Bab 1656
"Kami ini datang untuk
menyelamatkanmu, kenapa kamu malah ingin memakan kami?" suara seorang pria
terdengar dingin, penuh sindiran.
Mendengar itu, Steven seolah
tersambar petir. Matanya membelalak penuh kemarahan dan rasa tak percaya.
Kini semuanya menjadi jelas. Seluruh
"operasi penyelamatan" ini hanyalah jebakan yang dirancang Wongso!
"Steven, sudah setua ini, tapi
masih saja bodoh?" ujar Wongso sambil menghela napas, seolah merasa
kasihan, tetapi matanya tetap memancarkan kebengisan. "Sejak aku
melangkahkan kaki di dunia seni bela diri, aku sudah memahami satu prinsip
hidup."
"Yang kamu makan menentukan
kekuatanmu. Makan penderitaan, kamu tetap manusia biasa. Tapi kalau makan
manusia, kamu bisa menjadi yang teratas," lanjut Wongso sambil merobek dan
melahap jantung manusia di tangannya, mulutnya berlumuran darah.
"Lembah Obat Dewamu mungkin
lebih halus dan berlapis dalam caranya, tapi bukankah dasarnya sama saja? Yang
makan manusia, pada akhirnya akan dimakan juga. Jadi, apa yang sebenarnya kamu
keluhkan?"
Kata-katanya menusuk Steven seperti
pisau tajam.
Wongso menghabiskan darah dan daging
di tangannya, lalu menjilat jarinya. Tatapannya kini tertuju pada Adriel, penuh
rasa ingin tahu. "Yang membuatku penasaran, bagaimana kamu bisa tahu semua
ini?"
Adriel hanya tersenyum tipis.
"Itu rahasia," jawabnya.
Wongso terkekeh. "Baiklah, nggak
penting lagi. Kalau aku memakanmu, aku akan tahu segalanya," ujarnya.
Teknik Reinkarnasi Iblis Darah
memiliki satu kemampuan mengerikan lainnya, yaitu memakan seseorang berarti
mengambil seluruh ingatan dan pengalaman mereka.
Inilah alasan mengapa para praktisi
Iblis Darah dianggap sebagai ancaman yang harus dimusnahkan.
Dia menggerakkan tangannya dengan
santai dan seketika, naga mayat yang hancur tadi kembali bangkit.
Naga itu meraung ke langit!
Steven tertawa getir. Dia bahkan
tidak lagi berusaha memanggil Nyonya Freya untuk turun tangan.
Baginya, segalanya telah berakhir.
Dia tahu akan mati, dan kematiannya bukanlah kematian biasa, melainkan dimakan
hidup-hidup.
Setelah dirinya, Steven tahu Alvel
dan yang lain akan menjadi korban berikutnya.
Lalu, darah akan mengalir panjang,
Wongso akan membantai segalanya, menjadikannya Iblis Darah generasi baru.
Namun, saat rasa putus asa hampir
melumpuhkan dirinya, pandangannya tertuju pada sosok muda yang berjalan ke
depan.
"Adriel?"
Steven tergagap, nyaris tidak
percaya. "Kamu mau apa?"
Dengan langkah mantap, Adriel
menjawab dengan santai, "Makan dia. Bukankah tadi dia bilang, yang memakan
akan dimakan juga?"
"Kamu ... cari mati?"
Steven terpaku, lalu tertawa pahit.
"Baiklah, kalau itu pilihanmu,
silakan saja," pikirnya dalam hati.
Dia hanya bisa menggelengkan kepala,
merasa kecewa karena bahkan dalam kematian, dia harus menyaksikan kebodohan
ini.
Di sisi lain, Nyonya Freya ragu
sejenak, tetapi tidak menghentikan Adriel.
Dia percaya Adriel memiliki alasan
untuk melakukan ini.
Wongso mengernyit. "Kamu sudah
gila?" tanyanya dengan nada bingung.
Adriel tersenyum ringan. "Aku
sudah menunggumu muncul sejak lama," balasnya.
Dia terus berjalan dengan tenang, tak
memedulikan tatapan penuh kebingungan dari semua orang.
"Kamu yakin punya cara untuk
melawan aku? Dengan apa?" balas Wongso sambil menyipitkan matanya.
Tatapannya jatuh pada pergelangan
tangan Adriel, dan ada sedikit ketakutan dalam ekspresinya.
Namun kemudian, dia tertawa dingin.
"Oh, jadi itu adalah sungai darah. Rupanya kamu mendapatkan warisan darah
itu? Hmm, sisa dari warisan Iblis Darah itu pasti ada padamu."
"Tapi tahukah kamu," lanjut
Wongso dengan nada meremehkan, "Kenapa aku nggak mengambil warisan darah
itu saat aku punya kesempatan? Karena aku tahu batasanku. Aku hanya bisa
menguasai Teknik Reinkarnasi Iblis Darah. Mengambil lebih banyak hanya akan
membuatku berbalik dilahap kekuatannya."
"Pemahamanmu tentang Iblis Darah
nggak sebanding denganku," lanjutnya dengan bangga.
Baginya, kemampuan menahan godaan
untuk mengambil kekuatan berlebih adalah bukti dari kedisiplinannya.
"Ya, itu berlaku untukmu,"
jawab Adriel dengan santai. "Bagiku, semakin banyak warisan Iblis Darah,
semakin baik."
"Anak muda..."
Wongso tertawa kecil, menggelengkan
kepala. " Baiklah. Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu kekuatan sejati
Iblis Darah!"
Dengan satu gerakan tangannya, naga
mayat itu meraung lagi, langsung menyerbu Steven dan Nyonya Freya dengan
kecepatan mengerikan.
No comments: