Bab 1907
Garza bergerak dengan cepat dan
seketika berubah menjadi bayangan yang menyerang ke arah mereka dengan energi
darah yang melimpah.
Kali ini Wennie tidak menghindar.
Tiba-tiba ada semburan energi hitam yang terasa dingin keluar dari lengan
bajunya. Kini suhu di sana turun drastis.
Ini adalah energi sejati dari tubuh
dingin murni, dia juga menambahkan berbagai racun di dalamnya sehingga
meningkatkan kekuatannya.
sementara itu, Cecil, Surya dan yang
lainnya juga menyerang dengan pedang yang sudah berubah menjadi Teratai Hijau
yang tajam.
Ketika banyak trik menyerang secara
bersamaan, justru sedang menyerap energi sejati Iblis Darah.
Setelah mendapatkan sumber daya dari
Gunung Nagari, hanya dalam beberapa hari, mereka semua mengalami kemajuan dalam
berbagai tingkat. Mereka juga bisa bekerja sama untuk melawan serangan dari
tingkat langit tahan delapan.
Ini adalah kehebatan dari warisan
Tabib Agung.
"Seorang tingkat delapan juga berani
datang? Lawan untuk Saka Sang Mahatinggi adalah tingkat langit tahap
kesembilan!" Cecil berteriak marah.
"Itu dulu. Bukankah dia terluka
parah sekarang? Apa aku sedang mencari kesempatan dalam kesempitan?" tutur
Garza.
Dia melangkah maju dan tiba-tiba
menggerakkan energi sejati Iblis Darah yang mengaum seperti ombak dan menampar
dengan keras.
Tekanan pada semua orang meningkat
lipat ganda, tetapi mereka tidak menunjukkan ketakutan dalam mata mereka dan
berusaha keras untuk melawan.
Selama ini adalah Saka yang
melindungi mereka. Kini Saka terluka parah dan giliran mereka yang melindungi
Saka sekarang.
Tubuh dingin murni meledak dan saat
ini wajah Wennie makin pucat. Asap hitam dengan racun membentuk lapisan es
hitam di tanah dan menyebar dengan cepat.
Dalam kabut hitam yang menyelimuti,
Wennie terlihat sangat anggun dan memancarkan aura misterius seperti bunga
teratai hitam yang indah.
Wennie tidak pernah menonjol ketika
berada di dekat Saka. Jadi dia tidak perlu khawatir orang lain mengetahui
identitas aslinya.
Garza makin tidak sabar. Menurutnya,
seharusnya dia bisa mengalahkan mereka dengan mudah, tetapi tidak disangka
mereka bisa bertahan sampai sejauh ini.
Dia mendengus dingin dan menggerakkan
Teknik Iblis Darah. Energi darahnya melonjak dan dirinya juga menyerang dengan
mengendalikan energi darah itu.
Dengan dia yang meluncur melewati
kerumunan orang, seketika beberapa orang wilayah selatan terlempar keluar
dengan tubuh yang hancur berkeping-keping, sangat mengerikan. Gilbert tergores
hingga kulit dan dagingnya terkelupas, menampakkan tulang putih yang
menyeramkan.
Namun, dia tetap menunjukkan ketegaran.
Dengan pedang sebagai penopang tubuh, dia berdiri tegak untuk bertarung lagi!
Mereka ingin membangun tembok
pelindung untuk Saka dengan tubuh dan darah mereka.
"Tangkap dan bawa pulang mereka
semua. Karnu bisa menyiksa mereka di depan Pak Renan untuk menunjukkan
kejujuran dan kesetiaanmu," ujar Garza sambil menunjuk ke arah mereka.
"Terima kasih, kak!" tutur
Felicia.
Felicia sangat senang dan segera
ingin menangkap beberapa orang itu.
Namun, pada saat ini, tiba-tiba
terdengar sebuah suara yang berkata, "Siapa yang ingin kamu tangkap?"
Tiba-tiba sebuah tangan besar
menamparnya!
"Siapa yang ingin kamu
tangkap!"
Terdengar suara dingin dan kini Saka
berdiri di depan semua orang.
"Saka? Kenapa kamu berani
keluar!" ujar Felicia.
Felicia terkena pukulan dan mundur
beberapa langkah. Tapi dia belum sempat marah dan hanya menutupi wajahnya
dengan tangan dan tampak ketakutan.
Mereka datang mencari masalah karena
yakin Saka terluka parah, tetapi sekarang Saka justru berani keluar, bukankah
itu...
"Salah," ujar Garza,
Saat ini Garza sedikit terkejut.
Namun, dia segera kembali tenang dan berkata, "Tubuhnya belum pulih, dia
hanya memaksa untuk bertindak."
Ternyata semua orang melihat wajah
Saka yang pucat dan napas yang tidak kuat, bahkan banyak luka ditubuhnya sudah
mengering. Saat dia bergerak, luka-lukanya terbuka dan darah membasahi semua
pakaiannya.
"Pertarungan tadi malam sangat
luar biasa, tapi kamu melarikan diri dengan luka parah. Apa kamu masih bisa
bertarung lagi?" kata Garza.
Suara Garza terdengar lembut, tetapi
pandangannya tanpa belas kasihan.
Saka melihatnya dengan tatapan dingin
dan tidak berbicara.
Meskipun tubuhnya terluka parah dan
belum sembuh, tetapi semangat bertarungnya masih ada. Darahnya masih panas,
walaupun terluka parah, dia juga tidak akan berdiri diam dan melihat
orang-orangnya mengorbankan diri untuknya.
Namun, dia tidak pernah takut, dia
hanya menatap lawannya dengan pandangan tak acuh. Kedatangannya hanya untuk
bertarung.
Garza mengerutkan keningnya saat Saka
memandangnya. Dia merasakan hawa dingin yang muncul dan kehadiran yang luar
biasa.
"Tampak nggak akan menyerah
begitu saja... "
Garza tersenyum dan berkata,
"Tugasku adalah mencari tahu kondisimu. Bagaimana kalau kita bertarung
sejenak?"
No comments: