Bab 234
Dia harus melindunginya!
Setelah menutup telepon dan kembali
ke kamar, Nindi sudah selesai makan.
Dia menengadahkan wajah, menatap Cakra
dengan mata berbinar.
Apa yang harus dikatakannya pada
momen seperti ini?
Cakra melihat jam. "Kamu ada
kelas hari ini?"
Nindi mengingat -ingat sejenak.
"Sore ada kelas."
"Kalau masih sakit, ambil cuti
saja."
"Nggak perlu cuti, aku sekarang
cukup luang, kok. Mengikuti pelajaran di kelas juga nggak cape karena cuma
duduk saja."
Nindi merasa sangat canggung dan
tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.
Tak tahu bagaimana harus menanggapi
hubungan mereka sekarang!
Cakra yang melihat Nindi merasa begitu
tak nyaman, melontarkan candaan. "Apa kamu sangat takut bersamaku?"
Napas Nindi tersendat. "Siapa
bilang! Aku... aku hanya nggak ingin bolos kelas saja."
"Nggak benar rasanya kalau nggak
bolos waktu kuliah."
Cakra yang melihat Nindi begitu
bersikeras, akhirnya berhenti bercanda. "Aku akan mengantarkanmu ke
kampus."
Ketika melihat punggungnya, Nindi
baru bisa benapas lega.
Dia hanya cuci muka, lalu mengikuti
Cakra meninggalkan hotel.
Namun, ketika melihat sekeliling, dia
menyadari hotel ini tampak sangat mewah, tetapi tak ada tamu sama sekali.
Cakra yang menyadari pandangannya,
bertanya, " Ada apa?"
"Apa hotel ini nggak laku?
Terlihat sangat mewah, tapi gak ada tamu satu pun."
Cakra merasa agak terkejut. "Mungkin
pada jam ini, memang kebetulan nggak ada tamu."
Nindi bersama Cakra pergi ke parkiran
bawah tanah.
Cakra duduk di kursi kemudi dan Nindi
duduk di kursi penumpang sebelahnya.
Namun entah mengapa, dia tersangkut
ketika mengenakan sabuk pengaman.
Cakra mencondongkan badan ke samping
dan membantunya merapikan sabuk pengaman.
Nindi menndongakkan kepala dan
melihat Cakra begitu dekat dengannya.
Saat melihat kejadian ini, tiba-tiba
terlintas sebuah gambaran dalam benaknya. Apa sebelumnya juga pernah terjadi
hal yang sama?
Dia merasa kejadian ini sangat tidak
asing!
Cakra menundukkan kepala dan menatap
mata Nindi. Detak jantung pria itu berdegup makin kencang.
Dia mengalihkan pandangan dengan
panik dan cepat -cepat memasangkan sabuk pengaman Nindi, lalu kembali duduk.
Ketika mesin mobil mulai menyala,
Nindi diam-diam curi-curi pandang ke arah Cakra.
Dia masih merasa kejadian ketika
Cakra memakaikan sabuk pengaman padanya barusan agak tidak asing. Mungkinkah
dia pernah melihatnya dalam mimpi?
Sepanjang perjalanan, mereka tak
banyak berbincang.
Mobil berhenti di luar kampus.
Nindi sempat merasa ragu. "Kapan
kamu kembali ke Kota Antaram?"
"Mungkin aku akan tinggal
beberapa hari di sini."
"Oh, kalau gitu aku masuk dulu.
Sebelum kamu pulang, ayo kita makan bareng. Anggap saja sebagai ucapan terima
kasih karena sudah menyelamatkanku kali ini!"
Nindi memandanginya karena takut pria
itu akan menolak atau mencari-cari alasan.
Sebenarnya Cakra agak takut menatap
Nindi.
Cakra menjawab dengan santai,
"Oke, kalau kamu ada masalah di sekolah, pastikan untuk
menghubungiku."
Serena pasti akan cari gara-gara
dengan Nindi di kampus.
"Aku bisa menyelesaikan sendiri
masalah di kampus. Sampai jumpa beberapa hari lagi, ya."
Nindi membuka pintu mobil, lalu
berjalan masuk ke kampus.
Cakra melihat punggungnya sembari
menarik-narik kerah baju dengan gelisah. 'Nindi, aku harus bagaimana?'
Nindi langsung pergi ke kelas untuk
bersiap mengikuti pelajaran.
Namun begitu dia masuk ke dalam,
kelas yang awalnya gaduh seketika menjadi tenang. Semua orang menatap Nindi
dengan tatapan aneh.
Nindi langsung duduk di barisan
pertama tanpa ada yang menemani.
Tidak lama berselang, ada notifikasi
pesan masuk dari Galuh di ponselnya. "Gara-gara kamu nggak pulang semalam,
ada orang yang menyebarkan rumor buruk tentangmu, hati-hati!"
Galuh juga mengirimkan sebuah foto
kepadanya.
Bukankah orang yang ada di foto ini
adalah dirinya ketika turun dari mobil Cakra tadi?
No comments: