Bangkit dari Luka ~ Bab 233

  

Bab 233

 

Sofia merasa amat sedih ketika melihatnya begitu waspada.

 

Sebenarnya Serena bilang padanya semalam bahwa melihat Cakra menggendong seorang gadis pergi dari bar, tetapi dia masih tak percaya.

 

Dia datang kemari karena ingin memeriksa Cakra yang sedang menginap di hotel.

 

Tak disangka, semua itu benar!

 

Sofia tahu cintanya bertepuk sebelah tangan, berusaha sepenuh hati menyenangkan ibu Cakra, sengaja menyebarkan rumor tentang pertunangannya dengan Cakra untuk mendapatkan kesempatan bersamanya.

 

Namun dalam relung hati, dia tahu betul Cakra selalu bersikap dingin padanya.

 

Cakra menatap Sofia dengan acuh tak acuh tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia juga tak berani maju lagi, apalagi menerobos masuk ke dalam kamar.

 

Pada momen ini, pelayan di samping mendorong troli makanan.

 

Cakra langsung mengambil troli makanan dan melirik Sofia. "Minggir."

 

Sofia mundur beberapa langkah, hatinya merasa tak terima. "Cakra, aku hanya..."

 

Cakra langsung menutup pintu tanpa mengatakan apa pun.

 

Dia mendorong troli makanan ke hadapan Nindi.

 

Nindi menoleh ke arah pintu. "Siapa yang bicara padamu barusan?"

 

Sepertinya suara seorang wanita.

 

Cakra menjawab dengan tenang, "Pengantar makanan."

 

Dia memberikan kantong berisi pakaian kepada Nindi. "Pakai baju dulu sana."

 

Nindi menerima kantong berisi pakaian itu, tetapi dia sekarang sedang tak mengenakan apa-apa. Bagaimana caranya ganti pakaian?

 

Akhirnya, Cakra berbalik. "Pakailah, aku nggak akan mengintip."

 

Nindi mengambil kantong itu dengan wajah merona, bahkan pakaian dalamnya juga sudah disiapkan.

 

Dia segera mengenakan baju, lalu berdeham. "Aku sudah memakainya."

 

Cakra menoleh dan mendorong troli makanan ke hadapannya. "Sarapanlah dulu."

 

Nindi memang merasa agak lapar ketika melihat hidangan sarapan itu.

 

Dia duduk di samping ranjang dan makan, lalu tiba-tiba melirik Cakra. "Kamu nggak mau makan juga?"

 

Pada momen ini, ponsel Cakra berdering.

 

"Aku mau mengangkat telepon dulu, ya."

 

Cakra langsung berjalan ke balkon, suaranya berubah menjadi berat. "Katakan."

 

"Gimana kamu dengan si lemon semalam?"

 

Roman muka Cakra tampak agak kesal. "Jangan tanya yang nggak nggak! Karakter antagonis mati karena terlalu banyak bicara omong kosong!"

 

"Astaga! Kamu benar-benar meniduri si lemon? Apa yang kamu lakukan?"

 

"Nggaklah, aku nggak mungkin menodainya."

 

"Untung saja, kamu masih waras. Dia nggak mungkin bisa bersamamu, kamu harus lebih sadar diri."

 

Cakra menoleh sosok yang duduk di depan meja makan, sorot matanya berubah menjadi lebih lembut.

 

Suaranya terdengar agak getir. "Aku tahu."

 

Dia lebih tahu dari siapa pun tentang ini.

 

Namun, saat ini dia terjebak dalam dilema.

 

Cakra mengalihkan topik pembicaraan. "Bagaimana hasil penyelidikan peristiwa semalam?"

 

"Ada hubungannya dengan keluarga Morris. Perempuan licik dari keluarga Lesmana itu ternyata juga masuk ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan berada di kelas yang sama dengan adik Sofia. Perempuan licik itu sengaja menjebak si lemon agar menyinggung Serena. Itulah sebabnya peristiwa semalam terjadi."

 

Cakra teringat tentang kemunculan Sofia di hotel.

 

Dia berkata dengan suara berat. "Apa pengawal Serena sudah ditangani? Bungkam mulut mereka."

 

"Nggak perlu kamu suruh, aku sudah mengurusnya. Tapi seharusnya Serena melihatmu menggendong si lemon keluar dari bar semalam, jadi mungkin keluarga Morris sudah tahu kamu punya wanita simpanan di luar sana."

 

Cakra mengusap-usap pelipisnya. "Jangan biarkan orang tahu keberadaannya, rumor itu bisa berdampak buruk baginya!"

 

Dia tahu Nindi ingin meninggalkan keluarga Lesmana untuk menjalani hidup bebas.

 

Kalau sampai orang tahu Nindi memiliki hubungan dengannya, wanita itu akan menghadapi masalah tiada henti.

 

Cakra tidak ingin merusak kehidupannya.

 

"Masalah itu mudah diatasi, tapi bagaimana caramu menyelesaikan masalah si lemon yang dijebak perempuan licik itu? Kalau bukan karena kita kebetulan berada di sana semalam, dampaknya akan sangat parah!"

 

"Bukannya kamu bilang dulu Serena sering merundung teman-temannya di sekolah dan menyebabkan banyak masalah? Bocorkan kasus paling parah ke publik agar keluarga Morris memberi pelajaran putrinya dengan baik!"

 

Cakra tahu Nindi tidak ingin dirinya ikut campur!

 

Namun, bukan berarti dia benar-benar tak melakukan apa-apa!

 

Setelah menutup telepon, Cakra mengirim pesan kepada sekretarisnya. "Kosongkan hotel!"

 

Dia tak ingin orang lain melihat keberadaan Nindi ketika keluar dari hotel.

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 233 Bangkit dari Luka ~ Bab 233 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 08, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.