Bab 1636
Hanya terdengar suara Regina yang
berteriak kesakitan dan merasa malu. Dia belum pernah diperlakukan seperti ini
sebelumnya, apalagi ditendang di pantat!
Wanita itu ditendang begitu keras
hingga dia tidak bisa berdiri tegak, lalu dia merasa terhina dan marah.
Adriel juga menendangnya dan berkata
sambil mencibir, "Cepat laporkan beritanya dan beri tahu lima kekuatan
besar untuk datang menangkapku. Kalau terlambat datang, kekasihmu mungkin akan
kupermainkan sampai mati!"
"Kamu mau mengambil alih
sendiri, 'kan? Tunggu saja!"
Regina berteriak dengan marah.
Menurutnya, Adriel hanya ingin mengambil alih semuanya sendiri dan melindungi
keluarga Ledora. A
Namun, tidak akan semudah itu!
"Baiklah, ayo kita
lanjutkan."
Adriel mencibir dengan tatapan dingin
di matanya. Dia terus berjalan menuju Kiran sambil melipat tangan di belakang
punggungnya.
Kiran sendiri seolah telah melihat
iblis. Dia mengabaikan rasa sakit dan bergerak mundur dengan kakinya. Matanya
dipenuhi dengan ketakutan dan dia berseru, "Jangan mendekat! Pamanku
adalah Wongso. Dia akan membunuhmu begitu dia keluar!"
Pria itu berteriak dengan gila. Dia
merasa seolah- olah Adriel benar-benar akan membunuhnya.
Adriel menyahut dengan tenang,
"Kalau begitu dia sangat kasihan. Dia punya keponakan yang nggak berguna
sepertimu dan rela mengorbankan nyawanya untukmu."
Pada saat ini, Yohan sangat ketakutan
sehingga dan dia segera menyela, "Kak Adriel, jangan!"
Sayang sekali, semuanya sudah
terlambat.
Adriel sudah menginjaknya dengan satu
kakinya.
Tiba-tiba, Kiran menjerit kesakitan
kembali. Lutut kirinya langsung hancur karena diinjak. Kemudian, Adriel
menendang dan mematahkan lutut kanannya lagi.
Sudut mulut Yohan bergerak-gerak.
Dengan keterampilan medis wilayah
utara, Kiran masih bisa berdiri seperti orang normal. Akan tetapi, dia tidak
akan bisa melanjutkan jalur bela dirinya ...
"Kak Adriel, sudah, sungguh
cukup sudah..."
Yohan menunjukkan ekspresi sedih,
tubuhnya merosot di kursi dengan ekspresi putus asa di wajahnya.
"Sudah? Kenapa aku justru merasa
kalau ini baru saja dimulai?" balas Adriel yang tampak tidak peduli.
Kemudian, dia melakukan panggilan telepon.
"Apa ada hal lain yang bisa kamu
lakukan? Apa kamu kenal ahli lainnya?"
Yohan tiba-tiba menyahut dengan
terkejut, merasa bahwa Adriel sedang mencoba untuk menggertak orang lain.
Namun, pada saat berikutnya, Yohan
membeku.
Karena Adriel yang sedang ada di
telepon berkata, " Halo, Lila Buana? Ini aku. Kirimkan aku kursi bahagia
itu padaku segera. Apa? Kamu masih bermain dengan Felicia setiap hari? Aku
punya orang yang penting di sini. Kamu beli yang lain saja.
Adriel menutup panggilan teleponnya,
tetapi teringat dengan sosok Regina.
Sekarang, Kiran sudah tersingkir.
Sekarang saatnya mempermainkan Regina hingga terlihat seperti orang bodoh.
Bertindak sendirian dan yang utama
adalah harus melakukannya sesuai dengan perkataan!
"Ini benar-benar sudah
berakhir... "
Saat melihat Adriel yang melakukan
panggilan telepon tidak biasa, sorot mata Yohan tiba-tiba menjadi gelap. Dia
berharap ini semua hanya mimpi.
"Jangan panik. Anak ini pasti
punya cara!" seru Leony. Dia menatap Adriel seraya berkata, "Kalau
kamu punya cara, cepat beri tahu secepatnya! Adikku nggak bisa menahan rasa
takut. Apa kamu nggak melihat dia sudah hampir gila karena ketakutan?"
Adriel tersenyum sinis, kemudian
menjawab, "Ada cara. Nanti aku akan membawa mereka untuk menerobos Danau
Darah. Kemudian aku akan langsung... hm?"
Tiba-tiba, Adriel mendengar suara di
luar pintu sambil mengangkat alisnya. Orang-orang dari lima kekuatan besar
datang secepat ini?
Namun, setelah itu Adriel langsung
tercengang.
Dia melihat seorang wanita yang
cantik dan menawan sedang menjulurkan kepalanya ke luar pintu dan bertanya,
"Apa berdarah sekali? Sudah selesai apa belum? Aku nggak mengganggu kalian,
' kan?"
Pada saat ini, Adriel terkesiap.
Ini bukan...
Penjaga dari Sekte Dokter Surgawi
itu?
Kenapa wanita itu ada di sini?
Pada saat ini, Liana mengangkat
kepalanya, menatap mata Adriel, lalu menyeringai sambil berkata, "Begini,
aku dengar kamu sedang dalam masalah, jadi aku datang untuk melihat, itu ...
"
Sambil berkata demikian, wanita itu
tampak gelisah dan menengok ke belakang seolah dia khawatir ada seseorang yang
mengikutinya.
Setelah memastikan bahwa tidak ada
yang mengikuti, dia menghela napas lega. Liana segera menarik Adriel dan
berjalan keluar. Kemudian, dia berjalan sambil berbisik, "Biar aku beri
tahu padamu secara diam-diam. Aku adalah salah satu istri dari gurumu... juga
termasuk istri gurumu yang sah. Freya nggak mengizinkanku untuk memberitahumu.
Katanya dia ingin melatihmu."
"Aku bertanya-tanya apa gunanya
terus berlatih. Keluarga kita sudah punya karier yang hebat dan sukses, jadi
kenapa masih perlu berlatih? Menurutmu bagaimana? Tapi Freya itu benar-benar
menyebalkan. Dia memaksamu menjadi anjing rendahan. Huh, sialan!"
"Kamu bilang dia sudah
membantumu menghancurkan keluarga Dumin selama setengah bulan. Tapi dia masih
diam-diam saja dan nggak mengambil tindakan."
"Nanti lima kekuatan besar akan
datang, 'kan?
Bagaimana kalau aku membantumu?
Selama kamu mau memberi tahu gurumu Levi itu kalau Liana ingin bertemu
dengannya... "
Paragraf panjang ini berisi begitu
banyak informasi dan membuat otak Adriel sedikit tidak terkendali.
Tanpa sadar, Adriel tiba-tiba terbangun
dan menemukan dirinya berada di koridor di luar pintu. Kemudian, di depannya
ada wanita yang memesona bernama Liana, dengan mata besar yang cerah dan
berkilauan, menatapnya dengan penuh harap.
Setelah Adriel terdiam lama, dia
tiba-tiba bergumam, "Guru Liana ..."
"Eh!" sahut Liana dengan
gembira. Sepertinya dia sangat puas dengan panggilan ini.
Namun, pada saat berikutnya, Adriel
mengucapkan satu kalimat yang sangat mengejutkan dan tidak bisa diabaikan.
"Kamu belum tahu? Guruku sudah
pergi... "
"Eh... apa?"
Senyuman Liana langsung membeku.
No comments: