Membakar Langit ~ Bab 1958

 

Bab 1958

 

"Apa kamu melihatnya? Itulah sekelompok budak bawaan lahir yang nggak layak diselamatkan!" ujar Renan sambil tertawa jahat.

 

Saka menendang mulutnya, sambil berkata dengan tenang, "Seekor binatang nggak bisa berbicara seperti manusia."

 

Lalu, dia berjalan sambil menarik Renan. Penduduk asli di sekitarnya melihat adegan ini semuanya menghindar ketakutan.

 

Saka menghela napas dan berjalan menuju pusat desa, tempat dia dan Wafa berjanji untuk bertemu.

 

Di pusat desa sudah banyak orang berkumpul di sini. Ini adalah tempat istirahat terdekat dari Pegunungan Tunaga. Tampaknya banyak orang berjanji untuk bertemu di tempat ini untuk saling bertukar informasi.

 

"Jangan sakiti Kakekku... "

 

Saat ini, terdengar suara tangisan dari depan. Itu adalah seorang gadis kecil berusia lima atau enam tahun yang sedang berjuang mati-matian untuk melindungi seorang lansia.

 

Itu adalah orang tua yang sebelumnya meminta untuk menjadi budak Saka.

 

Saat ini, gadis kecil itu menangis dengan sedih di atas tubuh orang tua itu.

 

"Berani sekali dia mengganggu perkumpulan kami, bahkan mendengar pembicaraan kami akan dihukum mati. Ingin aku mempekerjakannya? Pergilah ke neraka untuk dipekerjakan!" ujar seorang pemuda.

 

Tatapan Pemuda itu sangat tajam dan mengangkat tangan untuk membunuh pasangan kakek dan cucu ini. Seorang warga miskin yang mendengar percakapan mereka adalah kesalahan besar!

 

Wajah kecil gadis itu sangat cantik dan penuh dengan air mata. Saat ini dia mengayunkan kedua lengannya untuk melindungi kakeknya. Dia menangis dengan sedih dan berkata, "Kalian nggak adil! Kakekku hanya ingin mencari pekerjaan, kenapa kalian membunuh orang!"

 

"Minggirlah, Nani. Yang Mulia, tolong jangan sakiti cucuku..." ujar orang tua.

 

Orang tua yang berambut putih itu memohon dengan lemah.

 

"Kakak, maafkan aku. Aku nggak mau makan daging lagi, kamu nggak perlu mencari uang lagi. Aku akan makan kentang dan hanya akan makan kentang! Kakek, cepat bangun," ujar Nani.

 

Mata Nani penuh dengan air mata. Dia berlutut di depan kakeknya sambil menangis dan berteriak, mencoba untuk menopang kakeknya dengan sekuat tenaganya.

 

"Menyebalkan, cepat bunuh mereka," kata seorang wanita muda yang tidak sabar di sebelahnya.

 

"Melihat mereka memohon ampun juga cukup menarik, sayangnya aku nggak punya waktu lebih untuk mendengarkannya," kata pemuda itu.

 

Pemuda itu mencibir dan langsung mengangkat tangan dan mengayunkannya. Dia mampu membunuh kedua orang awam itu dengan satu serangan energi sejati.

 

"Nani, Nani!" orang tua berteriak.

 

Orang tua berambut putih itu memeluk cucunya dengan erat sambil menangis.

 

"Kakek, kesalahan apa yang kita lakukan!" ujar Nani.

 

Gadis itu menangis dengan sangat sedih.

 

Namun, pada saat energi sejati itu hampir menyerang, kini terdengar suara ledakan. Energi sejati itu bertabrakan dengan bayangan seseorang, seolah-olah bertabrakan dengan tembok besi dan lenyap tanpa jejak!

 

Pemuda itu terpaku. Lalu, dia melihat seseorang menghalang di depannya. Dia tersenyum sinis dan berkata, "Sialan, cari mati!"

 

"Berani ikut campur urusanku!" pemuda itu marah besar dan segera ingin menyerangnya!

 

Namun, Saka mengangkat tangannya dan menggenggam pergelangan tangan pemuda itu dengan kuat. Terdengar suara retak saat dia meremasnya, kini tulangnya hancur dan pemuda itu berteriak kesakitan.

 

Pada saat berikutnya, Saka langsung menghancurkan pergelangan tangannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia berkata sambil tersenyum marah, "Mintalah ampun kepadaku, aku tertarik mendengarmu memohon ampun!"

 

"Ampun, ampun!" Pemuda itu berteriak ketakutan sambil muntah darah.

 

"Apa kamu nggak makan? Besarkan suaramu!" ujar Saka.

 

Saka berteriak keras, lalu mengangkat tangannya lagi dan merobek sepotong daging besar dari dadanya, seketika terlihat tulang putih yang mengerikan!

 

"Ampun, aku salah, aku salah!"

 

Pemuda itu berteriak ketakutan dengan tatapan panik.

 

"Aku bilang, besarkan suaramu! Aku nggak dengar! Apa kamu tuli? Sialan!" teriak Saka.

 

Suara Saka mengguncang langit. Kini dia merobek kedua telinganya!

 

Telinganya berdarah dan jatuh ke tanah.

 

"Aduh!"

 

Pemuda itu berteriak kesakitan dan tidak bisa lagi memohon ampun. Rasa sakit yang hebat mengikis seluruh kesadarannya!

 

Akhirnya Saka meraih jantungnya dan menghancurkannya dengan tangannya!

 

"Suara memohon ampunmu begitu kecil! Hidupmu juga nggak akan berguna!" ujar Saka tak acuh.

 

Lalu, dia melemparkan mayat yang penuh dengan luka di tanah seperti melempar karung yang rusak!

 

Saat ini, tubuhnya penuh dengan darah. Tindakan kejamnya tadi seperti raja iblis yang tak tertandingi dan membuat semua orang pucat ketakutan.

 

"Siapa kamu?"

 

Wanita muda tadi berteriak marah.

 

Di belakangnya ada lebih dari sepuluh orang berdiri dan menatap Saka dengan niat membunuh.

 

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 1958 Membakar Langit ~ Bab 1958 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 14, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.