
inginkan agar mau membantu?"
"Mudah saja..." Adriel
tiba-tiba menunjuk ke arah Gemma dan berkata dengan tenang, "Serahkan dia
padaku. Aku ingin menjadikannya boneka manusia."
Adriel telah menggunakan kemampuan
membaca pikirannya dan mengetahui maksud tersembunyi wanita itu. Dengan
sifatnya yang pendendam, dia jelas tidak akan melewatkan kesempatan untuk
membalas dendam.
"Kamu bilang apa?" teriak
Gemma.
Namun, dia segera menyadari Steven
memandangnya dengan ragu. Seketika, rasa dingin menjalar di punggungnya. Dia
berteriak, "Steven! Jangan gegabah! Jangan bilang kamu benar-benar akan
menyetujui permintaan pemuda itu?!"
No comments: