Membakar Langit ~ Bab 1667

 

Bab 1667

 

Berita ini seperti bom yang meledak. Semua orang terperangah, saling menatap dengan ragu, tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

 

Melihat situasi ini, Harriet tahu dia harus segera mengambil kendali.

 

Dengan langkah mantap, dia maju ke depan, menegakkan tubuhnya, lalu mengumumkan dengan nada tegas, "Mulai hari ini, Adriel adalah suamiku sekaligus kepala keluarga Janita yang baru!"

 

Suasana semakin gempar, tetapi Harriet tak berhenti di situ. Dia menambahkan, "Pohon Dendam Darah itu adalah mas kawin yang diberikan oleh bibiku!"

 

"Dengan Pohon Dendam Darah dan Lencana Janita sebagai buktinya, siapa yang berani meragukan hal ini?"

 

Wajahnya sedikit memerah setelah berkata demikian, tetapi dia tidak menunjukkan keraguannya. Dalam hati, dia pun tidak yakin apakah Nyonya Freya benar-benar baik-baik saja. Namun, dia tahu satu hal, yaitu status Adriel harus segera ditetapkan untuk mencegah kehancuran keluarga Janita.

 

Kepala keluarga baru?

 

Hanya seperti itu, Adriel langsung dilantik?

 

Bahkan Adriel sendiri sempat kebingungan mendengar pengumuman itu. Namun, sebelum dia sempat berkata apa-apa, Harriet mencubit pinggangnya dengan pelan, memberi isyarat agar dia diam. Adriel hanya bisa mendesah dalam hati, menggelengkan kepala, lalu menerima peran yang mendadak diberikan padanya.

 

"Aku nggak percaya! Aku mau bertemu Nyonya Freya! Aku nggak terima! Kamu cuma seorang tetua, kenapa kamu bisa punya Lencana Janita?" teriak Arvin dengan histeris, matanya merah penuh amarah.

 

Plak!

 

Sebelum kata-katanya selesai, Luiz mengayunkan tangan, menampar Arvin dengan keras. "Berani menghina kepala keluarga, itu sudah cukup untuk dihukum mati. Bawa dia pergi! Tunggu keputusan kepala keluarga!"

 

Kata-katanya bergema di ruangan itu. Arvin yang masih mencoba memberontak hanya bisa ditarik keluar dengan paksa oleh penjaga.

 

Melihat situasi ini, semua orang di ruangan terdiam. Tak ada yang berani melawan.

 

Seseorang akhirnya memberanikan diri bertanya, " Tetua Adriel ... maaf, Pak, bagaimana kamu bisa selamat? Bukankah ledakan Danau Darah itu sangat berbahaya? Apa yang sebenarnya terjadi?"

 

Pertanyaan ini langsung membuat semua mata tertuju pada Adriel.

 

Bahkan Luiz dan Harriet, yang sejak tadi percaya padanya, tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahu mereka.

 

Pusat ledakan Danau Darah itu dikabarkan seperti bencana besar, setara dengan ledakan nuklir kecil. Bahwa Adriel masih hidup dan berdiri di sini sekarang, terasa seperti dongeng yang mustahil.

 

Hal itu sebenarnya membuat Luiz mereka cukup kecewa.

 

Adriel menjawab dengan nada santai, "Awalnya memang sedikit berbahaya, tapi kemudian Wongso membuat kekacauan. Dia mencoba memakan Steven dan Gemma."

 

Semua orang terkejut mendengar itu. Seseorang bergumam pelan, "Wongso ternyata licik sekali..."

 

Namun, beberapa lainnya justru mulai panik. "Itu artinya ... ada Iblis Darah baru? Kita harus pergi sekarang!" seru salah satu orang dengan panik.

 

Namun, Adriel dengan tenang menanggapi, "Nggak perlu khawatir. Aku sudah membunuhnya."

 

Kata-kata itu membuat ruangan kembali sunyi.

 

Semua orang membeku, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Bahkan Harriet yang selalu mendukung Adriel kini melongo, matanya membulat tak percaya.

 

Wongso, tokoh kuat dari wilayah utara, yang disebut -sebut sebagai sosok yang sangat langka, dibunuh oleh Adriel begitu saja?

 

"Apa dia bercanda ... " bisik seseorang dengan penuh keraguan.

 

Luiz juga tampak ragu. Dia bertanya-tanya apakah Adriel sedang membual demi menjaga stabilitas keluarga Janita.

 

Namun, jika benar begitu, bukankah kebohongannya terlalu berlebihan?

 

Di tengah keraguan itu, seorang penjaga masuk tergesa-gesa sambil membawa sebuah ponsel. Dengan suara hati-hati, dia berkata, "Ini ponsel Arvin. Ada panggilan masuk, dan kami nggak tahu harus bagaimana."

 

Mendengar itu, Luiz melirik layar ponsel. Saat melihat nama pemanggil, ekspresinya berubah drastis. "Ini dari keluarga Maswa!" serunya dengan nada tegang.

 

Adriel tersenyum tipis, mengambil ponsel itu, lalu menjawab dengan tenang, "Halo?"

 

Suara Lucas terdengar dari ujung telepon, penuh percaya diri dan sedikit sinis. "Luiz, tawaran kami sudah sangat menguntungkan. Jangan ragu lagi. Cepat jual keluarga Janita pada kami. Aku bahkan sudah menyiapkan jamuan kemenangan untukmu."

 

Adriel tertawa kecil. Dengan nada ringan, dia menjawab, "Baiklah. Aku akan segera datang."

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1667 Membakar Langit ~ Bab 1667 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 12, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.