Bab 1956
"Enam keluarga besar dan
keluarga kerajaan telah menetap di Pegunungan Tunaga. Hanya orang yang diundang
oleh mereka yang dapat memasuki Pegunungan Tunaga untuk merebut Api
Ilahi,"
"Dahlia mengirim pesan, kita
bisa memanfaatkan waktu ini untuk meningkatkan kultivasi kita dan kamu bisa
melanjutkan meditasi... " kata Leony.
Saka mengangguk dengan setuju sambil
berkata, " Benar juga, tapi aku punya ide lain."
"Apa?" kata Leony sedikit
terkejut.
"Aku akan mencari tahu
kondisinya, kalian lanjutkan meditasi!" ujar Saka.
"Apa?" Leony terpaku dan
merasa tidak masuk akal.
Semua orang juga panik dan di saat
mereka ingin membujuknya.
Saat ini, Saka menahan energi hangat
di pusat energi dan berteriak dengan keras, "Keluarlah, Nagini!"
Terdengar suara ular berdesis.
Sebuah jeritan panjang terdengar dan
terlihat hutan dari arah jauh sana bergetar. Seekor ular raksasa terbang ke
udara dengan kekuatan yang dahsyat!
Matanya yang besar memancarkan
kegembiraan saat melihat Saka.
Karena dia telah sangat kenyang
selama mengikuti Saka. Banyak anggota Charles dan Renan yang mati diumpankan
kepadanya.
Dia akan selalu kenyang selama
mengikuti Saka. Hal ini membekas di dalam pikirannya.
"Ayo, bawa aku ke Pegunungan
Tunaga!" ujar Saka sambil tertawa.
Setelah mendengar perkataan itu, ular
raksasa yang tadinya meluncur dengan cepat di udara tiba-tiba berhenti sejenak
dan menunjukkan ekspresi terkejut yang terlihat manusiawi di matanya.
Dengan kecepatan yang lebih cepat,
dia melarikan diri dengan terburu-buru menuju tempat asalnya!
Saka terpaku.
Leony juga berkata dengan tenang,
"Lihatlah, bahkan binatang buas pun tahu bahwa Pegunungan Tunaga sangat
berbahaya."
Saka berteriak marah, "Nagini,
waktunya makan!"
Sambil berbicara, dia mengangkat
tangannya dan mengeluarkan Buah Dendam Darah dari tas penyimpanannya. Dia
memiliki banyak Buah Dendam Darah, tetapi itu adalah pemberian dari Wennie dan
diperoleh dari Felicia.
Melihat Buah Dendam Darah itu, ular
raksasa seperti binatang buas yang kelaparan. Tiba-tiba muncul warna merah
panas dan keraguan di kedua matanya, seolah sedang meragukan sesuatu.
"Aku akan berikan sepuluh ular
betina lagi untukmu!" kata Saka.
Tanpa ragu-ragu, ular raksasa itu
segera menghampirinya dan menggosokkan kepalanya dengan lembut ke Saka.
"Dasar ular murahan!" ujar
Saka tersenyum sinis.
Semua orang terpaku, ini juga bisa?
"Ayolah!" ujar Saka.
Saka dengan santai menarik Renan dan
Marina, lalu melangkah ke kepala ular raksasa itu dan pergi!
"Jangan, mari kita bicarakan
lagi!" ujar Leony.
Leony merasa cemas dan berteriak dari
belakangnya.
"Bermeditasilah dengan baik di
rumah dan tunggu kemenanganku!" ujar Saka.
Terdengar tawa Saka dan segera ular
raksasa itu menghilang di antara awal tebal ...
"Orang ini... terlalu
ceroboh!" ujar Leony dengan ekspresi tidak senang.
"Apa yang harus kita
lakukan," ujar Wennie tak berdaya.
"Nggak ada cara lain, hanya bisa
beri tahu Dahlia "kata Leony sambil menghela napas.
Kira-kira satu jam kemudian, Saka
melihat ke bawah dan terlihat rangkaian pegunungan yang tak berujung,
terbungkus dalam kabut sehingga tidak bisa melihat dengan jelas. Seperti naga
sejati yang mengakar dan menempati.
Di luar Pegunungan Tunaga, ada sebuah
desa yang sangat luas. Tampaknya itu merupakan tempat tinggal penduduk asli.
Pandangan Saka sedikit ragu, di sana
ada banyak bayangan manusia. Situ adalah tempat di mana Wafa dan dia berjanji
untuk bertemu.
Namun, kemudian, alisnya sedikit
berkerut dan melihat bahwa tanah di bawahnya berwarna hitam merah. Seolah-olah
terendam oleh banyak darah dan daging.
"Benar-benar peka, apa kamu
menyadari? Tempat ini adalah tempat di mana banyak orang dikuburkan.
Orang-orang dari wilayah selatan dan penduduk asli yang memberontak terhadap
kita, akan dibawa ke sini untuk mengorbankan diri mereka untuk melayani
binatang buas supaya bisa membuka jalan bagi orang-orang wilayah utara,"
ujar Renan.
No comments: