Perjalanan Dimensi Waktu - Bab 20

  

Bab 20

 

 

 

 

 

Mereka sudah akan kaya!

 

Selama sisa tahun ini, mereka sudah tidak perlu kelaparan lagi.

 

Tahun Baru nanti, mereka juga bisa menyantap daging.

 

Warga dusun yang berdiri di luar rumah Wira juga sangat terharu hingga menangis.

 

 

 

Begitu masuk akhir tahun yang sering hujan, bahan pangan mereka akan makin menipis sehingga hidup mereka juga akan bertambah sulit.

 

Ada banyak warga dusun yang saking miskinnya juga bisa mati kelaparan.

 

Tahun ini, situasi mereka sudah akan membaik. Mereka pasti bisa melewati akhir tahun ini dengan baik.

 

Agus mengerutkan keningnya dan membatin,

 

 

 

‘Si Pemboros ini mau kasih gaji yang begitu tinggi? Begitu masuk akhir tahun, curah hujan yang tinggi bakal menyulitkan orang-orang untuk tangkap ikan. Meski kamu punya teknik rahasia menangkap ikan, itu juga nggak berguna. Pada saatnya nanti, kekayaanmu yang tersisa juga nggak bakal bisa menutupi gaji sebulan semua orang yang totalnya 60 ribu gabak.'

 

 

 

“Pilih saja dulu orang yang mau berpartisipasi dari tiap keluarga. Nanti kita adakan rapat kecil."

 

Wira lanjut berkata,

 

 

 

"Sony, keluarkan gula cokelat yang dibeli dari ibu kota provinsi tadi.Bagilah sedikit untuk semua orang bersama Danu dan Doddy."

 

 

 

Pada era ini, gula cokelat masih termasuk makanan mewah.

 

 

 

"Gula cokelat cuman bisa dinikmati orang kaya!"

 

 

 

"Buat apa beli gula cokelat, beli gula mentah saja! Harga gula cokelat sudah 200 gabak per setengah kilo!"

 

 

 

"Sekarang, Wira sudah kaya. Dia pasti makan gula cokelat, dong!"

 

 

 

Warga dusun pun menerima gula dengan gembira.

 

 

 

Danu, Doddy, dan Sony yang sedang membagi gula cokelat juga sangat senang.

 

 

 

Agus juga menebalkan mukanya untuk menerima gula cokelat.

 

Namun, Doddy tidak memberikannya.

 

 

 

"Gula cokelat itu cuman dikasih ke orang yang membantu, bukan orang yang menyulitkan."

 

 

 

Agus pun pergi dengan marah.

 

 

 

"Huh!Aku juga nggak sudi!"

 

 

 

Melihat kejadian itu, para warga dusun pun tertawa terbahak-bahak.

 

Tidak ada orang yang memedulikan Agus.

 

Biasanya, Agus selalu menjilat Budi dan tidak pernah membela warga dusun.

 

Dulu, warga dusun masih merasa hal itu wajar.

 

 

 

Namun, setelah membandingkannya dengan Wira sekarang, mereka pun merasa kesal.Setelah semua anggota tim penangkap ikan sudah terkumpul, mereka mengadakan sebuah rapat kecil.

 

 

 

Setelah rapat, semua orang pulang dengan bersemangat.Wira dan Hasan juga berdiskusi sebentar secara pribadi sebelum hari yang melelahkan ini berakhir.

 

 

 

Saat ini, Wira yang sedang menikmati pemandangan langit malam pun merasa sedikit lebih tenang.Wulan menatapnya sambil termenung.Suaminya sudah menenangkan warga dusun hanya dengan kata-katanya. Dia juga membentuk tim penangkap ikan untuk membantu warga dusun. Pada saat yang bersamaan, dia juga mempersatukan kekuatan yang bisa menjamin keselamatannya.

 

Suaminya yang sekarang sepertinya sudah mendapatkan hasil dari semua yang dipelajarinya selama ini dan bisa menjadi sukses.

 

 

 

Setelah menikmati pemandangan langit sebentar, Wira mengeluarkan sebuah kotak dan menghampiri Wulan.

 

 

 

"Wulan, lagi pikirin apa?"

 

 

 

"Ng... nggak kok!"

 

Wulan berkata dengan tersipu,

 

"Suamiku, istirahatlah! Aku pergi masak!"

 

 

 

"Nggak usah buru-buru! Coba lihat ini! Suka nggak?"

 

Wira membuka kotak di tangannya.

 

Di dalamnya, ada gelang giok putih, gelang emas, jepit rambut giok putih yang dihiasi bunga kuning, dan bedak pemerah pipi.

 

 

 

Wulan langsung terkejut. Dia memeluk Wira dan berkata sambil terisak,

 

 

 

"Makasih, suamiku! Kamu baik banget sama aku. Aku merasa kayak lagi mimpi!"

 

 

 

Setelah menikah selama 3 tahun, ini adalah pertama kalinya suaminya membelikan hadiah untuknya.

 

 

 

"Sini aku bantu pakaikan!"

 

 

 

Wira juga merasa tidak berdaya dalam menghadapi Wulan. Wulan selalu langsung menangis begitu Wira bersikap baik terhadapnya.

 

 

 

Padahal di dunia ini, tidak peduli berapa banyak hadiah yang diberikan kepada para pacar dan istri, mereka akan merasa itu adalah hal yang wajar.

 

Setelah memakai seluruh perhiasan yang dibelikan Wira, Wulan pun terlihat makin cantik dan anggun.

 

Dia bertanya dengan lembut,

 

"Suamiku,cantik nggak?"

 

 

 

"Nggak!"

 

 

 

"Hah?"

 

 

 

"Nggak cuman dikit, tapi cantik banget! Duh, jantungku sudah berdebar nggak karuan! Coba pegang!"

 

 

 

"Hehe.... Suamiku, kamu nakal ya!"

 

 

 

"Suka nggak?"

 

 

 

"Emm!"

 

 

 

"Ayo tidur!"

 

 

 

"Nggak mau makan?"

 

 

 

"Aku mau makan kamu saja!"

 

 

 

"Maaf, suamiku!"

 

 

 

"Kenapa?"

 

 

 

"Aku lagi datang bulan!"

 

 

 

"Kalau gitu, aku buatkan teh talua ya!"

 

 

 

"Hah?"

 

 

 

Saat melihat Wira yang menyiapkan teh untuknya di dapur, hati Wulan pun terasa hangat.Selesai memasak, makan malam, dan mandi, Wira yang sudah lelah pun berbaring di tempat tidur. Dia langsung tertidur sambil memeluk Wulan.

 

 

 

Setelah tertidur sampai tengah malam, Wulan tiba-tiba membangunkannya.

 

"Su... Suamiku,ada orang yang lagi cungkil pintu!"

 

 

 

Saat mendengar suara Wulan yang ketakutan, Wira pun bangkit dan mendengarkannya dengan saksama.

 

Memang ada orang yang sedang berusaha membuka gerendel pintu mereka.

 

 

 

Bulu kuduk Wira juga langsung berdiri.

 

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata,

 

 

 

"Jangan takut. Aku pergi lihat dulu."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab Lengkap 

Perjalanan Dimensi Waktu - Bab 20 Perjalanan Dimensi Waktu - Bab 20 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 14, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.