Bab 236
Serena langsung duduk di belakang
Nindi, berbisik, " Setelah pelajaran usai, tamat riwayatmu."
Sania duduk di sebelah Serena,
melihat Nindi yang berada di depannya dengan penuh kebencian.
Akhirnya dia berhasil membuat Serena
mempermalukan Nindi.
Mari kita lihat bagaimana cara Nindi
melarikan diri kali ini!
Dosen memulai pelajaran dan para
mahasiswa juga segera membuka buku pelajaran.
Nindi mengambil ponsel dan berencana
untuk menyisipkan sebuah program sederhana ke dalam Forum Komunitas Kampus. Dia
akan membuat para penghujat membayar tindakannya!
Perlu diketahui, dia bukanlah orang
yang bisa seenaknya dihujat.
Serena yang melihat Nindi sedang
bermain ponsel, segera memberi tahu dosen. "Pak, Nindi nggak membawa buku
pelajaran dan lagi bermain ponsel!"
Nindi segera mengantongi ponselnya
kembali.
Dosen yang melihat tak ada buku
pelajaran di atas meja Nindi, merasa agak kesal. "Nindi, apa kamu nggak
suka dengan pelajaranku?"
"Tidak, Pak. Maaf, saya lupa
membawanya."
Nindi tak membantah dan langsung
mengakui kesalahan.
Sania yang melihat situasi ini dari
samping, segera memanas-manasi. "Nindi, aku tahu kamu sebelumnya selalu
bergantung pada nilai bagus dan nggak pernah mematuhi peraturan, tapi membawa
buku pelajaran itu adalah bentuk penghormatan kepada dosen."
Serena mencibir, "Nindi, apa
kamu sangat percaya diri pada kemampuanmu sampai nggak bawa buku pelajaran?
Kalau semua orang menirumu, bukankah itu akan merusak kebiasaan baik kampus
kita?"
Dosen yang merasa perbuatan Nindi
sudah keterlaluan, berkata, "Nindi, kalau kamu sangat percaya diri, coba
kerjakan soal yang baru muncul di layar! Meski ini agak sulit, coba berikan
penyelesaianmu."
Nindi melihat sekilas soal yang ada
di layar.
Dia berdiri dari tempat duduk,
berjalan ke depan kelas, lalu mengambil kapur dan mulai menulis penyelesaian
soal.
Serena yang melihat itu tertawa.
"Xixi! besar juga nyalimu. Apa kamu bisa menyelesaikan soal sesulit ini
pada hari pertama masuk kelas?"
Serena selalu mendapatkan pendidikan
elite, dia langsung menyadari bahwa soal ini takkan bisa diselesaikan oleh
mahasiswa baru.
Soal ini membutuhkan penulisan kode.
Mahasiswa baru yang belum pernah
belajar IT takkan bisa menulis kode!
Sania yang berada di sampingnya
menambahkan," Nindi, kalau kamu nggak bisa, jangan memaksakan diri, deh.
Nggak bisa itu wajar."
Nindi memasukkan satu tangannya ke
dalam saku dan tak menghiraukan ocehan mereka berdua.
Raut wajahnya tampak tenang dan
tulisannya di papan tulis juga rapi.
Dosen awalnya merasa mahasiswa
bernama Nindi ini memiliki sikap yang agak arogan.
Karena berani maju untuk
menyelesaikan soal.
Namun setelah dosen melihat kode yang
Nindi tulis, ekspresinya seketika berubah.
Bagaimana mungkin?
Sebenarnya, ini adalah soal ujian
akhir. Namun, Nindi yang baru masuk kelas untuk pertama kali, bisa
menyelesaikannya.
Selain itu, jawabannya benar!
Semua ini sangat sulit dipercaya!
Setelah selesai menulis, Nindi
menaruh kapur di atas meja dosen. "Pak, saya sudah selesai
menulisnya."
Serena bertanya dengan percaya diri,
"Pak, apa Nindi asal-asalan menulis kode?"
Dosen menggelengkan kepala.
"Penyelesaian yang ditulis Nindi benar. Ini adalah soal ujian
kalian."
Semua mahasiswa yang berada di dalam
kelas terkejut.
Apa Nindi sehebat itu?
Belum mulai mengikuti pelajaran,
tetapi sudah bisa menyelesaikannya?
Sania yang merasa tak terima,
melontarkan sindiran. "Nindi, aku tahu ingatanmu itu kuat. Sekali lihat
saja sudah bisa mengingat jawabannya, tapi kamu nggak boleh menyontek,
loh." 2
Mana mungkin Nindi bisa menyelesaikan
soal ini. Dia pasti menyontek.
No comments: