Bab 35
Nindi memiliki wajah cantik yang
kalem. Sepasang matanya memancarkan ekspresi keras kepala dan perlawanan.
Dia menjawab dengan tegas, "Biar
disuruh seratus kali pun aku tetap nggak mau."
Sania mengambil kesempatan untuk
memamerkan sikap manis dan baiknya. "Kak, jangan marah. Aku sudah dibantu
guru les. Nilaiku pasti akan segera meningkat. Kak Nindi juga meningkat pesat
karena rajin latihan soal. Aku akan belajar lebih giat lagi seperti dia. Aku
janji!"
Nando pun ikut menjelaskan,
"Kak, aku akan mencari cara untuk memperbaiki nilai mereka, kamu tenang
saja."
Tapi Darren marah. "Kalian
berdua jangan membela Nindi. Apa aku masih belum tahu sifat Nindi? Dia kesal
hanya karena kedatangan Sania, jadi dia selalu ingin mencari-cari
masalah!"
"Nindi, nggak peduli semarah apa
kamu, bahkan kalaupun kamu kabur dari rumah, Sania tetap akan tinggal di rumah
kita."
"Bahkan jika kamu pergi, dia
nggak akan pergi, mengerti?"
Nindi memandang ke bawah tanpa
ekspresi yang kentara.
Nando merasa agak sedih melihatnya
murung. " Nindi, Kak Darren nggak bermaksud seperti itu!"
Nindi mengangkat kepalanya.
Tatapannya datar dan suaranya dingin. "Aku nggak peduli."
Dia berbalik dan meninggalkan ruang
pribadi itu, tidak tahan tinggal lebih lama lagi.
Mata Nando sedikit melebar. Dia ingin
mengejar Nindi, tetapi suara marah Darren di belakang menghentikannya.
"Jangan kejar dia. Nando, kamu terlalu lembut padanya, makanya kamu bisa
dimanipulasi sesukanya."
Nando mendesah. "Nggak begitu,
Kak."
Nindi sudah berubah.
Di masa lalu, dia pasti mengira Nindi
sedang merajuk.
Namun, setelah memikirkan ekspresi
Nindi tadi, hatinya penuh khawatir. Dia belum pernah melihat raut wajah Nindi
seperti itu.
Sania mencoba mencairkan ketegangan
dengan berkata, "Kak Darren, Kak Nando, jangan bertengkar. Ini semua
salahku, karena nilai ujianku jelek. Andai saja aku bisa sepintar Kak Nindi.
Tapi otakku terlalu bodoh."
Darren jadi sedikit melunak.
"Bukan salahmu. Waktumu tersita karena tim e-sport Leo. Brando sudah
memberitahuku semua yang terjadi selama ini. Sania, jangan membeli Nindi lagi.
Kamu adalah bagian dari keluarga. Kami nggak akan memihak Ninda hanya karena
dia adik kandung kami."
Sania akhirnya tersenyum.
"Terima kasih Kak, aku akan berusaha lebih baik lagi mulai sekarang."
Orang yang paling sulit untuk
disenangkan dalam keluarga ini adalah Darren.
Apalagi karena Darren jarang di
rumah. Sania merasa agak takut kepada Darren.
Berkat Nindi, malam ini dia mendapat
kesempatan untuk tampil.
Di lain pihak, Nando merasa bahwa
Darren telah salah paham tentang Nindi.
Dia menjelaskan, "Kak, Nindi
juga ikut dalam kompetisi ini. Kalau bukan karena dia yang membalikkan keadaan,
kami nggak akan menang."
Darren tiba-tiba teringat sesuatu.
"Oh, aku bahkan hampir lupa soal itu. Dia pura-pura menolak bergabung
dengan tim Leo karena ingin Leo memohon kepadanya. Tapi akhirnya Sania yang
masuk. Jadi dia menyesal dan berlatih sendiri diam-diam, menunggu kesempatan
untuk pamer di depan kalian."
"Nggak seperti itu, Kak."
Nando tiba-tiba merasa sangat tidak
berdaya.
Dia dapat melihat cara Darren
memperlakukan Nindi dan menyadari bahwa dia sendiri juga seperti itu kepada
Nindi di masa lalu. 1m
Apa karena hal ini Nindi sakit hati
dan menjauh dari mereka?
Nando tercekat dan tidak bisa
mengeluarkan suara apa pun. Ternyata dia juga sudah keterlaluan.
Ternyata bukan Nindi yang salah.
Mungkin dialah yang salah.
Nando menyaksikan Sania dan kakaknya
mengobrol akrab, seakan sudah lupa pada Nindi yang seharusnya ada di sini.
Padahal makan malam ini untuk
merayakan prestasi Nindi. Dada Nando agak sesak saat memikirkannya.
Dia diam-diam pergi meninggalkan
ruang pribadi saat Darren tidak memperhatikan.
Nando menelepon Nindi, tetapi tidak
dijawab.
Dia segera mengirim pesan.
"Nindi, kamu di mana?"
Nindi melirik pesan yang diterimanya
sambil keluar dari bilik toilet.
Dia berjalan ke wastafel di luar dan
menatap cermin, melihat matanya yang sedikit memerah.
Dia sudah berkali-kali berjanji tidak
akan bersedih karena keluarganya lagi.
Namun, dia tetap sakit hati mendengar
ucapan Darren.
Nindi membasuh wajahnya dengan air
dingin. Tahan sebentar lagi. Hanya tinggal satu bulan.'
Keluar dari toilet, dia berencana
masuk ke lift untuk meninggalkan restoran.
No comments: