Bangkit dari Luka ~ Bab 244

 

Bab 244

 

Dosen Bimbingan Konseling pun bertanya, " Bagaimana soal ponsel yang terkunci?"

 

Ini menjadi masalah paling penting sekarang.

 

Para dosen di Jurusan Komputer tidak dapat memecahkan program yang dipasang Nindi. Hal itu mencoreng reputasi mereka.

 

Kode yang ditulis oleh seorang mahasiswa baru itu tidak bisa mereka pecahkan sama sekali.

 

Dekan berdeham dan berkata, "Karena isi unggahan tersebut berisi fitnah yang keliru, mereka yang ikut mencemarkan nama baik Nindi memang harus meminta maaf!"

 

Nindi agak terkejut usai mendengar jawaban dekan.

 

'Eh? Masalah ini diselesaikan secepat itu?'

 

Usai mendengar dekan berkata demikian, Dosen Bimbingan Konseling tidak bisa berbicara lagi. Artinya, penanganan ini sama dengan menoleransi perbuatan Nindi, 'kan?

 

Saat itu juga, dosen Jurusan Komputer menghampiri Nindi. Dia berkata, "Nindi, apa yang tersembunyi dalam program yang kamu tulis di forum sekolah? Kami sudah berusaha dari sore hingga malam, tapi nggak bisa memecahkan kode yang kamu tulis!"

 

Inilah alasan dosen itu turut datang ke kantor dekan.

 

Dia sangat penasaran!

 

Nindi menatap dosen komputer itu. "Sangat sederhana, aku bisa tunjukkan kalau ada komputer."

 

Dekan pun berdiri. "Kamu bisa gunakan komputerku. Aku juga penasaran, seorang mahasiswi baru bisa membuat para dosen di Jurusan Komputer kesulitan."

 

Nindi berjalan mendekat, lalu berdiri di hadapan komputer dekan. Dia membuka forum sekolah, lalu jari-jarinya yang lentik menari-nari di atas papan ketik.

 

Dia langsung menuliskan kode, lalu memberikan analisis pada program kecil yang dia pasang di forum kelas!

 

Dosen Jurusan Komputer itu hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya. Dia bingung apakah harus tertawa atau menangis. "Begitu, ya? Kecerdikan kecilmu ini memang nggak terpikirkan sebagian besar orang. Nindi, apakah sebelumnya keluargamu pernah kasih kursus tambahan untukmu?"

 

Dekan menoleh pada Nando, lalu bertanya, "Pak Nando, bagaimana cara keluarga Pak Nando mendidik anak-anaknya? Kampus kami punya banyak mahasiswa berprestasi. Tapi, baru kali ini kami temui orang berbakat luar biasa seperti Nindi."

 

Ekspresi Nando terlihat agak canggung.

 

Dia tersenyum pahit dan menjawab, "Semua ini tampaknya dipelajari autodidak oleh adikku."

 

'Kapan Nindi pernah dapat pelatihan khusus di rumah?'

 

Keluarganya saja terus-menerus menghambat Nindi!

 

Nindi berdiri di depan komputer. Semua ini tidak sulit baginya karena sudah mempelajari semua di kehidupan sebelumnya.

 

Dosen Jurusan Komputer sangat senang. "Nindi, kampus ini memiliki program pelatihan khusus untuk orang-orang berbakat sepertimu. Apa kamu mau ikut?"

 

"Dia nggak akan ikut!"

 

Nando langsung menampik tawaran itu atas nama Nindi dan berkata, "Pelatihan khusus begitu pasti diadakan di Fakutas Bisnis, menjadi bagian dari mata kuliah khusus."

 

Nindi telah menyinggung orang-orang dari keluarga Morris. Andai Nindi kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, mungkin dia akan dirundung!

 

"Tentu, itu terserah Nindi saja."

 

Nindi menolak dengan santai. "Aku memang nggak mau ikut."

 

Dekan juga menyarankan, "Kalau kamu khawatir soal konflik sebelumnya dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, aku bisa membantumu menyelesaikannya."

 

"Sungguh nggak perlu Pak Dekan. Aku berterima kasih atas niat baik Pak Dekan. Sekalipun aku nggak menerima mata kuliah khusus, aku masih bisa lebih baik dari mereka!"

 

Nada bicara Nindi tenang, sekaligus terdengar agak angkuh.

 

Awalnya, dia hanya ingin menikmati kehidupan kampus yang tenang dan berusaha tidak menonjol.

 

Sayangnya, keadaan memang tidak memungkinkan!

 

Nindi meninggalkan kantor dekan setelah berbicara. Lagi pula, masalah ini sudah selesai.

 

Nando menyusul di belakangnya. "Dik, bisa kita bicara?"

 

"Jangan panggil aku begitu, aku bukan adikmu!"

 

Rasa tidak senang tersirat di mata Nindi!

 

Dia mempercepat langkahnya menuruni tangga. Saat di anak tangga terakhir, dia malah berpapasan dengan Sania.

 

Ekspresi Sania sangat angkuh saat bicara, "Nindi, apa Dekan sudah memberimu sanksi? Beliau sudah menyuruhmu untuk segera minta maaf dan mengakui kesalahanmu, tapi kamu tetap nggak mau menurutinya!"

 

"Nindi nggak berbuat salah. Kenapa dia harus minta maaf dan mengakui kesalahan?"

 

Nando, yang mengikuti Nindi dari belakang, kini terlihat. Sania langsung terkejut hingga wajahnya pucat!

 

'Kenapa Kak Nando bisa ada di sini, ya?'

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 244 Bangkit dari Luka ~ Bab 244 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 09, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.