Membakar Langit ~ Bab 1859

 

Bab 1859

 

Kepada wanita yang baik hati, tidak peduli tinggi atau rendahnya dia, Saka tetap sangat menghormatinya dan tidak akan memaksanya.

 

Namun, wanita ini selalu ingin membunuhnya dan bahkan memarahi dirinya sebagai orang rendahan. Untuk apa Saka harus bersikap sopan?

 

"Aku bisa mati!" ujar Marina sambil gemetar.

 

Lalu Saka berkata dengan penuh perasaan, "Apa kamu rela biarkan Renan hidup sendirian di dunia ini dan merindukanmu setiap hari?"

 

Sambil berkata, Saka mengulurkan tangannya dan dengan santai mengelus paha Marina.

 

Kaki wanita ini memang indah, panjang dan lurus, putih dan padat. Seperti permata yang hangat saat disentuh, begitu halus dan lembut.

 

Namun, Marina terus mundur seperti terkena sengatan listrik. Dia berkata sambil gemetar, "Kita sedang negosasi! Kalau kamu berani, aku... "

 

"Apa yang bisa kamu lakukan?" tanya Saka.

 

"Jika Renan ingin mencapai sesuatu, dia harus membangun reputasi dan memiliki harga diri. Kalau dia dikhianati oleh istrinya, dia akan menjadi bahan ejekan dan nggak akan pernah bisa menjadi pahlawan," kata Saka.

 

Mendengar kata-kata yang seperti keluar dari mulut iblis, Marina menunjukkan ekspresi kecewa. Lalu dia berkata, "Aku akan mencarikan wanita untukmu. Berapa pun yang kamu mau. Tolong ampuni aku..."

 

"Bukankah kamu menghinaku sebagai orang rendahan? Kalau orang rendahan yang mencemarkan barang suci, mereka akan merasakan kepuasan yang luar biasa," kata Saka.

 

Saka tidak berhasil meraba kakinya, jadi dia meletakkan tangannya di leher Marina yang putih mulus seperti angsa.

 

Kali ini, seluruh tubuh Marina gemetar dan terus mundur ke belakang. Lalu dia menabrak dinding dengan keras.

 

Tangan Saka langsung menyentuh kulitnya tanpa halangan apa pun. Mengikuti jalur yang berliku dan meluncur ke bawah...

 

Tidak heran dia adalah putri bangsawan. Begitu dimanjakan dan terasa lembut saat disentuh.

 

"Tolong jangan. Aku nggak seharusnya menyebutmu sebagai orang murahan, aku... " ujar Marina sambil nangis. Air mata membasahi wajahnya.

 

"Diam, jangan bicara," ujar Saka.

 

Saka menekan bibir merah muda itu dengan dua jarinya.

 

Tubuh Marina gemetar dan mencoba melarikan diri dari tangan Saka. Dia memohon, "Bukan aku nggak mau berikan Api Ilahi tingkat delapan untukmu, tapi sekarang memang nggak bisa. Tolong maafkan aku, aku akan berbicara dengan Renan lagi!"

 

Marina menangis dan berjuang dengan keras.

 

"Apa kamu ingin orang-orang di luar sana mendengarnya?" ujar Saka.

 

"Nggak tahu malu!" marah Marina.

 

"Aku tahu," jawab Saka tak acuh dan tidak menghambat gerakannya sama sekali.

 

Tubuh Marina kaku dan wajahnya terlihat sangat tersiksa. Air mata di wajahnya terjatuh ke bahu Saka.

 

Gerakannya tidak terbatasi sama sekali, meskipun ada racun api di dalam tubuhnya, setidaknya dia masih bisa bergerak. Namun, sekarang dia tidak berani melawan.

 

Dia tidak boleh membuat malu Renan. Jadi dia tidak bisa membiarkan orang lain mengetahui hal buruk ini.

 

Namun, dia tidak rela

 

Tiba-tiba Saka merasa bahunya sedikit sakit. Ternyata Marina mengigitnya.

 

Bibir Marina terkena darah Saka. Tubuhnya gemetar, tetapi dia berkata dengan tatapan penuh amarah, "Suatu hari aku akan membunuhmu!"

 

"Aku menunggumu," jawab Saka.

 

Saka sedikit menganggukkan kepalanya.

 

Marina memejamkan matanya dengan kecewa, seolah-olah sedang menderita siksaan. Urat biru muncul di lehernya yang putih dan panjang, bibir yang tertutup rapat sedikit memucat dan air matanya ditelan kembali ke dalam perut. Dia merenung dengan penuh kesedihan di dalam hatinya.

 

Renan, aku minta maaf padamu. Maaf...

 

Tapi aku melakukan semua ini untukmu...

 

Dan pada saat ini.

 

Orang-orang di luar merasa gelisah. Mereka menunggu dengan penuh harap. Karena negosiasi ini sangat berhubungan dengan kehidupan mereka. Sudah satu jam, bagaimana perbincangan mereka?

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1859 Membakar Langit ~ Bab 1859 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 01, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.