Bab 240
Sania berjalan mendekat. "Nindi,
tolong bantu aku membuka kunci ponsel demi hubungan kita."
"Memangnya apa hubungan
kita?"
Nindi melirik Sania dengan acuh tak
acuh dan menghina.
Dia tak menggubris perempuan licik
itu dan pergi meninggalkan kelas begitu saja.
Bukankah orang-orang ini suka
menyebar fitnah? Kenapa dia tak boleh memberi mereka sedikit pelajaran?
Pada zaman ini, orang-orang bisa
dengan sangat mudah menyebar rumor buruk. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan!
Nindi kembali ke asrama, dia merasa
agak lelah dan ingin mandi, lalu beristirahat.
Namun, pintu asrama didobrak paksa
oleh seseorang.
Jihan masuk dengan marah.
"Nindi, kamu sudah keterlaluan karena mengunci ponsel banyak orang. Apa
yang kamu ingin kami lakukan?"
Nindi melihat ada banyak orang di
luar kamar asrama, mungkin mereka semua adalah mahasiswa yang ponselnya
terkunci.
Roman wajahnya begitu kesal dan
emosi. "Kamu tuli, ya? Aku sudah bilang cara membukanya. Unggah permintaan
maaf dan ponsel kalian yang terkunci akan langsung terbuka."
Jihan seketika merasa tak terima.
"Tapi apa yang kita katakan itu nggak salah, loh. Buat apa minta
maaf?"
"Kalau gitu, enyahlah!"
Nindi tidak ingin banyak bicara
dengan gerombolan penghujat ini!
"Nggak, Nindi kamu harus membuka
kunci ponsel kami. Kamu sudah keterlaluan!"
"Apa alasanmu melakukan ini?
Zaman sekarang itu ada yang namanya kebebasan berpendapat, tahu."
"Benar, kamu ini berani berzina,
tapi nggak mau mengakuinya!"
Nindi terkekeh. "Sebagai sesama
wanita, apa kalian pernah berpikir ketika menyebarkan fitnah, ada kalanya
kalian diperlakukan dengan cara yang sama? 11
"Asal mengirim sebuah unggahan
dan foto, sudah cukup untuk menuduh kalian sebagai pelacur!"
"Hari ini, aku bisa menyisipkan
program sederhana dan melakukan balas dendam untuk meluapkan amarah."
"Tapi kalau itu terjadi pada
kalian. Bagaimana cara kalian menjelaskannya?"
"Apa kalian pernah memikirkan
konsekuensinya?"
Nindi berbicara dengan tegas, suasana
di tempat itu menjadi begitu tenang.
Galuh menambahkan, "Benar, coba
pikirkan baik-baik, deh. Nindi itu dikucilkan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, kebenaran pembahasan yang ada di Forum Komunitas Sekolah juga perlu
dipastikan. Kita harus girls help girls, bukan malah menuduh seorang gadis
sebagai pelacur!"
Setelah mendengar itu, beberapa gadis
di luar pintu langsung berbalik dan pergi.
Sisanya juga mulai bubar.
Namun, Jihan masih merasa tak terima.
"Galuh, berani-beraninya kamu membela Nindi. Kalau sampai Nona Serena
tahu, habis riwayatmu!"
Nindi menatap Jihan. "Serena
sedang menghadapi masalah hukum, dia bahkan nggak bisa mengurus dirinya
sendiri."
"Tapi dia tetap Nona Besar
keluarga Morris. Mana mungkin terjerat masalah!"
Jihan melihat Nindi menunjukkan raut
wajah datar dan sikap kuat. Setelah tak ada orang yang mendukungnya, dia juga
tidak berani menantang Nindi lagi, hanya bisa terkulai lemas di atas kursi.
Ketika melihat layar ponselnya
berubah menjadi hitam, dia hampir menangis karena emosi.
Galuh mengambil ponselnya yang tak
terkunci. " Kalau kamu mau menelepon seseorang, pakai punyaku dulu
saja."
"Nggak ada yang peduli denganmu,
dasar pengkhianat!"
Jihan menangis karena emosi dan
memiliki dendam kesumat kepada Nindi. Orang kampung tak pantas tinggal satu
kamar dengannya!
Selesai mandi, Nindi segera naik ke
atas ranjang. Dia mengambil laptop dan meretas bar hari itu untuk mencari
rekaman CCTV.
Namun, dia menyadari di lantai tiga
tak ada CCTV, hanya terpasang pada lantai satu dan dua.
Nindi hanya menemukan rekaman CCTV di
luar toilet lantai dua tempat dia diserang, tetapi sayangnya, rekaman malam itu
sudah dihapus.
Nindi sudah menyalin data CCTV,
sejauh yang dia tahu saat ini, satu-satunya orang yang bisa mengembalikan data
rekaman CCTV hanyalah orang yang berasal dari pasar gelap itu.
Namun sejak kejadian itu, dia tak
pernah berhubungan lagi dengan orang pasar gelap.
Nindi berbaring di atas kasur, perlu
memikirkan hal ini baik-baik.
Setelah kejadian semalam, dia kini
merasa sangat lelah.
Nindi yang baru tertidur, langsung
dibangunkan oleh seseorang. Dia terbangun dengan raut wajah kesal.
Galuh berdiri di samping ranjangnya
dan berkata, " Konselor datang, ada hal yang ingin dibicarakan denganmu.
Mungkin ada sangkut pautnya dengan unggahan di forum!"
"Nindi, tamat riwayatmu kali
ini. Mari kita lihat apakah kamu akan patuh ketika konselor menyuruhmu untuk
membuka kunci ponsel?"
Jihan yang berada di samping,
mencemooh. Semoga Nindi mendapatkan sebuah sanksi!
No comments: