Membakar Langit ~ Bab 1668

 

Bab 1668

 

Di Kota Yuria, di sebuah vila yang diterangi lampu- lampu terang benderang, suasana tegang memenuhi udara.

 

Vila ini adalah tempat persinggahan sementara keluarga Maswa. Dan saat ini, hampir seluruh anggota keluarga berkumpul di sebuah kamar pasien.

 

Lucas yang terbaring lemah di ranjang terlihat pucat. Cedera berat yang dia derita akibat satu serangan Liana membuatnya nyaris kehilangan nyawa. Beruntung dia selamat, tetapi sejak itu dia memilih untuk hidup lebih tenang, fokus pada pemulihan.

 

Namun hari ini, ruangan itu penuh dengan kegembiraan yang membara.

 

"Pak Lucas, akhirnya hari-hari kejayaan keluarga Janita berakhir juga! Menurutmu, kapan kita bisa mengambil alih aset mereka?" ujar Renald sambil tertawa besar, matanya berkilat penuh antusias.

 

Lucas mengangkat tangannya dengan lemah, menghentikan tawa Renald. Suaranya rendah, tetapi penuh otoritas. "Renald, jangan gegabah."

 

Dengan nada serius, dia melanjutkan, "Aku baru saja mendengar kabar. Nyonya Freya memang dilaporkan jatuh ke dalam Danau Darah, tapi ada sesuatu yang lebih besar. Tetua Steven dari Lembah Obat, Tetua Gemma dari Sekte Akasia, bahkan Wongso sendiri... semuanya hilang tanpa jejak."

 

"Selama beberapa hari ke depan, utusan dari wilayah utara akan datang untuk menyelidiki kejadian ini. Aku khawatir ini adalah awal dari perubahan besar yang tak terduga di Srijaya. Sebelum badai datang, kita harus tetap rendah hati dan tidak menonjolkan diri."

 

Ucapan itu seketika membuat suasana ruangan berubah serius. Semua orang terdiam, menunjukkan rasa hormat pada Lucas. Kehilangan tokoh-tokoh besar seperti itu memang hal yang sangat luar biasa, terutama bagi wilayah utara.

 

Ini harus diselidiki...

 

Namun Lucas segera melanjutkan, "Tapi jangan khawatir. Dengan keluarga Janita yang melemah dan dukungan dari keluarga Dumin di belakang kita, di Srijaya ini, siapa yang berani menentang kita?"

 

Dia menoleh pada Renald dan berkata, "Renald, kamu pimpin beberapa orang dan pergi ke keluarga Janita. Pastikan mereka benar-benar runtuh!"

 

Meskipun terbaring sakit, ambisi Lucas tetap membara.

 

Dalam pandangannya, keluarga Janita sudah di ambang kehancuran, dan keluarga Maswa tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk memperebutkan sisa-sisa mereka.

 

Sekarang, pertempuran di Danau Darah telah berakhir, dan kekuatan di Srijaya pun harus dibagi ulang.

 

Namun, Eden, salah satu anggota keluarga, terlihat ragu. "Pak Lucas, aku mendengar kabar bahwa seseorang melihat Adriel kembali..."

 

"Mana mungkin!" Renald tertawa meremehkan. " Kamu mabuk, ya? Jangan dengar gosip murahan. Bahkan Steven saja menghilang, apalagi Adriel! Dengan apa dia bisa bertahan hidup?"

 

Namun, sebelum tawanya habis, gemuruh petir tiba -tiba terdengar.

 

Kilatan perak melintas di ruangan, begitu cepat hingga semua orang hanya bisa merasakan hawa dingin yang menyentak. Renald terdiam, matanya membulat. Dia menunduk perlahan, melihat ke arah kakinya.

 

Retakan halus mulai muncul di kedua pahanya, semakin membesar. Darah segar mulai mengalir, membasahi lantai.

 

Hingga akhirnya, tubuh bagian atas Renald jatuh ke lantai dengan suara keras, diiringi jeritan memilukan yang memecah keheningan!

 

Semua orang menatap ngeri. Potongan kakinya terlihat sangat halus, seolah dipotong oleh pedang yang tajam seperti cermin.

 

Suara dingin penuh ejekan terdengar dari luar, " Kalau aku sudah mati, lalu siapa yang menebas kaki ini?"

 

Mendengar suara itu, semua orang membelalak. Beberapa bahkan bergidik, mengenali nada yang terlalu familier.

 

Perlahan, mereka memutar kepala, tatapan mereka penuh ketakutan.

 

Adriel.

 

"Kenapa dia bisa kembali?" teriak salah seorang dengan panik.

 

"Bunuh dia! Cepat bunuh dia!" teriak yang lainnya.

 

Namun, suara itu tertelan oleh keributan yang tak terkendali, jeritan ketakutan para wanita, perintah kacau dari para pria, semuanya berbaur menjadi satu. Kemunculan Adriel begitu mengejutkan. Lebih dari itu, dia langsung melumpuhkan Renald, salah satu pewaris keluarga Maswa, hanya dengan satu serangan.

 

Renald yang kini tergeletak di lantai, wajahnya pucat pasi, memandang Adriel dengan tatapan penuh teror.

 

"K-kamu... bukankah kamu sudah mati di Danau Darah?" suaranya gemetar.

 

"Aku nggak mati. Kamu kecewa?" jawab Adriel sambil tersenyum kecil, langkahnya santai memasuki ruangan.

 

Dia berhenti di depan Lucas, wajahnya tampak ramah, tetapi matanya tajam menusuk. "Lama nggak bertemu, Kakek tua. Kudengar kamu sedang sakit. Aku datang untuk menjengukmu."

nb: Menurut Info, terbitnya sekitar 10 bab/hari

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1668 Membakar Langit ~ Bab 1668 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 12, 2025 Rating: 5

4 comments:

Powered by Blogger.