Bab 32
Nindi diam sebentar.
Dengan wajah sinis, dia berkata,
"Aku menyalahkan diriku sendiri."
Menyalahkan dirinya yang buta dan
tidak melihat sejak dulu seperti apa sebenarnya keluarga ini!
Nindi berlari masuk ke dalan kelas.
Nando berdiri di luar dengan raut
wajah tak berdaya.
Dia ingin memperbaiki hubungannya
dengan Nindi, tetapi Nindi selalu menolak!
Apa yang harus dia lakukan agar Nindi
mengerti ?
Dia bersikap tegas karena Nindi
adalah adik kandungnya.
Sedangkan Sania bukan. Itu sebabnya
dia tidak menuntut terlalu banyak.
Dia bukannya pilih kasih!
Sania menghampirinya. "Kak, aku
minta maaf. Mungkin aku sebaiknya pindah saja, biar Kak Nindi nggak terus-terusan
marah dan bertengkar dengan kalian. Aku nggak mau hubungan kalian jadi memburuk
karena aku."
Nando memaksakan senyuman.
"Jangan konyol. Semua ini nggak ada hubungannya denganmu. Kamu nggak perlu
pindah. Kamu itu adikku, dan akan selalu menjadi adikku."
Air mata Sania pun berubah menjadi
senyuman. Kalau begitu, Kak Nando harus janji!" Dia mengangkat jari
kelingkingnya dan mengaitkannya dengan jari kelingking Nando.
Nando menatap Sania dengan perasaan
lega. Andai saja Nindi pengertian juga seperti ini. 1
"Kamu harus fokus belajar.
Kerjakan PR-mu sendiri.
Sania menegang sejenak. "Aku
mengerti, maaf."
"Baguslah kalau kamu sadar. Yang
penting kamu harus perbaiki diri."
Nando jadi semakin berharap Nindi
punya inisiatif untuk minta maaf seperti Sania.
Nindi kembali ke kelas dan melihat
kursi kosong pengikut pertama, tetapi dia tidak kasihan sama sekali.
Beberapa hari kemudian, sekolah
membuat pengumuman tentang masalah mencontek ini dan memberi hukuman kepada
Hesti.
Sania juga diberi peringatan oleh wali
kelas di depan seluruh siswa.
Setelah itu, wali kelas mengeluarkan
lembar nilai. " Hasil ujian sudah keluar. Saya ingin memberi apresiasi
khusus untuk Nindi. Dia berhasil meningkat pesat dan masuk peringkat ke-10
dalam ujian kali ini. Semua orang harus belajar dari dia. Belajar di saat-saat
terakhir juga bisa meningkatkan hasil ujian."
Seisi kelas gempar.
"Sulit dipercaya. Nindi nggak
cuma pintar di sekolah, tapi juga pintar main game."
"Nindi bisa berkembang pesat.
Berarti aku juga ada harapan, dong? Aku ingin masuk ke universitas incaran
Nindi juga!"
"Nindi pakai trik rahasia apa?
Belajarnya nggak terganggu sama sekali, padahal dia main game."
Nindi tersenyum puas setelah melihat
hasilnya.
Apakah ini berarti dia punya
kesempatan untuk masuk Universitas Yasawirya?
Wali kelas tersenyum dan menatap
Nindi. "Nindi, ayo bagikan pengalamanmu sebagai motivasi untuk teman-teman
yang lain."
Nindi akhir-akhir ini bersikap sangat
baik dan juga mendapat nilai tinggi di ujian.
Nindi bangkit berdiri. Untuk pertama
kalinya, dia merasa agak gugup. "Saya bisa berkembang menjadi lebih baik
karena tiba-tiba mendapat pencerahan. Saya tesadar kalau setiap orang hidup
untuk diri mereka sendiri. Dan juga bergadang setiap malam latihan soal."
Hidup untuk dirinya sendiri. Jangan
lagi berkorban untuk "keluarga"
Seperti dalam kehidupan sebelumnya.
Satu-satunya yang bisa dia atur adalah dirinya sendiri.
Sania menyaksikan penampilan memesona
Nindi dan seketika merasa cemburu. 'Kenapa gadis sialan iní bisa mendapat nilai
tinggi?!!
Setelah melihat nilai, dia langsung
meremas kertas ujian.
Ini semua salah Hesti, membuatnya
ketahuan mencontek. Kalau tidak, nilainya kali ini pasti akan meningkat.
Setelah istirahat makan siang, Nindi
menemukan beberapa surat cinta lagi di mejanya.
Ini benar-benar membuatnya terkejut.
Ketua kelas menghampirinya.
"Nindi, kamu sangat terkenal sekarang. Sebagai idola e-sports, siswa
pintar, dan bahkan siswa tercantik di sekolah. Cowok tertampan SMA swasta
sebelah bahkan mau minta nomormu."
Cowok tertampan SMA swasta sebelah?
Bukankah itu yang ditaksir Sania?
No comments: