Bab 232
Cakra memegang keningnya dan berkata,
"Hm, sudah nggak demam."
Nindi secara refleks menghindari
tangannya dan menjawabnya dengan gagap, "Aku 'kan sudah bilang baik-baik
saja."
Setelahnya, Cakra menyentil dahi
Nindi dengan kuat.
Cakra mengernyit sembari berkata,
"Bukannya aku sudah bilang jangan pergi minum-minum di bar? Nggak
ingat?"
Jika dia tidak berada di sana tadi
malam, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dialami Nindi.
Nindi merasa sedikit cemas mengingat
kejadian tadi malam.
Tatapan Nindi berubah dingin.
"Sekarang Sania bergaul dengan beberapa anak dari keluarga kaya di Kota
Yunaria. Aku nggak sangka kalau mereka berani bertindak keterlaluan!"
Dia-lah yang terlalu ceroboh.
"Bagaimana kamu ingin menghukum
mereka?" Cakra bertanya dengan serius.
"Nggak mudah. Para anak kaya itu
berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Yasawirya, orang biasa
nggak akan mampu menghadapi latar belakang keluarga mereka sama sekali."
Namun, dia tidak akan membiarkannya
begitu saja.
Mendengar ucapan Nindi, Cakra merasa
sedikit sakit hati. "Asalkan kamu memintanya."
Asalkan Nindi memintanya, dia pasti
akan membalas dendam untuknya!
"Nggak perlu, aku juga nggak
ingin kamu dalam masalah."
Latar belakang sekelompok anak kaya
dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu bukanlah sesuatu yang bisa dihadapinya
sendirian.
Dia juga tidak ingin Cakra terlibat
masalah.
Cakra melihat sikapnya yang
pengertian pun berkata, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini. Masalah
ini bukanlah sesuatu yang perlu kamu pikirkan."
"Cakra, aku tahu kamu ingin
membantuku balas dendam, tapi aku sudah punya rencana."
Nindi kemudian menatapnya dengan
serius. " Untung saja aku bertemu denganmu tadi malam."
Sekarang, Nindi punya hal lain yang
harus dilakukan.
Teringat Cakra yang juga meresponsnya
tadi malam, apakah itu berarti Cakra juga memiliki perasaan yang sama
terhadapnya?
Cakra menghindari tatapan matanya.
Tepat saat ini, seseorang mengetuk
pintu dari luar.
Cakra cepat-cepat berbalik, lalu
berkata, "Ayo, makan sedikit dulu."
Pria itu berjalan ke pintu. Begitu
pintu dibuka, seorang wanita sedang berdiri di luar.
"Cakra, ada yang ingin aku
bicarakan denganmu mengenai adikku."
Sofia berdiri di pintu sembari
melihat ke dalam ruangan dengan sedikit gugup, tetapi pria itu membalikkan
badannya dan menghalangi pandangannya.
No comments: