Bab 259
"Kakak Pertama, kamu bisa kirim
orang buat periksa rekaman pengawas di kafe itu!"
Nando melihat ke Sania dan
menjelaskan, "Kamera pengawas di kafe bisa membuktikan apa yang aku
ucapkan, juga bagaimana dia berlutut dan memohon.
Sania merasa cemas dan tidak berani
mengangkat kepala, dia panik hingga keringat dingin mengalir di dahinya.
Darren mengerutkan kening,
"Nando, aku percaya ucapan kamu sekali lagi. Kalau rekaman pengawasan yang
ada kali ini nggak bisa buktikan ucapan kamu, jangan salahin aku kalau aku
nggak percaya kamu."
"Oke."
Nando dengan dingin menjawab,
"Sania, sekarang kamu masih gak mau ngaku?"
"Kak, apa yang aku katakan
adalah kebenaran."
Sania tidak berani menatap mata
Nando, tetapi dia tidak mungkin mengakuinya.
Jika rekaman pengawasan benar-benar
ada, dia harus memikirkan alasan yang cocok.
Sekarang sudah kehilangan kepercayaan
Kak Nando, tidak boleh kehilangan kepercayaan Kak Darren.
Mungkin dia harus menghubungi orang
itu, Sania membawa nampan buah, "Kak Darren, aku akan cuci buahnya
lagi."
"Berhenti! Kamu nggak boleh ke
mana-mana sebelum rekaman pengawas di kafe diambil, jangan sampai kamu
menghubungi seseorang dari Keluarga Morris buat ngelakuin sesuatu!"
Nando tahu Sania tidak punya
kemampuan sebesar itu, tetapi Keluarga Morris punya!
Sania hanya bisa berdiri di tempat,
hatinya sangat panik, setiap detik terasa seperti setahun.
Tidak lama kemudian, Darren menerima
telepon dari sekretaris, "Apakah rekaman pengawasnya sudah diambil?"
"Apa, kafe itu terbakar semalam,
dan semua kamera pengawas juga terbakar?"
Darren merasa hal ini agak aneh.
Setelah mendengar berita ini, Sania
akhirnya bisa bernapas lega, baguslah terbakar, akhirnya dia selamat dari
bencana!
Sania tidak tahu, apakah kebakaran
dilakukan oleh pria itu, atau itu perbuatan Keluarga Morris!
Singkatnya, dia sudah aman.
Sania memperhatikan tatapan Nando,
menarik lehernya, "Kak, jangan bilang kamu mengira ini aku yang
melakukannya? Semalam kamu sakit, aku yang menjaga kamu di rumah sakit, apalagi
aku juga nggak seberani itu buat bakar!"
"Kamu nggak bisa melakukannya, tapi
Keluarga Morris bisa! Kamu yang menghubungi orang-orang Keluarga Morris, kalau
nggak, gimana mereka bisa tahu tentang rekaman pengawasan ini secepat
itu?"
Nando mengeluarkan ponselnya,
"Meskipun kamera pengawas di kafe sudah dibakar, tapi masih ada saksi!"
Sebuah video diputar di ponsel, itu
adalah pelayan kafe.
Jantung Sania seperti sudah di
tenggorokan, tidak mungkin!
"Kemarin aku benar-benar melihat
ada empat orang yang berdebat di sana, salah satu gadis mengeluarkan laptop,
sepertinya membuka rekaman pengawasan, dan gadis lainnya berlutut meminta
ampun, sepertinya dia sudah melakukan kesalahan dan tertangkap basah."
Sania Kertanegara hampir tidak bisa
berdiri, seluruh tubuhnya bergetar.
Nando melihat ke arahnya,
"Sekarang, kamu mau ngeles apa lagi?"
Sania menatap Kakak Pertama,
"Kak, kemarin memang ada rekaman pengawasan bar di laptop Nindi, tapi
bagian tentang Serena sudah dihapus sama Keluarga Morris sejak lama. Sekarang
Nindi maksa aku buat ngomong soal ini, dia mau aku jadi saksi."
"Aku takut, Keluarga Morris
nggak akan ngebiarin aku pergi."
"Kak Nando juga maksa aku buat
setuju, aku dipaksa berlutut dan memohon supaya mereka nggak begini
padaku."
Nando berkata dengan dingin,
"Sania, kamu bohong!
"Aku nggak berbohong, Nindi
sudah ngomong banyak hal yang bikin kita marah buat maksa kita. Kak Nando,
makanya kamu sampai pingsan karena marah. Masa kamu lupa?"
Sania terisak sambil mengusap air
matanya, "Kalau Kak Nando merasa akulah pelakunya, maka aku akan
menyerahkan diri ke kantor polisi."
Sania berbalik dan berlari keluar
dari ruang perawatan.
Dia harus pergi, jika tidak, tidak
tahu apa lagi yang akan dilakukan Nando.
Darren agak kesal dan bersuara,
"Kok kamu ngomong gitu ke Sania? Nggak mungkin kan kamu nyalahin Sania
cuma buat nyelamatin Nindi? Masalah ini jelas-jelas ulah Keluarga Morris!"
"Kak, Sania tuh sebenarnya nggak
kayak yang kelihatan di luar. Aku juga baru sadar setelah melihat rekaman
pengawas.'
"Baiklah, kamu istirahat saja
dan fokus buat sembuh. Mulai sekarang Sania akan tinggal sama aku, kamu nggak
usah khawatir lagi."
Selesai berbicara, Darren segera
meninggalkan ruang perawatan.
Melihat Kakak Pertamanya yang
ternyata tidak memercayainya, Nando marah dan muntah darah.
No comments: