Membakar Langit ~ Bab 1955

 

Bab 1955

 

Suatu pagi yang cerah.

 

Di dalam paviliun, Saka baru saja menutup teleponnya. Namun, beberapa saat kemudian, dia mengerutkan kening. "Ada sesuatu yang nggak beres," gumamnya.

 

Fakta bahwa ada Api Ilahi di Pegunungan Tunaga tidak mengejutkannya. Bagaimanapun, tempat yang bisa menumbuhkan pohon liur naga pasti luar biasa.

 

Namun, satu hal yang membuatnya curiga adalah apakah enam keluarga besar dan keluarga kerajaan benar-benar akan membiarkan begitu banyak orang masuk untuk memperebutkan Api Ilahi? "Tidak mungkin mereka sebaik itu... " pikirnya.

 

Namun, dengan Teknik Penerobos Surgawi di tangannya dan mengetahui risiko yang ada, dia harus pergi dan melihatnya sendiri.

 

Saka berdiri, membuka pintu, dan melangkah keluar.

 

Di luar, dia menemukan Marina sedang duduk di dekat pintu, wajahnya terlihat lelah dan pucat. Tampaknya wanita itu telah menunggu cukup lama di sana.

 

Selama dua minggu terakhir, Marina terus mencoba bertemu Saka, tetapi Saka tidak pernah meluangkan waktu untuknya.

 

Ketika Saka akhirnya keluar, tatapan kosong Marina sedikit berubah, seolah ada secercah harapan di matanya. Dengan suara serak, dia mencoba berkata, "Aku..."

 

Namun, Saka bahkan tidak melirik ke arahnya. Tanpa berkata apa pun, dia melangkah melewatinya, menuju arah luar.

 

Tidak lama kemudian, suasana di sekitar Sungai Causta menjadi semakin panas. Aura-aura kuat dari berbagai pihak mulai bermunculan, bergerak menuju satu tujuan.

 

Wennie, Leony, Gilbert, dan Cecil semuanya berkumpul. Di belakang mereka, barisan besar hampir seribu orang mengikuti.

 

Mereka adalah orang-orang yang selama dua minggu terakhir bergabung dengan Saka, datang dari berbagai tempat untuk bersumpah setia kepadanya.

 

Kini, semua mata penuh semangat dan antusiasme tertuju pada Saka.

 

"Salam hormat kepada Saka Sang Mahatinggi!"

 

"Hidup Saka Sang Mahatinggi!"

 

Sorak-sorai yang bergema memenuhi udara, mengguncang langit. Suara mereka penuh dengan kekaguman dan penghormatan, seolah Saka adalah cahaya yang akan memimpin mereka menuju kemenangan.

 

Dalam dua minggu terakhir, para pengikut Saka telah meraih banyak keuntungan. Seberapa besar hasilnya, hanya mereka sendiri yang tahu. Semua itu berasal dari kepemimpinan Saka.

 

Melihat kerumunan yang penuh semangat ini, Saka mengangkat tangannya dengan sikap serius dan berkata, "Hidup semuanya!"

 

Namun, di tengah kerumunan itu, Renan berdiri dengan tatapan penuh kebencian yang diarahkan pada Saka.

 

"Semua ini seharusnya menjadi milikku!" pikirnya dengan penuh rasa iri.

 

Melihat massa yang begitu besar, Wennie tidak bisa menahan perasaannya. Pikirannya melayang jauh, membayangkan jika saja Adriel dapat memasuki Gunung Reribu. Tentu, pemandangan seperti ini juga akan menjadi miliknya.

 

Dia tersenyum samar. Mungkin jika Adriel masih hidup, dia akan menjadi teman sejati Saka.

 

"Memikirkan mendiang suamimu lagi?"

 

Sebuah suara lembut membuyarkan lamunannya. Ketika Wennie menoleh, dia mendapati Saka sedang menatapnya dengan penuh perhatian.

 

Wennie langsung melangkah mundur satu langkah, lalu menghela napas panjang. "Saka Sang Mahatinggi, aku sudah lama berpikir, sepertinya kita nggak cocok..."

 

Namun, Saka justru tersenyum lebar. "Jadi, selama dua minggu ini, kamu terus memikirkanku?"

 

Wennie benar-benar kehabisan kata-kata. Dia melirik ke samping, lalu mendorong Leony ke depan. "Saka Sang Mahatinggi, guruku sangat menghormatimu. Dia ingin berbicara denganmu."

 

"Gadis sialan!" protes Leony, lalu menarik napas panjang sebelum berkata pada Saka, "Saka Sang Mahatinggi, jangan salah paham. Aku hanya ingin tahu bagaimana perkembangan latihannya selama pengasingan."

 

Saka menatap keduanya sejenak, senyumnya penuh arti. Dengan sedikit trik membaca pikiran, dia segera memahami situasinya.

 

Tanpa bisa menahan tawa kecil, dia berkata dalam hati, "Wennie mencoba menjodohkanku dengan gurunya? Tapi Leony adalah guruku juga!"

 

Saka menghela napas kecil. "Sayangnya, aku belum berhasil menembus batas. Aku hanya sedikit menyentuh ambang pintu master ilahi setengah langkah."

 

Selama dua minggu terakhir, Saka terus mendalami seni bela diri sambil berusaha menembus batas untuk mencapai master ilahi setengah langkah. Dengan pengalaman yang dia miliki, menembus batas ini hanyalah hal yang biasa.

 

Namun, batas master ilahi setengah langkah ini terasa seperti tembok besi yang tak tergoyahkan. Ketidakmampuannya untuk menembus batas ini membuat dirinya merasa sangat tidak puas.

 

Untunglah dirinya masih ada Teknik Penerobos Surgawi...

 

Leony tertegun, lalu berkata dengan nada terkejut, " Kamu masih ingin menembus batas? Itu master ilahi setengah langkah! Bahkan genius tingkat tinggi membutuhkan setidaknya satu tahun untuk mencapainya. Fakta bahwa kamu bisa menyentuh ambang batas hanya dalam dua minggu sudah luar biasa."

 

Leony menatapnya dengan ekspresi aneh, lalu berpikir dalam hati, "Apa kamu sedang pamer? Kalau kata-katamu ini sampai terdengar di luar, berapa banyak orang yang akan dibuat frustasi karenanya?"

 

Leony melanjutkan dengan nada lebih lembut, " Kamu sudah berkembang sangat cepat. Saat ini, kamu memiliki waktu damai yang cukup untuk memperkuat fondasimu sebelum melangkah lebih jauh."

 

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 1955 Membakar Langit ~ Bab 1955 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 14, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.