Bangkit dari Luka ~ Bab 21

Bab 21

 

Pada saat itu, Nindi sedang berada di dalam mobil bersama Cakra.

 

Wanita itu memandang hiruk-pikuk lalu lintas di luar jendela. Dia pun berkatan, "Kakakku yang kedua pasti bakal nyuruh orang buat nyariin aku. Bisa aja dia datang ke sekolah dan malah bikin masalah sama kamu."

 

Bagaimanapun juga, tempat ini adalah wilayah kekuasaan keluarga Lesmana.

 

Tempat yang membuatnya enggan berbuat banyak.

 

Dia hanya berharap bisa segera pergi setelah menyelesaikan ujian masuk perguruan tinggi.

 

Nindi merasa sangat bersalah telah menyeret Cakra ke dalam permasalahan ini.

 

Kemudian, pria itu mengusap lembut rambut Nindi dan berkata, "Santai aja, mereka nggak bakal nemuin kanu. Sekarang yang lebih penting, kamu mau tinggal di mana?"

 

Nindi menghela napas panjang, lalu menjawab, " Kita sewa rumah aja."

 

Sebenarnya, ide ini sudah lama terlintas di benaknya, tetapi dia belum sempat melakukannya karena kesibukannya.

 

Dia bahkan berharap kakak keduanya benar-benar mengusirnya, agar dia tidak perlu lagi terbebani dengan begitu banyak masalah.

 

"Aku tahu tempat yang cocok," ujar Cakra singkat.

 

Tanpa banyak tanya, Nindi mengikuti langkah pria itu menuju kompleks perumahan yang dimaksud.

 

Lingkungannya sangat nyaman.

 

Saat memasuki rumah itu dan melihat desainnta, dia tidak mampu menyembunyikan perasaan kagum dan berkata, "Kayaknya sewa rumah ini mahal deh? Uangku kayaknya nggak cukup."

 

"Tenang aja soal uang, ini rumah temanku. Dia nggak pake, jadi kamu tinggal aja di sini. Anggap aja kamu bantu dia jaga rumah. Lagi pula, kalau dipikir-pikir, malah dia yang seharusnya bayar kamu."

 

Cakra berdiri tegak di depan jendela kaca besar di ruang tamu, tubuhnya yang tinggi dan ramping memancarkan aura berwibawa, seakan tidak terpengaruh oleh apa pun di sekitarnya.

 

Nindi tertawa kecil. "Guru, ini rumahmu, ya?" godanya.

 

"Bukan, rumahku di sebelahnya."

 

Nindi yang terkejut pun berkata, "Kok bisa kebetulan gitu?"

 

Dengan nada santai pria itu melempar senyuman tipis, "Aku khawatir kalau kamu tinggal di tempat lain. Lagian yang nyuruh kamu keluar dari tempat itu kan aku."

 

Wajah Nindi memerah, hatinya penuh tanda tanya. Maksudnya apa, 'menyuruhnya keluar'? dia bingung.

 

Dia sangat terkejut. Tidak disangka, orang yang biasanya pendiam tiba-tiba melontarkan lelucon seperti itu.

 

Sadar bahwa perkataannya bisa menimbulkan kesalahpahaman, Cakra segera mengalihkan pembicaraan. "Tinggal aja di sini. Nggak usah mikirin yang macem-macem."

 

Nindi mengangguk, lalu berkata, "Oke deh, tapi aku tetap bayar uang sewa. Aku tidur di sofa aja, nggak bakal ganggu kamar temenmu. Oh iya, barang-barangnya juga nggak bakal aku sentuh."

 

Sambil mengerutkan dahinya, Cakra berkata, " Kamu jangan tidur di sofa, lagian orang itu juga nggak pernah tidur di sini. Dia tuh orang kaya yang bodoh, jadi kamu santai aja."

 

Senyum kecil muncul di wajah Nindi. "Kalian pasti akrab banget, ya?"

 

Hanya teman yang sudah sangat dekat yang berani berbicara seperti itu.

 

Cakra melirik jam sekilas, lalu bertanya, "Mau main game bentar?"

 

"Boleh deh," sahut Nindi.

 

Nindi mengikuti pria itu ke rumah sebelahnya dan mendapati bahwa kedua rumah tersebut memiliki desain yang identik.

 

Ternyata, Cakra tidak memiliki banyak perabotan, sehingga rumahnya terlihat begitu kosong.

 

Di ruang kerjanya, terdapat dua komputer canggih dengan spesifikasi tinggi.

 

Nindi membuka permainan dan langsung terfokus pada siaran langsung yang muncul di halaman utama. Dia terkejut saat melihat rekaman dirinya yang baru saja menyelesaikan kombinasi dua belas serangan berturut-turut dalam pertandingan.

 

Judul siaran itu mengabarkan bahwa murid berbakat King Master telah kembali ke arena kompetisi.

 

Rasa gelisah mulai menghinggapinya.

 

Tentu saja, di kehidupan sebelumnya, dia belum mampu menyelesaikan kombinaşi dua belas serangan berturut-turut dalam babak penyisihan ulang.

 

Terlebih lagi, dia belum pernah berhadapan dengan King Master.

 

Cakra menatapnya sejenak, lalu bertanya, "Kamu bisa menyelesaikan kombinasi dua belas serangan langsung dalam game, kapan kamu mempelajarinya?"

 

Nindi tidak kuasa menyembunyikan rasa gelisahnya.

 

Bagaimana dia harus menjelaskannya?

 

Apa dia harus memberitahu pria itu, kalau dia belajar di kehidupannya yang sebelumnya?

 

Bagaimanapun juga, kombinasi dua belas serangan yang dilakukan oleh King Master merupakan teknik yang sangat sulit untuk dikuasai. Banyak pemain yang telah berulang kali mencoba menirunya melalui video, namun tetap gagal.

 

Nindi menjilat bibirnya sedikit, "Sebenarnya, aku ngefans banget sama King Master. Aku udah suka dia sejak aku kecil. Dulu aku diam-diam berlatih gerakannya. Tapi aneh, baru sekarang bisa berhasil."

 

Cakra menatapnya dengan tatapan sedikit bingung, "Kamu udah suka dia sejak kecil?" tanyanya.

 

"I-iya. Aku suka dia dari dulu, jadi aku banyak tau tentang dia."

 

Nindi merasa sedikit ragu, namun saat ini penjelasan itu adalah satu-satunya yang bisa dia katakan.

 

Sebenarnya, Nindi sangat mengagumi sosok King Master dan tidak berniat untuk membohonginya

 

Dia melirik sekilas ke arah pria di sampingnya. Wajah Cakra tampak kikuk dan dia menjawab dengan suara kaku, "Jangan sembarangan suka sama orang."

 

Nindi merasa sedikit terkejut, "B-bukannya sama aja, ya."

 

Itu kan King Master.

 

Semua pemain game ini pasti mengagumi sosoknya!

 

Namun, Cakra yang tengah menyaksikan video gadis itu melakukan dua belas serangan, perlahan mulai melunakkan pandangannya.

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 21 Bangkit dari Luka ~ Bab 21 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 11, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.