Bab 1658
Untungnya, rahasia ini hanya
diketahui oleh dirinya sendiri. Adriel dan yang lainnya? Mereka bukan manusia
lagi di matanya, hanya orang-orang yang akan mati sebentar lagi.
Wongso menghela napas lega. Setelah
ini, dia harus menjaga jarak dari para dokter sakti.
Bagaimanapun, dia sudah menghilangkan
ancaman potensial dengan menghancurkan Steven, salah satu tetua Lembah Obat
Dewa. Itu saja sudah cukup melegakan.
"Terima kasih atas informasi
ini," kata Wongso dengan nada dingin sambil tersenyum. "Sebagai balasan,
aku akan membuat kematianmu sedikit lebih ringan ... Eh? Kamu sedang apa?"
Dia tiba-tiba berhenti berbicara,
matanya menyipit penuh kebingungan.
Adriel dengan tenang mengeluarkan
beberapa jarum emas dari sakunya, sambil berkata santai, "Tentu saja menyembuhkan
penyakitmu."
Kata-kata itu barusan keluar,
jarum-jarum emas di tangannya mulai bergetar, lalu terbang dan berkumpul di
udara. Mereka berubah menjadi sinar tipis seperti rambut, lalu menghilang ke
udara, nyaris tak terlihat.
"Kamu ... seorang dokter
sakti?"
Wongso terkejut. Namun, setelah
beberapa detik, dia tertawa sinis. "Penyakit seperti ini? Bahkan seorang
dokter sakti pun nggak bisa menyembuhkannya. Kamu terlalu percaya diri...
Tunggu, itu apa?"
Matanya tiba-tiba terbelalak. Di
tubuh naga mayat yang menjulang, muncul beberapa jarum emas kecil. Ukurannya
begitu mungil dibandingkan tubuh naga yang raksasa, tampak seperti debu.
Namun, pemandangan berikutnya
membuatnya terguncang.
Naga mayat itu mulai hancur sedikit
demi sedikit, tubuhnya perlahan-lahan terurai. Kali ini, proses itu benar-benar
alami, bukan karena kendali Wongso.
Steven, yang masih terjebak dalam
lilitan naga sebelumnya, terdiam. Wajahnya menatap kosong ke arah naga yang
perlahan memudar, kemudian beralih ke Adriel.
"Jangan-jangan bocah ini
benar-benar bisa gumamnya dengan mulut terbuka lebar. 17
Sementara itu, Adriel melangkah maju.
Tubuhnya melayang, lalu melesat ke udara.
Dari ketinggian, dia mengangkat
tangannya, melemparkan puluhan sinar emas ke segala arah.
Seolah-olah hujan emas turun dari
langit.
"Dasar sombong!" seru
Wongso dengan amarah." Kamu kira teknik kecil seperti itu bisa
menyembuhkan penyakitku? Jangan bermimpi!"
Dia mengibaskan tangannya,
mengirimkan gelombang besar energi darah yang menyembur dari telapak tangannya,
mencoba menghantam Adriel.
Di tempat ini, Wongso merasa hampir
tak terkalahkan. Danau darah yang telah dia kumpulkan selama tiga tahun menjadi
sumber energi tanpa batas baginya.
Namun, suara Adriel terdengar dari
langit, penuh ketenangan dan rasa dingin. "Kamu takut pada penyakitmu
sendiri? Penyakit ini bukan terserah padamu untuk dihindari. Penyakit ini...
adalah urusanku!"
Kata-katanya barusan disusul oleh
pemandangan luar biasa. Sebuah sungai darah raksasa tiba-tiba muncul dari langit,
meluncur ke arah danau darah di bawahnya.
Sungai itu memancarkan kekuatan
besar, menyerap setiap energi darah yang diarahkan padanya.
"Ini ... apa?"
Steven menatap tak percaya.
Di matanya, Adriel berdiri gagah di
atas sungai darah itu. Tubuhnya yang tinggi menjulang dan auranya yang tak
terkalahkan membuatnya tampak seperti dewa. Energi darah dari segala arah
mengalir deras ke dalam sungai, membuatnya semakin kuat.
Wajah Adriel tetap dingin tanpa
emosi, berdiri kokoh di atas Sungai Darah. Sosoknya begitu luar biasa, seolah
tidak ada yang bisa menandingi.
Pada saat itu, dia tidak lagi dapat
membedakan, siapa yang lebih mirip Iblis Darah, Adriel atau Wongso.
Nyonya Freya menghela napas lega,
senyum kecil tersungging di wajahnya.
Adriel ternyata telah menyiapkan
semuanya. Jika soal "menyembuhkan penyakit ", siapa yang bisa
menandingi Adriel?
Namun, Wongso tampak marah sekaligus
tertekan. Dulu, dia bisa menghancurkan Adriel hanya dengan satu gerakan tangan.
Namun sekarang, setelah tubuhnya sepenuhnya tergantung pada kekuatan Iblis
Darah, semua serangannya terasa seperti dilemparkan ke dalam lautan tak
berujung.
"Aku nggak percaya kamu bisa
menyerap seluruh danau darah ini!" teriak Wongso dengan marah.
Dengan kibasan tangannya, danau darah
di belakangnya meledak, mengirimkan aliran darah yang meluap ke arah sungai
darah Adriel.
Rencananya sederhana, memenuhi
kapasitas sungai darah itu sampai meledak, lalu menghabisi Adriel dalam
sekejap.
Namun, Adriel hanya tersenyum kecil
dari atas sana. "Apa kamu lupa sesuatu?"
Tiba-tiba, Wongso melihat sesuatu di
sungai darah itu. Sebuah pohon kecil berakar di tengah aliran sungai,
memancarkan cahaya misterius.
No comments: