Membakar Langit ~ Bab 335

 

Bab 335

 

"Bu, kamu salah paham. Jangan meragukan niat baikku. Bukankah aku di sini karena ingin menyelesaikan masalah dan berdamai? Apa untungnya bagiku kalau aku bermusuhan dengan Pak Joshua?" kata Adriel dengan wajah penuh ketulusan.

 

Alliya mengernyitkan kening sedikit, merasa ragu tentang apa yang sebenarnya direncanakan oleh Adriel.

 

Melihat dari sikapnya yang tidak kenal takut kemarin, seharusnya Adriel tidak akan takut pada Joshua.

 

"Apa sebenarnya yang kamu inginkan?" tanya Alliya. Dia tidak bisa menebak pikiran Adriel, jadi dia memilih untuk tetap tenang dan melihat perkembangan ke depannya.

 

"Aku datang untuk mengobati kaki Pak Benny. Hanya aku yang bisa menyembuhkannya dan membuatnya bisa berdiri lagi. Selain itu, aku juga bisa mengobati penyakit Pak Pratikno sebagai tanda kesungguhanku. Dengan begitu, Jenderal Joshua mungkin nggak akan lagi mempermasalahkan apa yang terjadi, 'kan?" jawab Adriel.

 

"Tolong sampaikan hal ini pada Jenderal Joshua," kata Adriel dengan penuh ketulusan.

 

Mendengar kata-kata ini, perasaan Alliya seketika menjadi sangat buruk. Matanya menunjukkan sedikit kepanikan dan kecemasan.

 

Dengan kondisi Benny yang sudah lumpuh, ini adalah kesempatan bagi Alliya untuk benar-benar mengamankan posisinya di keluarga Herman. Jika Adriel berhasil menyembuhkan Benny, harapan Alliya akan kembali pupus.

 

"Aku nggak percaya kamu punya niat baik seperti itu. Jenderal Joshua juga nggak akan percaya. Permusuhan antara dirimu dan keluarga Herman nggak akan mungkin bisa didamaikan. Lupakan saja niatmu itu!" kata Alliya dengan nada penuh kebencian.

 

"Nggak mungkin begitu. Apa Jenderal Joshua benar-benar akan mengabaikan ayahnya dan putranya satu-satunya, memilih menjadi orang yang nggak setia dan nggak berbakti? Apa untungnya bagi dia untuk membunuhku?" jawab Adriel dengan nada menggoda.

 

"Kalau Bu Alliya nggak mau menyampaikan pesanku, aku akan langsung pergi ke wilayah garnisun untuk bicara dengan Jenderal Joshua sendiri. Aku yakin Jenderal Joshua pasti bisa merasakan ketulusan niatku," lanjut Adriel.

 

Setelah berkata demikian, Adriel pun langsung melangkah pergi.

 

"Berhenti!" panggil Alliya dengan nada tegas.

 

Alliya merasa panik. Dia tidak bisa membiarkan Adriel bertemu dengan Joshua.

 

"Ada urusan apa lagi, Bu?" tanya Adriel dengan nada acuh tak acuh.

 

"Pergi ke wilayah garnisun juga nggak ada gunanya. Jenderal Joshua nggak akan menemuimu. Aku sarankan kamu nggak mencari kematianmu sendiri!" balas Alliya.

 

Alliya tidak punya cara lain untuk menghentikan Adriel, jadi dia hanya bisa menggunakan ancaman untuk mencegah Adriel bertemu dengan Joshua.

 

Saat mendengar ini, Adriel berbalik kembali, lalu menatap Alliya dengan tatapan yang panas. Tatapan ini membuat Alliya ketakutan hingga mundur terus sampai ke dinding. Dia tidak bisa mundur lagi.

 

"Kamu mengkhawatirkanku?" tanya Adriel. Pria itu sekali lagi menggunakan teknik menyudutkan di dinding untuk menjepit tubuh montok Alliya ke dinding.

 

Alliya tidak bisa menyembunyikan kegugupan dan kepanikannya. Dia memalingkan wajahnya, lalu berkata dingin, "Menjauhlah dariku."

 

Hidung Adriel bergerak sedikit, mendekati leher Alliya, membuat Alliya yang ketakutan berusaha menahan Adriel dengan satu tangan agar dia tidak mendekat.

 

"Adriel, aku adalah istri seorang jenderal. Kalau kamu berani menggoda dan melecehkanku lagi, Jenderal Joshua pasti akan mencabik-cabikmu," kata Alliya.

 

Pada saat ini, Alliya sama seperti Elisa sebelumnya. Dia tampak tegas di luar, tetapi sebenarnya hatinya merasa gugup dan bingung.

 

Adriel juga tidak lagi menyembunyikannya. Dia tertawa dengan nada yang terdengar sedikit nakal.

 

"Bu, menakut-nakutiku nggak ada gunanya. Kamu tahu kalau aku sama sekali nggak takut pada Joshua. Bukan hanya menggodamu, bahkan kalau aku tidur denganmu, apa yang bisa dilakukan Joshua? Benar, 'kan?" ujar Adriel.

 

Setelah mengatakan ini, Adriel mengangkat tangannya untuk mencengkeram dagu Alliya, memaksa Alliya untuk menatapnya.

 

Meski Alliya sangat marah, dia tidak bisa membantah kata-kata Adriel.

 

"Baiklah, aku juga nggak akan berputar- putar lagi. Ayo kita bicara terus terang. Aku tahu, bukan Joshua yang ingin bertarung mati-matian denganku, tapi kamu yang nggak mau aku menyembuhkan Benny. Benar, 'kan?" lanjut Adriel.

 

Adriel langsung mengungkapkan maksud hati Alliya.

 

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 335 Membakar Langit ~ Bab 335 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 11, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.