Bab 55
"Deon? Bajingan, ternyata kamu
masih belum dipecat juga?"
Begitu dia menyadari bahwa pelakunya
adalah Deon, Gomez langsung marah-marah.
"Ini percakapan antara dua
eksekutif perusahaan, nggak ada hubungannya dengan pegawai biasa sepertimu!
Keluar dari sini!"
"Pak Gomez, kamu menyebut ini
percakapan antara dua eksekutif perusahaan? Terus terang saja, ini lebih mirip
pelecehan di tempat kerja. Menurut peraturan perusahaan, kamu harus
dipecat!"
Deon mencibir dan tidak mau kalah.
Gomez seketika memucat dan terpaksa
mundur.
Quina menghela napas lega dan menatap
Deon dengan tatapan bersyukur.
Gomez tidak punya pilihan selain
tersenyum dengan ramah.
"Quin, yang tadi itu hanya
candaan, jangan masukkan ke hati. Sekarang, Pak Kiandra akan membantumu
mengusir roh jahat dari tubuhmu dan kamu akan segera pulih."
Karena tidak mau mempermalukan Gomez,
Quina terpaksa mengangguk.
Kiandra menghampiri Quina, merasakan
denyut nadinya dengan satu tangan, lalu memegang janggutnya dan berkata dengan
serius.
"Nona Quina, aku yakin baru-baru
ini kamu bertabrakan dengan roh jahat dan roh jahat itu memasuki tubuhmu,
karena itulah kamu merasa nggak nyaman! Tapi, jangan khawatir karena aku bisa
mengatasi masalah ini dengan mudah!"
Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah
pil merah dari sakunya. 1
"Ini adalah Pil Tanaman Mugwort
yang dapat mengusir roh jahat!"
Quina mengambil pil tersebut dan
mengendusnya dengan hati-hati. Ternyata, pil itu hanya mengandung ramuan herbal
tradisional murni dan tampaknya tidak berbahaya sama sekali.
Setelah itu, dia berterima kasih
beberapa kali kepada mereka, "Terima kasih, Pak Kiandra! Terima kasih, Pak
Gomez!"
Gomez tersenyum cerah dan memandang
Quina dengan mata berapi-api sambil berkata, "Sama-sama, sama- sama! Nah,
cepat dimakan! Cepat!"
Quina membuka mulutnya dan hendak
menelan pil tersebut. Namun, Deon menahan pergelangan tangannya secepat kilat.
"Kak Quina! Jangan ditelan!
Kalau dikonsumsi, obat itu akan mencelakaimu!"
"Mencelakaiku? Apa yang akan
terjadi?" tanya Quina dengan bingung
Deon lalu berbisik padanya.
"Kamu akan nggak sadarkan diri
dan akan terus menempel pada orang lain! Sama seperti orang mabuk yang pingsan
di jalanan dan harus digendong orang lain!
Mendengar ucapan Deon, semua orang di
sana terkejut.
1
Sesaat, mata Gomez dihiasi kilapan
bersalah, tetapi dia langsung membantah.
"Menggelikan sekali!
Berani-beraninya seorang pemula yang nggak tahu apa-apa sepertimu menuding
kami? Pil yang diberikan Pak Kiandra kepada Quina adalah pil yang khusus
dipergunakan untuk mengusir roh jahat, para dokter pengobatan tradisional pun
mengetahui hal ini!"
"Nggak sadarkan diri?! Jangan
asal menuduh orang lain kalau kamu nggak mengerti apa-apa! Bikin malu
saja!"
Kiandra juga menimpali dengan
ekspresi agak kesal.
"Aku telah merintis karierku di
Kota Sielo selama lebih dari 50 tahun dan memiliki reputasi yang terpuji. Ini
pertama kalinya aku dituduh seperti ini. Karena Nona Quina nggak percaya pada
pengobatanku, lebih baik aku pergi saja!"
"Pak Kiandra! Tunggu
sebentar!" Quina kehilangan kata- kata.
"Aku nggak pernah bilang aku
nggak percaya pada pengobatanmu!"
"Kalau memang begitu, cepat usir
pemuda nggak berakhlak itu! Usir dia dari pandanganku karena telah beraní
menghina keahlianku!"
Kiandra marah-marah sambil menunjuk
hidung Deon.
Gomez ikut berseru, "Quin, kamu
mau menyembuhkan penyakitmu atau nggak, sih? Apakah kamu lebih memilih
memercayai bawahan barumu daripada dokter praktik tradisional yang sudah
berpengalaman?"
Mata Quina menunjukkan rasa cemasnya.
Dia pun buru- buru menjawab.
"Nggak, nggak, kok! Deon, kamu
... kamu keluar dulu, ya? Terima kasih telah membantuku hari ini, tapi untuk
hal-hal seperti ini, lebih baik kita serahkan kepada ahlinya saja!"
Mendengar ucapan Quina, Deon berbalik
dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Dengar nggak? Ke-lu-ar!"
Gomez mengejek Deon sambil tersenyum
bangga, lalu diam-diam menatap Kiandra.
Dia membatin, 'Hehe. Quina,
bidadariku yang cantik, akhirnya kamu akan jatuh ke pelukanku hari ini!'
Namun, ketika Deon hendak keluar dari
ruangan tersebut, dia tiba-tiba berbalik, lalu mengambil pil merah itu dari
tangan Quina dan memasukkannya ke mulut Kiandra!
Glug! Glug!
Karena tidak menyangka hal ini,
Kiandra tidak sempat melawan. Begitu dia menelan obatnya, dia langsung panik.
"Air! Berikan aku air!
Cepat!"
Dia bergegas menuju dispenser air,
tetapi Deon mendorongnya.
Akibatnya, dia tersungkur ke lantai.
Seluruh tubuhnya terasa seperti terpanggang dan kulitnya memanas dan memerah!
Gomez terkesiap. "Pak
Kiandra?"
"Aum!" Kiandra menerkam
Gomez bagai serigala, lalu mencium wajahnya dengan putus asa dan bahkan merobek
pakaiannya!
Dia terus berkata, "Berikan
padaku, berikan padaku!"
Quina ketakutan. Apa yang terjadi?
Pak Kiandra... memerkosa dan ingin
meniduri Pak Gomez?
No comments: