Bangkit dari Luka ~ Bab 263

 

Bab 263

 

Nindi menyeringai dingin. "Ada, tunggu sampai aku keluar dari rumah sakit. Kalian akan tahu."

 

"Di saat-saat penting, kenapa harus main tebak -tebakan gitu? Kenapa nggak langsung bilang saja?"

 

"Langsung bilang? Bukannya aku langsung bilang aku kecelakaan kali ini? Hasilnya apa? Aku nggak percaya sama kalian!"

 

Leo terdiam, sedikit tersentak, "Tapi kamu seharusnya percaya pada Kak Nando, 'kan?"

 

"Di mataku, kalian semua sama."

 

Leo mengalihkan topik. "Nindi, kondisi Kak Nando sekarang nggak terlalu baik. Penyakit lambung-nya semakin parah. Dokter bilang emosinya nggak stabil, dan itu yang memperburuk lambung-nya. Coba deh temui dia."

 

Mendengar itu, Nindi berkata dengan tenang, "Tadi malam aku bermimpi tentang kecelakaan mobil yang menimpa orang tua kita dulu."

 

Leo tertegun sejenak. "Apa yang kau ingat?"

 

"Hanya beberapa potongan, dan suara orang tua memanggilku. Sejak orang tua kita meninggal, sebenarnya kalian semua diam-diam menyalahkan aku. Kalau bukan karena aku yang memaksa keluar untuk beli kue ulang tahun itu, kecelakaan itu nggak akan terjadi."

 

Dia merasa seperti itu di kehidupan sebelumnya, maka dari itu dia selalu berusaha menyenangkan kakak-kakaknya.

 

Leo menghela napas. "Itu hanya kata-kata emosional waktu kita masih kecil. Ini bukan salahmu, itu kecelakaan!"

 

"Benar, sekarang aku juga berpikir begitu. Karena dalam mimpiku, Ayah dan Ibu terus memanggilku, dan suruh aku lari."

 

Nindi mengusap air mata di sudut matanya. "Ketika kalian melihatku, kalian pasti akan teringat pada kematian Ayah dan Ibu, begitu juga aku. Jadi, lebih baik kita menjaga jarak, jadi orang asing saja sudah cukup. Kalau benar-benar ada yang perlu dibicarakan, baru kita pakai botol pesan."

 

Setelah berbicara, Nindi menutup telepon.

 

Dia sudah tahu bahwa kakak-kakaknya sebenarnya punya perasaan kesal padanya. Walaupun tidak ada yang membicarakan itu, bukan berarti itu tidak ada.

 

Setelah Leo menutup telepon, dia merasa sedikit sedih tanpa alasan.

 

Meskipun dia mengatakan itu adalah kecelakaan, sebenarnya Leo tanpa sadar menyalahkan Nindi.

 

Nindi bersikeras untuk keluar membeli kue, lalu terjadilah kecelakaan yang merenggut nyawa orang tua mereka!

 

Pada hari itu, mereka semua kehilangan orang tua.

 

"Leo, Nindi sudah bilang bukti itu apa?"

 

Wajah Nando terlihat muram, tetapi ada sedikit harapan di matanya.

 

Leo memegang ponselnya, hanya bisa menunduk dan diam.

 

Nando mengerti, dia memalingkan kepala dan menghapus air mata di sudut matanya. "

 

Menurutmu, jika aku mengorbankan nyawaku untuk Nindi, apakah dia bisa memaafkanku?"

 

Seandainya ada obat penyesalan!

 

Nando berbicara dengan nada yang lebih serius, Leo, kerahkan orang untuk menyelidiki segala sesuatu tentang Sania. Kali ini kita harus melindungi Nindi dengan baik."

 

Karena Kak Darren tidak percaya, maka dia harus menemukan bukti agar Kak Darren percaya!

 

Sania tidak bisa dibiarkan begitu saja.

 

Setelah Nindi menutup telepon, dia teringat ekspresi Kak Nando di kafe saat itu, marah dan terkejut.

 

Dia menyeringai dingin, kemungkinan Sania juga akan mencemarkan nama baik Kak Nando di depan Kak Darren.

 

Dengan sifat Kak Darren, dia pasti tidak akan memercayai kata-kata Kak Nando. Sangat disayangkan dia tidak bisa menyaksikan momen ini secara langsung.

 

Memang benar, ini adalah pembalasan yang setimpal.

 

Namun, masalah ini belum berakhir. Kalau Kak Darren melindungi Sania yang merupakan pelaku kejahatan dan ingin menyerang Perusahaan Patera Akasia untuk menguasai pasar kecerdasan buatan,

 

Nindi tidak akan membiarkan Kak Darren mendapatkan apa yang dia inginkan.

 

Pada pagi hari, dokter datang untuk memeriksa dan mengatakan bahwa dia bisa keluar dari rumah sakit.

 

Setelah Nindi mengganti pakaiannya, dia segera mencari Cakra dan menemukannya sedang duduk sambil makan.

 

"Bagaimana kondisimu hari ini?"

 

"Sebentar lagi aku bisa keluar dari ruang ICU."

 

Cakra tahu bahwa kecelakaan mendadak ini membuat keluarganya sangat khawatir, terutama ibunya.

 

Untung ada Zovan. Jika tidak, Nindi pasti akan menghadapi masalah di sini.

 

Cakra meletakkan sumpitnya. "Aku sudah telepon Zovan, sekarang komputer dan Flasdisk sudah hilang, bukti utamanya juga sudah nggak ada."

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 263 Bangkit dari Luka ~ Bab 263 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 15, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.