Membakar Langit ~ Bab 338

 

Bab 338

 

Di dalam kamar perawatan rumah sakit, Benny sudah lama menunggu, tetapi tidak melihat Alliya datang mengantarkan makanan. Dia bertanya pada Elisa, "Coba telepon dan tanyakan di mana Bibi Alliya. Apa dia sungguh mau mengantarkan makanan atau nggak? Apa dia ingin membuatku kelaparan?"

 

Elisa juga merasa bingung. Sudah setengah jam berlalu, tetapi mengapa Alliya masih belum masuk juga? Apa yang sedang dia lakukan?

 

"Aku akan keluar untuk melihat. Kalau Bibi Alliya tertunda karena sesuatu, aku akan langsung pergi membeli makanan," kata Elisa mencoba mencari alasan untuk keluar dari kamar.

 

Elisa melihat sekeliling, tetapi tidak menemukan jejak Alliya atau pun Adriel di koridor.

 

"Ke mana mereka?" pikir Elisa yang merasa bingung.

 

Sambil berjalan di sepanjang koridor, Elisa mengeluarkan ponselnya, bersiap untuk menelepon Alliya.

 

Namun, sebelum telepon sempat tersambung, Elisa mendengar suara kecil yang berasal dari dalam koridor tangga darurat. Dia langsung memutuskan panggilan, lalu diam-diam berjalan mendekat.

 

Senyum jahat muncul di sudut bibir Adriel saat dia berkata, "Bu Alliya, apa kamu lelah?"

 

Alliya mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat Adriel dari bawah. Matanya tampak penuh godaan dan kabur, sementara dalam hatinya wanita itu diam-diam mengutuk, " Menanyakan hal yang sudah jelas! Apa bisa nggak lelah melakukan hal ini?"

 

Pintu itu sebenarnya tidak tertutup rapat, jadi Elisa dapat mendengar semuanya dengan jelas dari balik pintu. Lalu, dia sedikit membuka pintu. Melalui celah itu, Elisa melihat sesuatu yang membuat dirinya ternganga.

 

Elisa menutup mulutnya secara refleks. Wajahnya penuh dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan.

 

Baru saja, dia sudah dipaksa untuk diciun oleh Adriel. Ini saja sudah merupakan sesuatu yang sangat gila bagi Elisa. Namun, siapa yang menyangka bahwa Alliya yang selalu terlihat anggun dan sopan, ternyata lebih berani dan nekat. Wanita itu bahkan melakukan hal semacam itu dengan Adriel di rumah sakit.

 

Sungguh tidak masuk akal, terlalu gila, terlalu sembrono!

 

Dibandingkan dengan apa yang dilakukan Alliya, ciuman yang baru saja Elisa alami bukanlah apa-apa!

 

"Nggak kusangka Bibi Alliya ternyata orang seperti ini. Apa dia nggak takut rahasianya terbongkar? Padahal aku tadi merasa begitu khawatir, takut dia akan mengadu," gumam Elisa.

 

Pandangan hidup Elisa seakan hancur berkeping -keping dalam sekejap oleh apa yang dia saksikan.

 

Elisa menelan ludah. Akal sehatnya mengatakan bahwa dia tidak boleh terus mengintip. Namun, dia merasa enggan mengalihkan pandangannya. Sensasi mengintip ini juga cukup menggairahkan.

 

Adriel menangkap Alliya, lalu memaksanya untuk berdiri.

 

"Berbaliklah," ujar Adriel.

 

Alliya berbalik dengan patuh, bersandar pada pegangan tangga, sambil berkata pelan, "Jangan merusak bajuku."

 

Namun, begitu kata-kata Alliya selesai terucap, terdengar suara robekan. Kebayanya sudah dirobek oleh Adriel.

 

Alliya menoleh, memandang Adriel dengan marah, lalu berujar, "Kamu!"

 

"Aku menyuruhmu berbalik," kata Adriel.

 

Adriel menekan leher Alliya, lalu maju ke depan.

 

Alliya menggigit bibirnya erat-erat. Pada saat ini, tiba-tiba terlintas dalam benaknya sebuah kalimat, "Dengan tangga setinggi seratus kaki, tangan dapat memetik bintang- bintang. Tak berani bersuara keras, takut mengejutkan orang di luar pintu!"

 

Alliya sangat menyadari di mana dia berada. Dia tidak berani berbicara keras, takut dirinya akan benar-benar hancur kalau ada yang mendengar.

 

Sementara pria di belakangnya yang sedang bekerja keras itu, dia sama sekali tidak akan menghadapi masalah apa pun. Karena Joshua tidak bisa melakukan apa pun padanya!

 

Elisa tidak lagi berani mengintip. Dia bersandar pada dinding, menghela napas panjang dengan berat.

 

"Sungguh gila! Bibi Alliya benar-benar sudah gila! Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti ini? Dia sudah berselingkuh dari Jenderal Joshua!" gumam Elisa.

 

Elisa benar-benar tidak bisa memahami semua ini. Dia pernah berpikir Adriel mungkin akan menggoda Alliya, mungkin juga mengambil sedikit keuntungan. Namun, dia tidak membayangkan semuanya akan sampai seperti ini!

 

Selain itu, dari pengamatan Elisa tadi, sepertinya Alliya juga tidak dipaksa. Dia tampaknya melakukan ini secara sukarela.

 

Bab Lengkap 

Membakar Langit ~ Bab 338 Membakar Langit ~ Bab 338 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on February 11, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.