Bab 27 Kamu Tidak Akan Hidup Lama
Lagi
Seperti ada sesuatu yang ingin tumbuh
keluar dengan panas yang merambat dari luar ke dalam sehingga membuatnya ingin
menghancurkan sesuatu.
Jason menggeliatkan lehernya tanpa
sadar. Dia berdiri di tempat yang disinari matahari.
Gerakannya terlihat sangat seksi dan
sangat jarang terlihat.
Orang-orang di Kota Sevrata tahu
kalau Tuan Jason adalah orang yang paling bisa menahan diri.
Dia bahkan tidak makan daging dan
selalu menjadi vegetarian sepanjang tahun.
Tidak ada yang pernah mengganggu aura
bangsawan yang mendominasi tubuhnya.
Saat ini, kemejanya terbuka setengah
dan rambut hitamnya berantakan. Manajer Furi yang melihatnya pun ikut terkejut.
Dokter ajaib benar-benar membuat Tuan
Jason marah kali ini.
Dia sudah mengikuti Pak Girin sejak
lama, jadi dia tahu kalau keluarga Suherman dan keluarga Apdi adalah teman
lama. Tuan Jason selalu datang ke Grup Suherman karena ingin membatalkan pertunangannya.
Namun, dia tidak pernah melihat Tuan
Jason menatap siapa pun dengan pandangan berbahaya seperti ini selama ini.
Dia sering kali terlihat tenang dan
acuh, duduk dengan anggun di tempatnya yang tinggi seolah olah tidak ada yang
bisa memengaruhi emosinya
Namun, kenapa dokter ajaib ini...
bisa berpikir untuk membuka kerah baju Tuan Jason!
Manajer Furi memegangi kepalanya yang
sakit.
Elisa belum menyadari keparahan
masalah ini. Setelah mengajar, dia berencana untuk pergi dengan membawa tasnya.
Dokter-dokter pasti ingin
membiarkannya tetap tinggal, tetapi tidak tahu dengan cara apa.
Si botak Direktur Tomy berkata,
"Dokter Ajaib, apa kamu tertarik untuk bekerja di rumah sakit kami?
Gajinya bisa dinegosiasi."
Elisa mengikat rambutnya dan menolak
dengan tegas, "Tidak, saya tidak suka bangun pagi."
"Kamu bisa hanya melakukan
praktik di sore hari!"
Direktur Tomy sangat antusias sampai
tidak memperhatikan kehadiran Tuan Jason yang penting.
Namun, keputusan Elisa tetap tidak
tergoyahkan." Saya melakukan praktik hanya karena minat, dan juga... Apa
Direktur Tomy lupa?"
Kamu melakukan praktik hanya karena
minat? Tapi apa kamu tahu berapa banyak orang yang kamu permalukan!
Direktur Tomy merasa menyesal.
"Lupa apa?"
"Saya ini siswa SMK." Elisa
mengangkat tas hitamnya. "Dan bukannya sekolah itu... milik Anda?
Direktur Tomy bingung sejenak. Dia
tidak terlalu mengerti maksud Elisa. Dia memang punya sekolah semacam itu,
tetapi sekolahnya selalu mengalami kerugian. Banyak orang-orang di Kota Sulga
yang masuk ke sekolahnya, tetapi karena pengelolaan yang buruk, siswa yang
direkrut tidak begitu pintar. Namun, dia ingin memberikan kesempatan kepada
siswa yang kurang pandai belajar untuk tetap bisa melanjutkan pendidikannya, jadi
dia masih mempertahankan sekolah itu.
Namun, tadi dokter ajaib ini bilang
apa? Dia adalah siswa sekolahnya?
Direktur Tomy merasa pusing.
"Mana mungkin kamu itu siswa SMK?"
"Tahun ini saya akan
mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi yang sesuai," jawab Elisa
dengan tenang.
Direktur Tomy mengepal erat tinjunya.
Apa ini yang penting! Hal yang penting itu seorang siswa SMK punya sertifikat
dokter spesialis! Selain itu, keahliannya dalam bidang medis sangat hebat!
Direktur Tomy mengambil napas dalam-dalam
dan berkata, "Apa kamu benar-benar nggak mau mempertimbangkannya? Aku bisa
memberimu nilai sempurna."
Elisa tersenyum setelah mendengarnya.
"Mungkin Direktur tidak terlalu mengenal saya. Saya sering terlambat dan
pulang lebih awal, jadi saya tidak peduli dengan nilai saya."
Direktur Tomy terdiam.
Jason yang mendengarkan mereka
diam-diam tersenyum. Bukan senyuman dingin maupun yang berbahaya, melainkan
senyuman yang seperti salju musim dingin yang baru mencair dan membuat orang
tidak bisa berpaling.
Elisa tidak mengerti. "Apa ada
yang lucu?"
Jason tidak merapikan kerah yang
ditarik oleh Elisa. Dia membungkuk sedikit, memperlihatkan garis tulang
selangka yang jelas dan sesuatu di tulang selangkanya yang seperti tato.
Elisa tidak bisa melihatnya dengan
jelas. Dia hanya tahu kalau itu berwarna merah dan terlihat memesona dengan
kulit putihnya.
"Kamu hampir membuat Direktur
Tomy terkena serangan jantung."
Jason tertawa.
Tidak ada orang yang membenci
tawanya.
Elisa menatapnya dengan mata yang
hitam dan jernih, lalu sekali lagi menyentuh pergelangan tangannya.
Kali ini, Jason bisa melihat
keseriusannya.
"Kamu ... " Elisa
menatapnya dengan mata yang jernih dan berkata dengan pelan, "Nggak akan
hidup lama lagi, apa kamu tahu?"
No comments: