Bab 1954
"Kenapa kamu berkata begitu?"
tanya Adair, suaranya semakin berat.
"Karena Saka adalah
Adriel!" jawab Felicia dengan nada tegas, seolah ingin memastikan mereka
tidak meragukannya.
Tatapan Adair langsung menjadi tajam.
Dia memandangi Felicia dengan intensitas yang membuat wanita itu merasa seperti
sedang ditelanjangi.
"Aku nggak berbohong!"
jelas Felicia dengan nada penuh kegelisahan. "Dulu, ketika dia membunuh
kakakku, dia menggunakan Teknik Penerobos Surgawi. Itu adalah teknik terlarang!
Dalam tahap yang sama, dia nggak terkalahkan. Dia ... "
Namun sebelum dia selesai berbicara,
Adair dan Hikmal saling bertukar pandang. Senyuman dingin terukir di wajah
mereka, seperti mereka baru saja mendengar lelucon yang tidak lucu.
Felicia tertegun. "Apa ... apa
maksudnya ini?" ujarnya dengan gugup.
"Lihat, bahkan orang-orang Saka
sekarang datang ke tempatku untuk menyebarkan desas-desus," kata Adair
sambil menyeringai meremehkan.
"Bodoh," ejek Hikmal sambil
menggelengkan kepala.
"Tu-Tuan Adair, aku..."
Felicia menatap mereka dengan kebingungan, tidak tahu bagaimana harus
menjelaskan.
"Benar 'sekali! Saka adalah
Adriel. Dia juga Anak Takdir. Oh, dan dia juga putra haram kaisar, lalu apa
lagi, ya? Ah, Raja Adriel yang akan membangkitkan Kerajaan Naga!" ujar
Adair dengan nada mengejek, matanya menatap dingin ke arah Felicia.
"Dia membantai keluargaku
seperti memotong anjing, jadi aku harus melarikan diri dan melupakan dendamku.
Jangan sekali-kali menyinggungnya, begitu maksudmu?" lanjut Adair dengan
sinis.
Sebagai pewaris keluarga Syahrir, dia
memiliki akses ke banyak informasi, dan cerita-cerita aneh seperti ini tidak
akan luput darinya.
Felicia tercengang. "Apa ... apa
maksud Anda?" tanyanya dengan bingung.
"Saka ini sungguh terlalu
sombong. Membuat begitu banyak identitas palsu, siapa yang akan percaya
padanya?" ujar Hikmal dengan nada kesal.
"Ada saja yang percaya, seperti
wanita bodoh ini," jawab Adair sambil tersenyum dingin, matanya penuh
penghinaan.
Tubuh Felicia gemetar, rasa dingin
menjalar ke seluruh tubuhnya. Saat itu, dia menyadari sesuatu.
Dirinya telah terjebak!
Dengan panik, dia mencoba
menjelaskan, "Itu semua adalah desas desus yang disebarkan Adriel sendiri!
Itu hanya untuk menyembunyikan identitasnya! Anda jangan percaya! Jangan sampai
terjebak! Anda nggak boleh melawannya, atau..
"Atau apa? Aku akan dibunuh
olehnya?" potong Adair dengan tawa penuh ejekan. "Kalian orang-orang
bodoh benar-benar tahu cara merusak suasana hatiku."
Aura membunuh langsung menyelimuti
ruangan. Adair mengangkat tangannya, matanya penuh niat membunuh.
Felicia, yang wajahnya kini memucat,
berteriak dengan panik, "Jangan bunuh aku! Beri aku waktu, kebenarannya
pasti akan terungkap!"
Namun, tanpa ragu, Adair mengayunkan
tangannya. Sebuah tamparan mematikan menghantam Felicia. Darah mengalir dari
tujuh lubang di wajahnya, dan dia jatuh ke lantai. Matanya masih penuh dengan
ketakutan dan kepanikan saat kematian merenggutnya.
Tubuhnya yang tak bernyawa segera
diseret keluar oleh para pengawal.
Insiden kecil ini hanya membuat Adair
semakin muram. Dengan mendengus dingin, dia berkata, " Tampaknya strategi
Saka berhasil memperdaya banyak orang bodoh. Ada saja yang percaya pada
kebohongan seperti ini."
Hikmal menyeringai dan berkata dengan
nada menghina, "Makin dia menggunakan trik seperti ini, makin terlihat
bahwa dia sebenarnya panik dan membutuhkan nama besar Adriel untuk menakut
nakuti orang."
Hikmal melanjutkan, "Begitu
kembali dari Pegunungan Tunaga, kamu akan memenggalnya dengan mudah. Semua
penghinaan ini akan terbayar tuntas." Hikmal segera merendahkan tubuhnya
dan berkata, "Aku lebih dulu mengucapkan selamat kepada Tuan Adair atas
kemenangan besar yang akan datang!"
Adair tertawa kecil. "Aku lebih
suka jika Kelly sendiri yang datang memberi selamat kepadaku. Sayangnya,
tampaknya dia nggak tertarik padaku."
Ketika nama Kelly disebut, wajah
Hikmal sedikit mengerut. Meskipun pernikahan telah diatur, gadis itu tetap
menolak, menampilkan sikap keras kepala yang membuat keluarganya, termasuk
Jayub, sangat frustrasi. Namun, dengan jarak sejauh Gunung Rerjbu, mereka tidak
punya cara untuk memaksanya datang.
"Sudahlah. Aku sudah sering
mendengar kalau Nona Kelly memang keras kepala, tapi aku nggak menyangka dia
bahkan berani mengabaikan perkataan leluhur keluarga Atmaja," ujar Adair
dengan senyum tipis.
Meskipun nadanya tenang, ada kilatan
dingin di matanya. "Tapi, meski begitu, aku tetap akan membantunya
mendapatkan peluang di Pegunungan Tunaga."
"Terima kasih, Tuan Adair,"
ujar Hikmal sambil menghela napas panjang, merasa lega.
"Pegunungan Tunaga baru akan
terbuka beberapa waktu lagi. Keluarga-keluarga lain sedang mempersiapkan diri.
Aku juga perlu mengasingkan diri untuk sementara waktu," kata Adair sambil
bangkit dari duduknya.
"Kalau begitu, aku nggak
mengganggu Tuan Adair lagi." Hikmal segera pamit dan meninggalkan ruangan
dengan cepat.
Setelah Hikmal pergi, ekspresi Adair
berubah dingin. Dia bergumam dengan nada tajam, "Kelly, kamu benar-benar
nggak tahu diri. Ketika memasuki Pegunungan Tunaga, aku ingin melihat apakah
kamu masih bisa bersikap keras kepala seperti ini..."
Dua minggu berlalu dengan cepat.
Selama waktu itu, Saka terus fokus
pada latihannya. Beberapa kali, Marina mencoba menemuinya, tetapi Saka tidak
memberi waktu untuknya, sepenuhnya mengabaikannya.
Namun, sikap ini malah membuat Marina
semakin kehilangan arah. Seolah-olah tanpa perhatian Saka, hidupnya tidak lagi
memiliki tujuan.
Ketika Saka akhirnya memahami apa
yang terjadi di antara Marina dan Renan, dia hanya bisa menggelengkan kepala
dengan ekspresi penuh kebingungan. Pasangan ini benar-benar terlalu aneh.
Bahkan dia sendiri, yang sering disebut sebagai pria berengsek, merasa jijik
dengan kelakuan Renan.
Di sisi lain, dengan pasokan sumber
daya yang melimpah, Gilbert dan yang lainnya menunjukkan kemajuan pesat dalam kultivasi
mereka. Hampir setiap hari ada yang berhasil naik tingkat, membuat kelompok
mereka semakin kuat.
Namun, beberapa hari terakhir,
Pegunungan Tunaga mulai menunjukkan tanda-tanda tidak biasa. Dari kedalaman
tanah, semburan gas beracun dan panas membara mulai keluar dengan intensitas
tinggi.
Bersamaan dengan itu, Api Ilahi
sesekali muncul dari kedalaman tanah. Dalam tiga hari terakhir saja, dua Api
Ilahi tingkat tujuh telah menyembur ke permukaan!
Fenomena ini membuat semua pihak
sangat bersemangat. Banyak kekuatan besar mulai mendekat ke Pegunungan Tunaga,
berharap bisa merebut peluang besar ini.
Namun, yang mengejutkan, enam
keluarga besar tetap tidak menunjukkan gerakan apa pun. Ketidakhadiran mereka
membuat banyak pihak merasa bahwa ini adalah kesempatan langka, sehingga jumlah
orang yang berkumpul di sekitar Pegunungan Tunaga semakin banyak.
Namun tiga hari kemudian, suasana
berubah drastis.
Enam keluarga besar akhirnya
bergerak.
Pada hari itu, Wafa akhirnya
menghubungi Saka melalui telepon.
No comments: