Bab 36
"Kenapa kamu di
sini?"
Nindi menoleh. Melihat
Cakra, dia cepat-cepat menunduk menutupi wajahnya. "Makan."
Suaranya agak serak.
Cakra mendekat padanya.
"Menangis?"
Suara seraknya juga
terdengar seperti habis menangis.
Nindi spontan
menyangkalnya. "Nggak."
Pintu lift terbuka pada
saat itu dan Nando berjalan keluar.
Saat melihatnya, Nindi
langsung menyembunyikan diri di pelukan Cakra dan mencengkeram erat baju pria
itu.
Nindi ingin sekali bisa
menyusutkan dirinya. Dia tidak ingin Nando menemukannya di sini.
Cakra membeku beberapa
saat, menatap ke arah gadis yang memeluknya. Nindi menempel begitu erat. Dia
bahkan bisa mencium aroma manis dari tubuh gadis itu.
Tenggorokannya tiba-tiba
terasa kering dan dia refleks ingin menjauh.
Begitu dia bergerak,
Nindi mengulurkan tangan untuk memeluk lehernya.
Mereka berdua tampak
seperti pasangan yang sedang bercumbu.
Cakra mengatupkan
bibirnya, sedikit terkejut dengan tingkah lagu gadis ini.
Pria yang selalu tenang
itu sebenarnya sangat kebingungan saat ini.
Nindi diam-diam
mengintip dan akhirnya lega melihat Nando sudah kembali ke ruangan.
Dia baru menyadari
betapa dekat posisinya dengan Cakra. Ini pertama kalinya dia menyadari bahwa
Cakra sangat tinggi.
Cakra sudah sedikit
membungkuk untuk memudahkannya, tetapi dia masih harus berjinjit agar bisa
memeluk lehernya.
Nindi melepaskannya
dengan canggung. "Eh, kakakku tadi keluar dari lift. Aku nggak ingin dia
melihatku, jadi aku menghalangi diri dengan tubuhmu."
Cakra tampak sedang
berpikir, mungkin menebak -nebak alasan Nindi ada di sini serta kenapa gadis
itu seperti habis menangis.
Dia sedikit meledek.
"Kalau yang di sini laki-laki lain, kamu akan menggunakan dia sebagai
penghalang juga?"
Nindi menatapnya dengan
sedikit bingung. Mungkin nggak."
Karena kebetulan orang
ini adalah Cakra, Nindi langsung memeluknya tanpa pikir panjang.
Jika diganti pria lain,
dia mungkin tidak akan terpikir solusi ini sama sekali.
Tidak akan terjadi.
Entah kenapa senyum Cakra
jadi sedikit melebar setelah mendapat jawaban itu. "Makan malam dengan
mereka?"
"Ya, katanya mau
merayakan nilai tinggiku."
Nindi sebenarnya sedikit
menyindir.
Dia diam-diam mengamati
Cakra. Bukannya Cakra tadi bersama wanita cantik? Kenapa sekarang sendirian?
"Lumayan juga
peringkat sepuluh," ujar Cakra ringan.
Nindi dalam hati merasa
bangga. "Lumayan. Aku ada harapan masuk Universitas Yasawirya sekarang.
Cakra pernah mengatakan
bahwa nilainya waktu itu masih belum cukup.
Cakra melihat raut
bangga itu dan tersenyum. " Kamu sudah makan?"
"Belum, aku nggak
mau lama-lama di sini."
"Karena orang yang
di dalam ruangan itu?"
Nindi mengangguk.
"Aku mau pulang ke apartemen. Kamu masih makan atau mau pulang?"
Dia tidak ingin pulang
ke rumah keluarga Lesmana hari ini.
"Kenapa kamu yang
pergi? Harusnya mereka yang pergi."
Nindi tidak mengerti
maksud Cakra.
Apa dia ingin mengusir
Kak Nando dan Sania? Tidak mungkin!
No comments: