Membakar Langit ~ Bab 336

 

Bab 336

 

Alliya kembali menjadi panik setelah Adriel mengungkapkan pikirannya dengan tepat. Namun, dia tetap bersikeras untuk tidak mengakuinya.

 

"Kalau nggak ada yang terjadi pada Benny, posisimu sebagai istri jenderal nggak akan stabil. Bagaimanapun juga, Joshua itu dingin dan nggak berperasaan. Dia menyukaimu karena kamu muda dan cantik. Beberapa tahun lagi, ketika kamu sudah tua dan nggak menarik, apa yang akan kamu gunakan untuk bersaing dengan wanita muda dan cantik lainnya? Kamu tahu betul bagaimana kamu bisa naik ke posisi ini, 'kan?" ungkap Adriel.

 

Adriel tanpa ragu mengungkapkan rencana dalam hati Alliya.

 

"Kalau Benny lumpuh, Joshua baru mungkin akan memberimu kesempatan memiliki anak. Dengan anak sebagai pegangan, posisimu akan lebih aman. Jadi kamu adalah orang yang paling nggak mau Benny sembuh. Benar, 'kan?" kata Adriel.

 

"Bu, setelah dipikir-pikir, aku sebenarnya sudah banyak membantumu. Aku ini bisa dibilang sebagai pahlawanmu," tambah Adriel.

 

Setelah mendengar perkataan Adriel, pandangan dan ekspresi Alliya benar-benar berubah.

 

Awalnya, dia hanya menganggap Adriel sebagai seorang pemuda yang sombong dan arogan, yang memanfaatkan latar belakangnya untuk bertindak sesuka hati. Dia tidak tahu malu, serta tidak layak dianggap serius.

 

Namun, saat ini Alliya harus menilai ulang Adriel.

 

Adriel ini ternyata memiliki pandangan tajam dan kecerdasan luar biasa. Sepertinya dia telah meremehkan pemuda ini!

 

Adriel sudah mengungkapkan semuanya dengan sangat jelas, membuat Alliya yang cerdas pun tahu bahwa tidak ada gunanya lagi bersikeras.

 

"Pak Adriel memang memiliki pandangan yang tajam dan kecerdasan yang luar biasa. Sebelumnya, aku sudah meremehkanmu Bolehkah kita bicara di tempat lain?" ujar Alliya.

 

Setelah sedikit panik, Alliya segera menenangkan diri.

 

Adriel tersenyum sambil berkata, "Tentu saja."

 

Alliya melihat sekeliling, lalu berjalan menuju tangga darurat sambil membawa kotak makanan.

 

Adriel menoleh, menikmati pemandangan tubuh Alliya dari belakang. Wanita itu mengenakan kebaya yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang montok. Dia mengayunkan pinggulnya saat berjalan, membuat semangat Adriel langsung melonjak.

 

Di dalam kamar rumah sakit, setelah meluapkan emosinya, Benny bertanya, Kenapa kamu masih berdiri di sini? Pergi beli sarapan. Apa kamu ingin membuatku kelaparan?" 11

 

"Tadi Bibi Alliya menelepon, katanya dia akan mengantarkan sarapan. Seharusnya dia sudah hampir sampai," jawab Elisa.

 

Akhirnya Benny tidak melanjutkan kemarahannya. Dia kembali memejamkan mata untuk beristirahat.

 

Namun, Elisa diam-diam berpikir dalam hati, "Kenapa Bibi Alliya belum masuk juga? Jangan-jangan dia juga dihalangi oleh bajingan itu dan dilecehkan?"

 

Setelah memikirkan hal ini, Elisa tiba-tiba merasa bahwa jika Alliya juga dilecehkan oleh Adriel, dia tidak perlu takut lagi.

 

Elisa sangat ingin diam-diam keluar dari ruang rawat inap. Akan lebih baik jika dia bisa menangkap basah mereka. Dengan begitu, dirinya dan Alliya akan saling memiliki rahasia masing-masing, membuat mereka hanya bisa menjaga rahasia masing- masing.

 

Makin dipikirkan, makin Elisa berharap agar Adriel juga mengganggu Alliya.

 

Sementara itu, Adriel mengikuti Alliya masuk ke dalam lorong tangga darurat. Setelah memeriksa sekeliling dan memastikan tidak ada orang, barulah Alliya berkata, "Karena Pak Adriel sudah mengungkapkan semuanya, aku nggak akan menyembunyikannya lagi. Memang benar kamu sudah banyak membantuku. Aku juga nggak mau kamu menyembuhkan Benny. Asalkan kamu berjanji untuk nggak mengobati Benny, aku bisa menjamin bahwa Joshua nggak akan menyentuhmu. Kalau dia ingin melakukan tindakan apa pun terhadapmu, aku akan segera memberitahumu."

 

Adriel memandang Alliya dengan tatapan penuh penghinaan sambil berkata, "Apa ini bentuk ketulusanmu terhadap pahlawanmu? Kalau kamu ingin bernegosiasi denganku, tunjukkan ketulusanmu. Jangan anggap aku bodoh."

 

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Alliya.

 

Adriel mengangkat tangannya, lalu menunjuk ke arah Alliya sambil berkata, " Kamu."

 

Alliya langsung mengerti. Tanpa berpikir panjang, dia menolak dengan marah, " Nggak mungkin!"

 

"Selain dirimu sendiri, apa yang bisa kamu tawarkan untuk menarik minatku? Kamu seharusnya bersyukur karena dirimu berharga. Kalau nggak, aku nggak akan repot -repot berbicara denganmu," kata Adriel sambil tersenyum nakal.

 

"Itu benar-benar nggak mungkin. Kalau hal ini terbongkar, aku pasti akan mati," ujar Alliya tetap bersikeras.

 

"Kalau begitu, nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku akan segera menyembuhkan Benny, lalu menyembuhkan Pratikno. Lalu, aku akan memberi tahu Joshua kalau kamu yang secara sukarela menawarkan dirimu padaku dalam membuat kesepakatan agar aku bersedia mengobati mereka berdua. Menurutmu, apa Joshua akan berterima kasih padamu atau malah membunuhmu?" kata Adriel sambil menyeringai licik.

 

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 336 Membakar Langit ~ Bab 336 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 11, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.