Bab 264
"Aku tahu, aku masih punya cara
lain."
Dia sangat memahami karakter
orang-orang dari Keluarga Lesmana, dan ada banyak cara untuk menghadapi mereka.
Dia sebelumnya hanya merasa Keluarga
Lesmana sangat mengekang, dan terus berusaha untuk keluar.
Namun, sekarang, dia tidak akan lagi
menghindar.
Cakra menatap Nindi dengan dalam. Dia
terkadang merasa bahwa Nindi terlihat sedikit tua dan tidak sesuai dengan usianya.
Setelah berbincang sejenak, Nindi
berdiri. "Kalau begitu, aku akan mengurus administrasi keluar rumah sakit
dan kembali ke kampus. Nanti aku datang jenguk kamu lagi."
"Nggak perlu khawatir. Aku juga
akan segera keluar dari rumah sakit, nggak perlu khawatir tentang aku.”
Syukurlah, mobilnya waktu itu sudah
dimodifikasi. Kalau tidak, kemungkinan besar dia akan kehilangan nyawanya dalam
kecelakaan itu.
Dia tidak akan membiarkan hal ini
begitu saja.
Walaupun tidak ada bukti, tetapi jika
ingin menghadapi Keluarga Morris, ada banyak cara.
Namun, dia tidak berniat untuk
memberi tahu Nindi karena tidak ingin melibatkannya.
Nindi meninggalkan ruang ICU dan
kebetulan bertemu dengan wanita cantik yang dilihatnya kemarin.
Keduanya tertegun.
Sofia terlebih dahulu membuka suara.
"Kita bertemu lagi. Apakah kamu datang untuk menjenguk Cakra?"
"Ya, kamu juga datang untuk
menemuinya?"
Melihat wanita cantik di depannya,
Nindi tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya tentang hubungan mereka. Teman?
Sofia tersenyum tipis. "Ya,
ibunya Cakra memintaku untuk membawa sedikit makanan ke sini. Waktu Cakra
keluar dari rumah sakit, ayo kita makan bersama."
Nindi tersenyum canggung. Dia menoleh
melihat wanita cantik itu pergi dan perasaan dalam hatinya bergejolak.
Apa hubungan Cakra dengan wanita
cantik itu?
Langkah Nindi terhenti sejenak.
Apakah dia harus kembali untuk cek keadaan?
Namun, Nindi tidak punya keberanian
untuk melakukannya. Dia pun naik lift dan kembali ke kamar.
Dia sekarang juga tidak tahu harus
menganggap Cakra sebagai siapa. Pikirannya sangat kacau.
Perawat datang menghampirinya.
"Nona Nindi, administrasi keluar rumah sakitmu sudah selesai."
"Baik, terima kasih ya."
Sebelum pergi, Nindi mengirim pesan
Whatsapp kepada Cakra, "Aku pergi dulu, istirahat yang baik ya."
Setelah membaca pesan itu, Cakra
tersenyum tipis. " Untuk luka di dahimu, nanti aku akan berikan salep
penghilang bekas luka. Efeknya sangat bagus."
"Cakra, apakah kamu ndengar apa
yang aku bilang?"
Sofia dengan hati-hati mengamati
Cakra, dan mengamati bahwa ekspresi wajahnya saat melihat ponsel sangat lembut.
Siapa yang mengirim pesan kepadanya?
Cakra mengangkat kepalanya sejenak,
ekspresinya menjadi jauh lebih dingin. "Tentang ibuku, aku akan memberitahunya.
Kamu nggak perlu jadi juru bicara.
"Cakra, apa kamu harus begitu
dingin padaku? Semua orang bilang kamu pergi dengan seorang gadis makanya
kecelakaan itu terjadi..."
"Kamu boleh pergi sekarang, bawa
barang-barangmu."
Ekspresi Cakra yang tampan tetap
dingin, dia menatap Sofia tanpa ada perubahan emosi.
Sofia agak tidak puas. "Cakra,
aku nggak keberatan dengan hubunganmu di luar. Aku akan merawat ibumu dengan
baik dan jadi istri yang baik."
"Sofia, kamu dan ibuku yang
menyebarkan gosip soal pertunangan kita."
"Tapi kamu tahu dengan jelas,
aku nggak pernah setuju dengan itu. Antara kita nggak ada hubungan apa
pun."
Wajah Sofia berubah menjadi semakin
gelap. "Tapi kita dari keluarga yang setara, menikah nggak ada salahnya,
'kan? Setelah kamu pergi ke Kota Antaram, kamu banyak berubah. Apa kamu suka
sama gadis di sana?"
"Ini urusanku, aku nggak perlu
lapor padamu. Pergi!
Sofia berdiri dengan marah. Dia harus
mencari tahu siapa gadis itu.
Apakah itu gadis yang tadi dia lihat?
No comments: