Bab 1906
Namun, Garza justru tersenyum, dan
berkata, "Jadi Saka memang terluka cukup parah ya ... sehingga dia nggak
berani muncul."
Dia hanya sedang mencoba mencari tahu
sejauh mana luka Saka. Jadi dia tampak cukup terkendali, hanya merangsang
dengan perkataan dan tidak mengambil tindakan apa pun.
Namun, Saka masih tidak muncul hingga
saat ini, malah seorang wanita yang menggantikannya, ini membuktikan segalanya.
"Bukan nggak berani, tapi nggak
sudi!" ujar Wennie tak acuh.
"Aku nggak percaya," jawab
Garza.
Senyuman Garza makin manis dan
tiba-tiba dia bertindak tanpa peringatan.
Dia mengangkat tangannya, seketika
energi sejati berwarna merah darah menyembur dan seluruh tempat tercium aroma
amis darah yang kental!
"Warisan Iblis Darah?" ujar
Wennie.
Wennie langsung mengenalinya. Kini
wajahnya menjadi muram. Tampaknya Legan langsung memberikan warisan Iblis Darah
kepada Garza setelah dia mendapatkannya.
Wennie tahu kekuatan dari warisan
Iblis Darah itu dan dengan cepat dia menghindarinya.
Setelah dia berhasil menghindari
serangan tadi, kini warisan Iblis Darah itu menghantam ke tanah dan seketika
tanah itu berdecit, terkorosi dan semua pohon di sekitarnya layu dan mati.
Gilbert dan yang lainnya juga
terkejut dan segera mundur. Namun, ada orang yang terkena dampaknya, kini
energi darah keluar dari hidung dan mulutnya, tetapi segera diserap oleh energi
sejati berwarna merah darah itu.
Menabrak mengikuti energi darah dan
energi sejati yang meluap ke dada mereka, seketika mereka semua terpental.
"Tampaknya Saka memang belum
bisa bertindak!" ujar Felicia.
Melihat situasi tersebut, Felicia
merasa sangat senang.
Misi utama kedatangan mereka ke sini
adalah mencari tahu kondisi Saka dan membuktikan bahwa Felicia tidak bersalah.
Kini kondisi Saka tampaknya memang sangat buruk hingga tidak bisa bertindak.
"Ini juga termasuk kabar baik,
tapi orang-orang ini cukup kuat melawan," ujar Garza.
Garza melihat kumpulan orang Gilbert
dan yang lainnya dengan heran. Seharunys satu serangan dari dirinya sudah cukup
untuk membunuh mereka semua, tetapi ternyata hanya melukai mereka?
Lalu, Garza merasakan energi darah
mereka dengan menggunakan Teknik Iblis Darah dan seketika dia merasakan bahwa
darah mereka mengandung kekuatan obat yang kental.
"Tampaknya mereka telah mengonsumsi
banyak obat terbaik. Obat-obat itu pemberian dari Dokter Dewi Sakti kah?"
tanya Garza.
Senyuman di wajah Garza makin melebar
dan dia menghampiri Wennie. Di dalam tubuhnya ada energi darah yang sedang
meningkat.
"Dokter Dewi Sakti, aku bisa
mengatakan dengan jujur bahwa kedatanganku kali ini harus membunuh beberapa
orang, untuk memberikan penjelasan kepada Pak Renan. Kamu memiliki bakat yang
luar biasa, jadi aku nggak ingin mempersulit kamu. Kamu bisa selamat kalau ikut
denganku, bagaimana? "kata Garza.
Namun, pada saat berikutnya, dia
melihat baik Wennie ataupun Gilbert, mereka semua tidak ada yang mundur.
"Saka sudah menahan tekanan
untuk melindungi kita berkali-kali, sekarang saatnya kita lindungi dia, "
ujar Wennie dengan tenang.
Waktu itu Adriel memilih untuk tidak
menyerah, kini dirinya juga seperti itu.
Perkataan ini membuat Garza sedikit
tidak senang. Tindakan balas budi ini membuatnya merasa tersindir.
Dia menatap Gilbert dan yang lainnya
dengan tatapan dingin dan berkata, "Bagi siapa yang berlutut, aku akan
selamatkan dia."
"Pedang nggak bisa dipatahkan.
Meskipun kekuatanku rendah, tapi aku nggak bisa dihina!" ujar Gilbert.
Mulut Gilbert berdarah dan wajahnya
pucat. Namun, dia tetap mengarahkan ujung pedang ke arahnya.
"Mari bertarung. Aku sudah lama
menantikan hari ini!"
"Hanya seorang budak kelas atas,
lupa diri dan nggak tahu berterima kasih!"
Terdengar teriakan keras dan tidak
ada satu pun yang mundur. Setelah pertarungan besar tadi malam, mereka semua
tahu apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.
Namun, karena mereka memilih untuk
tinggal di Gunung Nagari, itu berarti mereka sudah membuat keputusan!
"Dasar keras kepala," ujar
Felicia.
Ekspresi Felicia tampak begitu sinis.
Menurutnya mereka semua adalah sekelompok orang bodoh.
Ekspresi Garza menjadi makin dingin.
Dia melangkah dengan tenang dan
energi darah yang muncul di dalam tubuhnya juga makin kuat.
Keberadaan orang yang tahu berterima
kasih adalah sindiran baginya dan membuatnya merasa kesal.
Lebih baik mereka mati saja!
No comments: