Bab 260
Ini semua salahnya. ini memang pantas
dia dapatkan!
"Kak Nando, kenapa kamu muntah
darah?"
Leo segera membantu Nando berdiri,
"Tadi aku lihat Kak Darren bawa Sania pergi, sebenarnya apa yang terjadi?
Kak Darren bilang kamu mau Sania di penjara demi Nindi!"
"Ahem, Leo, apa kamu percaya
padaku?"
"Tentu saja aku percaya
kamu."
Nando menceritakan semua yang terjadi
di kafe kemarin, "Begitulah ceritanya, tapi saat ini rekaman pengawas
sudah dihancurkan, Kak Darren nggak percaya ucapanku."
Leo seketika terjebak dalam
kebingungan.
"Kakak Kedua, bukan berarti aku
nggak percaya sama kamu. Kalau aku nggak lihat rekaman pengawas, aku juga nggak
bakal nyangka Sania ternyata licik banget, bahkan sampai ngeracunin Nindi. Ini
benar-benar sulit dipercaya."
"Aku tahu, kamu juga nggak akan
menerimanya dalam sekejap. Kalau bukan karena aku lihat rekaman pengawasan
dengan mata kepalaku sendiri, aku juga nggak akan percaya!"
Wajah Nando pucat, dadanya terasa
sesak, "Tapi kamu jangan gampang percaya sama ucapan Sania."
Sania bukan orang baik.
Leo melihat Kakak Kedua yang begitu
sedih dan kecewa. Jadi, dia mengurungkan niat untuk berbicara.
Leo hanya mengangguk setuju,
"Oke, aku janji."
Sebenarnya dia juga memiliki keraguan
di dalam hatinya, merasa apakah ada kesalahpahaman antara Nindi dan Sania!
Namun, keadaan Kakak Kedua terlihat
sangat buruk.
Nando menggenggam tangan Leo,
suaranya bergetar, "Kamu juga cari tahu alasan Nindi ambil cuti sakit, dia
dirawat di rumah sakit mana. Tolong jenguk dia untukku, bilang ke dia, meskipun
nyawa Kak Nando nggak berharga, dia tetap harus bela kehormatan Nindi!"
Ini adalah hutangnya pada Nindi!
Leo hanya bisa mengiakan, setelah dia
meninggalkan ruang perawatan, dia segera mencari tahu di rumah sakit mana Nindi
dirawat.
Dia mencoba mengirim pesan pada
Nindi, tetapi ternyata Nindi sudah lama menghapusnya.
Dia terpaksa menelepon Nindi,
ternyata nomornya sudah diblokir.
Sekarang Leo baru menyadari,
sepertinya ada jarak antara dirinya dan Nindi.
Leo terpaksa mengganti nomor telepon
untuk menelepon Nindi, kali ini dengan cepat terhubung, " Nindi, ini
aku."
Nindi mendengar suara Kak Leo, dia
berkata dengan nada dingin, "Ada apa?"
"Kak Nando sekarang dirawat di
rumah sakit, kondisinya sangat buruk. Kalau kamu nggak sibuk, jenguklah dia,
día khawatir banget!"
"Kak Nando nggak perlu khawatir
karena ada Sania yang merawatnya, jadi nggak perlu aku sama sekali."
"Sekarang Kak Nando nggak suka
banget sama Sania, dia sudah diusir."
Leo teringat apa yang dikatakan
Nando, dia tidak bisa menahan untuk tidak bertanya, "Nindi, apa benar
Sania yang ngeracunin kamu di bar hari itu?"
"Apa kalian sudah lihat rekaman
pengawasan?"
"Belum, Kak Nando bilang
flashdisk itu hilang, curiga diambil Sania, tapi nggak ada bukti!"
Mendengar sampai di sini, sebenarnya
Nindi sudah bisa menebaknya sebelumnya.
Tidak disangka begitu kebetulan!
"Sania benar-benar beruntung,
dia bisa menghindarinya."
Leo tidak bisa menahan diri untuk
bertanya, " Emangnya kamu sama Sania ada salah paham? Dia beneran
ngelakuin semua itu?"
Leo masih sedikit tidak percaya!
"Hah, balik sana dan kasih tahu
Sania, kali ini dia beruntung bisa lolos, tapi ini belum selesai, tunggu balas
dendam-ku!"
Selesai Nindi berbicara, dia langsung
memutuskan telepon, tidak ingin berbicara lebih banyak dengan orang-orang
Keluarga Lesmana.
Dia menatap Zovan, "Flashdisk
Kak Nando diambil Sania."
"Eh, kok kakakmu bisa pingsan
waktu itu, sampai kasih kesempatan buat si perempuan licik itu! Karena semua
rekaman pengawas sudah dihancurkan, kali ini nggak ada yang bisa kita lakukan
pada mereka."
Nindi mencibir, "Nggak, walaupun
kamera pengawas sudah hancur, aku masih punya cara." Nindi tidak akan
membiarkan hal ini begitu saja.
No comments: