Membakar Langit ~ Bab 1773

 

Bab 1773

 

Liana pun berkata dengan tak berdaya, "Ini sangat berbahaya. Di Jalan Kejayaan, banyak orang genius berkumpul dan pasti banyak yang terluka atau tewas. Persaingannya sangat kejam, kalian harus berpikir dengan matang."

 

"Dulu, ada Adriel yang melindungi kita. Sekarang, dia sudah nggak ada, jadi kita harus menjadi kuat. Suatu hari nanti, utang darah ini akan dibayar oleh mereka," ujar Yunna dengan tatapan dingin.

 

"Baiklah. Karena kalian semua sudah memutuskan, aku juga nggak akan menghalangi! Jalan Kejayaan memang tempat pelatihan terbaik, di mana ada bahaya dan peluang. Kalian pergi dan mencoba pelatihan juga baik," ucap Liana sambil mengangguk.

 

Liana tahu bahwa Yunna, Wennie, dan yang lainnya bukanlah anak manja yang tidak tahan dengan situasi sulit. Mereka pasti bisa melewati masalah ini.

 

"Guru Liana, terima kasih atas persetujuanmu."

 

Sementara itu, di sebuah vila.

 

Adriel seolah-olah terjerumus ke dalam kegelapan yang paling dalam, terperosok selamanya, tetapi di dalam kegelapan itu, ada cahaya merah yang samar- samar berkedip di depannya dan terus-menerus menuntun perjalanannya.

 

Namun, tidak peduli bagaimana dia mencoba menangkapnya, dia tidak bisa menangkapnya. Ini membuatnya merasa gelisah.

 

Tunggu sebentar.

 

"Apakah aku sudah mati?" batin Adriel.

 

Kenapa dia merasa gelisah?

 

Saat memikirkan hal ini, dia merasa kelopak matanya sangat berat dan bergetar. Dia berusaha keras untuk membuka, tetapi kelopak matanya seakan-akan sangat berat dan tidak bisa terbuka!

 

Tiba-tiba, cahaya merah dari kegelapan itu bersinar terang, menerangi kegelapan dan membuat Adriel melihat segalanya dengan jelas!

 

Dia tiba-tiba membuka matanya, kemudian cahaya merah di matanya perlahan-lahan memudar, digantikan oleh langit-langit putih.

 

Jendela terbuka dan angin segar bertiup. Di luar terdengar suara klakson dan suara kendaraan.

 

Seakan-akan hanya sebuah hari biasa.

 

Adriel baru menyadari bahwa dia berbaring di tempat tidur. Ekspresinya tampak bingung. " Bukannya ... aku sudah mati?" batinnya.

 

Jadi, sekarang.

 

Apakah alam baka ini begitu abstrak?

 

Pada saat itu, suara hentakan pisau di atas talenan terdengar dari dapur.

 

Adriel segera turun dari tempat tidur. Dia terkejut saat melihat bahwa tubuhnya yang seharusnya penuh dengan luka ternyata sudah sembuh sepenuhnya, bahkan kekuatannya juga sudah pulih kembali.

 

Ini pasti bukan alam baka!

 

Siapa yang masih memasak di alam baka?

 

Ketika dia bergegas menuju ke dapur dan membuka pintu, dia melihat seorang wanita sedang memegang pisau dapur dan memotong ikan yang masih hidup dan bergerak di atas talenan.

 

Wanita itu tidak menoleh dan dengan acuh tak acuh berkata, "Sudah bangun? Makanan akan segera siap, tunggu sebentar lagi."

 

"Bu... Wendy?" kata Adriel dengan suara serak.

 

Wendy mengikat rambut panjangnya dan mengenakan celemek. Rambutnya tergerai di sekitar telinganya. Dia sedang sibuk di depan talenan. Di sampingnya, ada panci yang mengeluarkan uap panas, memberinya rasa hidup.

 

Selain tubuh yang ramping, sosok luar biasa yang diselimuti dengan cahaya merah, tidak ada hubungan sama sekali.

 

"Kalau ada yang mau ditanyakan, tanyanya nanti saja. Aku mau memasak ikan ini dulu," kata Wendy, seolah-olah membunuh raja ilahi setengah langkah, menghidupkan kembali seorang yang sudah mati, masih tidak sesulit mengurus ikan ini.

 

Adriel berkata dengan agak ragu, "Tapi..."

 

"Aku 'kan sudah bilang nanti," kata Wendy.

 

"Bukan, Bu Wendy, membunuh ikan itu bukan dipotong dengan pisau... Tunggu. Setelah kamu membunuhnya, bukannya kamu harus mengikis sisik dan isi perutnya?"

 

"Ini cara inovatifku," kata Wendy dengan nada tenang.

 

Adriel menelan ludahnya, lalu berkata, "Terus, kenapa kamu meletakkan arang di dalam panci?" "Itu daging panggang."

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1773 Membakar Langit ~ Bab 1773 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 23, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.