Bab 237
Menghadapi kecurigaan Sania, Nindi
tak merasa terkejut.
Dia menjawab dengan tenang,
"Otak udang sepertimu mencurigaiku?"
"Nindi, jangan alihkan topik
pembicaraan."
Wajah Sania seketika merona merah.
"Kamu sama sekali nggak bisa menyelesaikan soal itu, tapi barusan pasti
diam-diam melihat ponsel untuk mencari jawaban dan menghafal semuanya. Itu
bukan berarti kamu hebat!"
Serena yang terkejut sempat mengira
Nindi benar-benar hebat.
Namun tidak disangka, semua ini hanya
akal-akalannya saja.
Sanía memberikan nasihat bijak.
"Nindi, aku mengungkapkan kebenaran ini demi kebaikanmu agar nggak
terus-terusan berbuat salah karena menipu itu nggak baik." 1
Nindi langsung tertawa. "Dasar
tolol! Apa kamu kira semua orang sama tololnya denganmu? Orang yang mendapatkan
nilai nol di UBMPT nggak pantas menentukan mana hal baik atau buruk
untukku!"
Wajah Sania merona merah dan merasa
orang-orang di sekitar sedang mentertawakannya.
Serena juga menunjukkan ekspresi
menghina. Namun, karena tidak ingin membuat Nindi puas hati, jadi langsung
membalas, "Syarat penerimaan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis nggak mengacu
pada nilai, orang kampung sepertimu nggak akan paham."
"Bukannya terasa konyol saat
orang yang nggak bisa apa-apa sepertimu mencurigai orang lain menyontek?"
Serena langsung berdiri. "Kamu
bilang aku nggak bisa apa-apa? Sejak kecil aku sudah menerima pendidikan elite
yang orang kampung macain kamu hanya bisa lihat dari TV. Kamu pasti merasa
sangat iri, 'kan?"
Sudut bibir Nindi terangkat.
"Kalau kamu merasa hebat, coba selesaikan soal ini!"
"Cih! Menyelesaikan soal itu
sangat mudah karena kami belajar penulisan kode program. Kalau kamu benar-benar
bisa menyelesaikan soal itu, coba tulis kode program sederhana, pasti gampang,
'kan?"
Senyum di wajah Nindi makin lebar.
"Mau bertaruh denganku?"
"Oke, kalau kamu bisa menulis
sedikit saja kode program sederhana, akan kuanggap kamu benar benar mampu
menyelesaikan soal itu! Tapi kalau gagal, kamu harus berlutut meminta maaf di
hadapan dosen dan semua mahasiswa atas kecuranganmu!"
Nindi melihat Serena dengan ekspresi
senang.
Dia bertanya dengan suara datar,
"Kalau kamu kalah gimana?"
"Mana mungkin aku kalah!"
Serena begitu percaya diri, lagi pula
dia sudah lama mempelajari pelajaran ini.
Nindi mengangkat alis. "Nggak
berani bertaruh karena takut kalah, ya?"
"Siapa bilang takut kalah? Oke,
ayo kita bertaruh!"
"Baiklah, kalau kalah, kamu juga
harus berlutut minta maaf kepada semua orang karena sudah mencemarkan nama baik
orang lain!"
Nindi memiliki sikap yang angkuh!
Dosen dan mahasiswa yang berada di
sana bersikap skeptis, merasa Nindi benar-benar cari mati karena berurusan
dengan putri keluarga Morris!
"Sayangnya, kamu yang akan
kalah, Nindi!"
Serena maju ke depan kelas dengan
begitu percaya diri. "Bagaimana kalau kita mulai dari Forum Komunitas
Kampus? Coba tulis kode pengalihan HTML."
Serena menggunakan komputer dosen dan
langsung membuka Forum Komunitas Kampus.
Namun, tajuk pembahasan utamanya
adalah Nindi tak kembali ke asrama semalaman dan menjadi gila harta.
Serena sengaja memperlihatkan ini
kepada semua orang untuk menghancurkan reputasi Nindi!
Serena menulis kode dengan cepat
untuk langsung mengalihkan halaman forum ke pembahasan tersebut serta foto
Nindi saat turun dari mobil.
Semua orang kini sedang membicarakan
Nindi yang tak kembali semalaman.
Serena berkata dengan puas,
"Nindi, lebih baik jelaskan kenapa nggak kembali ke asrama semalaman dan
turun dari mobil mewah?"
"Kemarin, nggak mungkin kali
pertamamu naik mobil mewah, 'kan?"
"Pakaian bermerek yang dia
kenakan hari ini bukan hasil dari bercinta dengan om-om, 'kan?"
Serena dan pengikutnya mulai berseru
dan mencemooh Nindi.
Nindi menatap dengan tatapan dingin.
"Menyebar fitnah harus ditangani lewat jalur hukum. Hanya sebuah mobil
mewah saja, aku juga bisa beli!"
Pemasukkannya kini sangatlah tinggi.
Selain pemasukkan dari platform
siaran langsung, ada gaji dari perusahaan Patera Akasia serta dividen proyek.
Serena tertawa terbahak-bahak.
"Ya Tuhan! Orang kampung sepertimu jangan berlagak, deh."
"Nindi, kamu tahu berapa harga
mobil mewah itu? Mungkin kamu nggak pernah melihat uang sebanyak itu sepanjang
hidupmu!"
"Orang kampung ya orang kampung.
Mikir-mikir kalau mau membual!"
Serena berkata sembari tertawa,
"Nindi, sekarang giliranmu. Kalau nggak bisa, akui saja kesalahanmu dan
minta maaf lebih dulu. Akan kupertimbangkan untuk memaafkannu."
"Orang yang akan kalah taruhan
itu kamu."
Nindi berjalan ke depan komputer,
lalu jari-jari panjangnya mengetik di atas keyboard.
Dia segera menulis sebuah kode,
menyisipkannya ke dalam forum dan mulai mengumpulkan kata kunci pada kolom
komentar.
No comments: