Bab 243
Nando menatap ke arah Dosen Bimbingan
Konseling, lalu berkata, "Aku kakak kedua Nindi Lesmana! Aku
keluarganya!"
"Apa? Kamu kakak keduanya?
Bukankah Nindi bilang orang tuanya sudah meninggal dan dia hidup sebatang
kara?"
Dosen Bimbingan Konseling itu sangat
terkejut. Datang dari mana kakak keduanya ini?
Nando berbalik dan menatap Nindi agak
putus asa. " Nindi, apakah kamu begitu membenci keterikatanmu dengan
keluarga Lesmana?"
Nindi langsung menoleh pada dosen itu
dan berkata, "Aku memang yatim piatu dan nggak punya keluarga."
Dia enggan mengakui hubungan dengan
keluarga Lesmana!
"Nindi, aku tahu kamu masih
marah sama keluargamu, tapi jangan marah pada saat-saat seperti ini."
Nando agak pusing. Dia tidak
menyangka Nindi begitu keras kepala.
Dia menatap dosen tersebut, lalu
berkata, "Ini kartu namaku dan KTP-ku. Nindi Lesmana adalah adik
perempuanku, tapi karena ada beberapa konflik dengan keluarga, dia bilang
begitu. Dia masih punya keluarga, kok!"
Dosen Bimbingan Konseling itu melihat
sekilas ke kartu nama dan KTP Nando.
Kebetulan nama belakang yang sama
dengan nama belakang Nindi. Bahkan, alamat domisilinya pun sama.
Sekarang, ekspresi dosen Bimbingan
Konseling ini agak kikuk. Dia tidak menyangka Nindi benar-benar memiliki
keluarga. Kondisi ekonomi keluarganya pun terlihat cukup baik.
Kartu nama kakak kedua Nindi tadi
mencantumkan bahwa dia adalah presiden direktur dari sebuah perusahaan!
'Jangan-jangan, rumor Nindi yang
diadopsi itu benar?'
Kemudian, suara pelan milik Dosen
Jurusan Komputer pun berbicara, "Mungkin dia anak perempuan keluarga ini
yang kabur dari rumah karena marah."
Wajah Dosen Bimbingan Konseling makin
kalut. Bukannya kata-kata yang dia ucapkan barusan seperti menampar wajahnya
sendiri?
Kemudian, Dosen Bimbingan Konseling
kembali bicara, "Kami nggak tahu situasi keluarga Nindi sebelumnya,
makanya kami salah paham. Tapi, dia memasang sebuah program kecil dan meretas
banyak ponsel teman-temannya. Itu kesalahannya."
"Namun, teman-teman sekelasnya
memang diduga sudah menyebarkan fitnah tentang adikku. Jika mereka nggak terima
dengan perbuatan Nindi, mereka bisa datang dan menemui pengacaraku. Aku nggak
keberatan untuk menggugat mereka satu per satu!"
Sikap Nando sangat tegas!
Tidak ada yang boleh merundung
adiknya!
Sekararig, Dosen Bimbingan Konseling
pun tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, dia hanya bisa menatap dekan dan
bertanya, "Pak Dekan, menurut Bapak, sebaiknya menyelsaikan permasalahan
ini seperti apa?"
Ternyata, Nindi bukan anak yatim
piatu yang miskin, tetapi seorang putri orang kaya dari keluarga yang cukup
berada. Jadi, agak sulit mengatasinya.
Dekan itu pun menatap Nando, lalu
membalas, Tapi, kali ini, Nindi juga terlibat konflik dengan mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Pak Nando juga berkecimpung di dunia bisnis, pasti Pak
Nando tahu betapa seriusnya masalah ini. Kalau orang tua mereka tahu tentang
masalah ini, Pak Nando pasti bisa mendapat masalah, 'kan?"
Tidak ada yang berani menyinggung
orang tua mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini!
Nando mendengus dingin. "Mereka
yang mulai fitnah. Kami, keluarga Lesmana, nggak akan mundur sejengkal
pun!"
"Siapa yang suruh kamu ikut
campur. Ini urusanku!"
Nindi menatap Nando. "Kamu pergi
saja, nggak perlu pusing sama urusanku!"
"Nindi, kamu boleh marah lagi
nanti. Untuk sekarang, tunggu sampai aku menyelesaikan masalah ini dulu."
"Aku sudah putus hubungan dengan
keluarga Lesmana. Kalian nggak berhak ikut campur dengan urusanku!"
Nindi tidak ingin menerima bantuan
dari keluarga Lesmana!
Dia juga tidak ingin terlibat dalam
hubungan apa pun dengan keluarga Lesmana!
Nando tersenyum kecut. Namun, ketika
dia menoleh ke arah dekan, sikapnya menjadi sangat tegas. " Keluarga
Lesmana pasti akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas!"
Nindi sangat kesal!
Dia menoleh kepada Dosen Bimbingan
Konseling dan berkata, "Apa Pak Dosen nggak mau mendengarkan penjelasanku
soal hubungan dengan pria itu dan sumber keuanganku? Aku punya buktinya!"
Kini, dia adalah penyiar besar yang
sudah menandatangani kontrak sekaligus anggota inti Tim Riset Perusahaan Patera
Akasia. Dia tidak kekurangan uang sama sekali!
Dosen Bimbingan Konseling pun
berdeham." Kakakmu sudah datang, ini nggak perlu dibuktikan."
"Dia bukan kakakku. Ini
urusanku, berarti harus diriku sendiri yang membuktikan!"
Usai Nindi berkata begitu, dosen
tersebut tidak menggubris kata-kata Nindi. Dia langsung menganggap Nindi anak
perempuan keluarga Lesmana yang tengah merajuk!
Sungguh menyebalkan!
Saat itu juga, sang dekan tiba-tiba
menerima telepon.
Dekan itu berbicara dengan nada yang
sangat hormat, "Baik, saya mengerti. Saya tahu bagaimana menangani
ini!".
Setelah menutup telepon, dekan itu
menatap ke arah Nindi dan berkata, "Di sini, kami telah menyelidiki dengan
jelas, konten di Forum Kaskus itu memang fitnah. Tanpa ada hubungan apa pun
denganmu."
No comments: