Bab 29
Nindi mengangkat alisnya, tatapannya
tajam seakan menusuk.
Dia pun berkata, "Aku
mengingatnya dengan baik."
Akan kuingat selamanya.
Nindi langsung terdiam dan menutup
pintu.
Nando berdiri di ambang pintu,
matanya tertuju pada kalung di tangannya. Dia merenungkan kembali perkataannya.
Rasa menyesal seketika menyelimuti
hatinya.
Jelas sekali bahwa ucapan Nindi
barusan mengandung unsur kesengajaan.
Nindi sosok yang cerdas, tentu saja
dia paham maksudku atau jangan-jangan dia masih marah?
Sambil menatap pintu kamar yang
tertutup rapat, Nando bergumam pelan, "Nindi, aku harus gimana ke
kamu?"
Nindi merasa suasana hatinya
memburuk.
Dia tidak seharusnya membayangkan
hal-hal yang mustahil terjadi, seperti para kakaknya yang tiba-tiba menyesal
dan menangis!
Itu semua hanyalah khayalan belaka!
Dia salah menilai betapa pentingnya
sosok Sania di mata Kakak keduanya.
Aneh rasanya. Kakak keduanya tampak
begitu terharu, bahkan sampai meneteskan air mata saat melihat Sania hanya
memberinya semangkuk bubur ayam. Sementara itu, dirinya yang selama ini dengan
penuh hati membuatkan ramuan obat, justru merasa diabaikan, seolah-olah
usahanya tidak berarti apa-apa, bahkan seperti sampah.
Dia bertekad merebut kembali semua
pengorbanannya itu.
Dia memutuskan untuk menolak
bergabung dengan Tim E-Sport Kakak keenam, berhenti membuat ramuan obat untuk
Kakak kedua, dan tidak akan lagi mengelola keamanan jaringan milik Kakak
pertama.
Itu semua berlaku juga untuk Kakak
Ketiga, Kakak Keempat, dan Kakak Kelima.
Tidak akan ada yang terlewat.
Setelah membuka forum game, Nindi
menemukan postingan yang dia tulis beberapa hari sebelumnya " Cara
Melakukan Kombinasi Dua Belas Serangan Bagi Pemula".
Postingan ini sekarang tengah viral.
Banyak pengguna menyimpan panduan
itu, namun tidak sedikit pula yang memberikan komentar negatif, menuduhnya
angkuh.
Nindi mengakui bahwa semua yang dia
lakukan didasarkan pada pengalaman dan nasihat yang pernah dia terima dari
orang itu.
Dia menerima sebuah pesan pribadi.
Ketika ia melihat profil pengirim
pesan, dia terkejut mendapati bahwa akun itu milik Kakak keenamnya.
Orang itu mengirim pesan, Hei bocah,
kamu masih ingat pernah mencuri BOS-ku waktu itu?
Tentu saja Nindi ingat, dia memang
sengaja melakukannya.
Nindi enggan membalas pesannya.
Lagi, Kakak keenamnya mengirim pesan
Gimana kalau kamu gabung sama Tim E-Sport Profesional?
Soal bayaran gampang diatur. Aku suka
cara mainmu. Kalau kamu mau gabung sama tim, kau akan dapat pelatihan
profesional!
Melihat pesan itu, Nindi pun merasa
sedikit tersinggung.
Sepertinya, Kakak keenam menyadari
bahwa Sania tidak dapat diandalkan untuk mengikuti kompetisi, karena itu dia
memutuskan untuk mencari orang lain?
Nindi hanya membalasnya singkat,
"Aku nggak mau. 11
Kemudian, ia segera menutup aplikasi
itu.
Saat matanya tertuju pada beberapa
kata itu, bayangan wajah Nindi seketika muncul di benaknya.
Sebab, setiap kali Nindi menolak,
kalimat itu selalu terucap darinya.
Dengan perasaan kesal, Leo menutup
komputernya.
Dia sangat kecewa karena harus angkat
kaki dari rumah akibat ulah Nindi!
Dia merasa sedikit menyesal telah
memukulnya saat babak penyisihan ulang kala itu.
Akan tetapi, egonya terlalu tinggi
untuk melakukan itu, sebab ia telah terbiasa dimanjakan oleh adik perempuannya,
Nindi.
Waktu pun berlalu begitu cepat, ujian
penilaian dasar terakhir pun berakhir.
Nindi merasa sangat yakin akan
kemampuannya saat ujian dan cukup puas dengan hasil yang ia peroleh.
Ia menyerahkan lembar jawaban lebih
awal, kemudian meninggalkan ruangan dan menuju lapangan untuk menghirup udara
segar.
Begitu Nindi kembali ke ruang kelas,
ia mendapati Sania tengah menangis di atas meja tanpa di temani para
pengikutnya.
"Sania, jangan menangis, ya.
Kami percaya kok kalau kamu nggak akan menyontek."
No comments: