Bab 1673
Regina tertegun sejenak. Lalu, dia
buru-buru mengganti pakaian tidurnya yang basah oleh keringat. Dia juga dengan
cepat merapikan tempat tidur, berusaha memastikan tidak ada yang mencurigakan.
Saat dia masih cemas mencari apa yang
mungkin terlewat, Kiran sudah melangkah masuk ke dalam kamar. Dari
penampilannya, jelas dia sudah minum cukup banyak. Wajahnya tampak memerah,
sementara dia terlihat dalam suasana hati yang sangat baik.
"Regina, aku ingin beri tahu
kamu kalau di lantai bawah sangat ramai. Semua pihak kekuatan besar sudah
datang... Hm?"
Setelah berbicara sampai di sini,
Kiran tiba-tiba berhenti. Dia mengernyitkan kening, hidungnya bergerak-gerak
seolah mengendus sesuatu. Dia kemudian bertanya, "Apa ini? Ada bau aneh di
sini... 11
Kiran merasa ada aroma aneh di dalam
ruangan.
"Nggak, nggak ada apa-apa!"
Regina buru-buru tersenyum,
mengalihkan pembicaraan, "Siapa saja tokoh besar yang datang di bawah? Aku
juga ingin menemui mereka..."
"Haha, sebenarnya hanya ...
Eh?"
Kiran tertawa santai, duduk dengan
acuh tak acuh di kursi, siap untuk menjelaskan. Namun, matanya tiba -tiba
terpaku pada sesuatu. Itu adalah Buah Dendam Darah yang tergeletak di bawah
selimut!
"Regina, ini... Buah Dendam
Darah? Dari mana kamu mendapatkannya?"
Kiran mengambil buah itu dengan wajah
terkejut. Buah ini tampak sangat sempurna, seolah telah mendapatkan perawatan
khusus selama proses pertumbuhannya. Ini bahkan lebih baik dari buah yang
pernah dia lihat sebelumnya.
"Dari mana lagi memangnya ? Itu
adalah bayaran atas jasaku dari Adriel, si bajingan itu!" batin Regina.
Di dalam hati, Regina merasa sangat
kesal. Namun, dia tetap memaksakan senyuman, berbohong mengatakan bahwa buah
itu diperolehnya dari keluarga Ledora.
"Adriel itu ternyata sangat baik
pada keluarga Ledora. Dia memberikan barang sebaik ini tanpa pikir panjang.
Jangan-jangan dia ada hubungan dengan Leony, si wanita jalang itu?"
Setelah mengatakan ini, Kiran
menyipitkan matanya, tiba-tiba tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.
Bagaimanapun juga, Leony memang cukup menarik.
Ketika melihat reaksi ini, Regina
segera berkata, " Kak Kiran, kamu harus mengambil Buah Dendam Darah ini.
Dengan buah ini, kamu mungkin bisa memulihkan setidaknya separuh meridianmu!"
Kiran tampak terkejut. Dia berujar,
"Regina, kenapa kamu melakukan ini? Bagaimana aku bisa mengambil
milikmu... "
"Kita berdua nggak perlu
membedakan milik siapa. Kalau kamu baik-baik saja, aku juga akan baik-baik
saja. Tapi kamu harus berjanji kalau kamu nggak akan pernah meninggalkanku
seumur hidup!" ujar Regina dengan suara penuh kepedihan, menahan
perasaannya.
"Omong kosong apa yang kamu
katakan? Tentu saja aku nggak akan meninggalkanmu," ujar Kiran yang merasa
tersentuh, dia menenangkan Regina dengan suara lembut.
Melihat Kiran yang tinggi dan hangat,
hati Regina perlahan-lahan melunak.
"Kak Kiran begitu baik, tapi dia
harus ditipu oleh Adriel yang rendahan itu. Dia menjadi korban perselingkuhan
Adriel! Aku harus membantu Kak Kiran melanjutkan jalannya di dunia bela
diri!" pikir Regina.
Jika Adriel mendengar isi hati Regina
yang penuh tekad ini, dia mungkin akan terharu, bertepuk tangan sambil menyeka
air matanya.
Menjual diri untuk membantu pasangan?
Betapa menginspirasinya! Betapa mulianya!
Adriel pasti akan lebih sering datang
berbisnis dengannya di masa depan!
Sementara di lantai atas kedua orang
itu sedang berbicara dengan mesra
Di lantai bawah suasana pesta
berlangsung dengan meriah.
Semua tokoh besar Srijaya sudah
hampir hadir.
Di salah satu meja, Legan, seorang
ahli tingkat langit tahap kesembilan, sedang duduk bersama anggota keluarga
Buana. Batra yang berada di sampingnya, dengan penuh semangat menuangkan teh,
lalu berkata, "Leluhur, aku dengar penjaga dari Sekte Dokter Surgawi juga
akan hadir dalam perjamuan ini. Kabarnya, mereka datang khusus untuk bertemu
dengan keluarga Dinata. Keluarga Dinata benar-benar memiliki pengaruh besar.
Bisakah kita memanfaatkan hubungan mereka untuk menjadikan anakku murid dari
Sekte Surgawi? 11
Legan meminum tehnya sambil
mengerutkan kening. Dia berkata, "Mimpi di siang bolong! Kenapa mereka
harus peduli dengan kita?"
Setelah mengatakan ini, dia menghela
napas pelan. Di dalam hati, Legan tahu bahwa keluarga Buana tidak menunjukkan
performa yang baik dalam seleksi wilayah utara. Jadi, mereka tidak mungkin
mendapatkan banyak keuntungan dalam pembagian kekuasaan baru di Srijaya.
Mereka hanya bisa menyalahkan diri
sendiri karena terlalu dekat dengan keluarga Janita, sehingga tidak disukai
oleh kekuatan dari wilayah utara...
"Maksudku, bagaimana kalau kita
memanfaatkan Adriel? Bukankah dia punya hubungan baik denganmu? Sekarang dia
pasti sedang sibuk bersembunyi. Kita bisa memancingnya keluar untuk mendapatkan
keuntungan..." ujar Batra dengan hati -hati.
Melihat ekspresi waspada Batra, Legan
terdiam beberapa saat. Lalu, dia berkata dengan suara lirih, Aku memang
berutang budi pada Adriel. Melihat dia dalam masalah saja sudah cukup membuatku
merasa nggak nyaman. Tapi mengkhianatinya 11
Setelah mengatakan sampai di sini,
Legan menghela napas berat, lalu melanjutkan, "Aku nggak bisa melakukan
hal seperti itu."
Batra menjadi cemas dan berkata,
"Dia memang mencari masalah sendiri. Cepat atau lambat, dia akan mati
juga. Kenapa nggak membuat kematiannya lebih berguna? Aku bahkan akan berterima
kasih padanya..."
Tiba-tiba, sebuah suara tawa dingin
terdengar. Orang itu berkata, "Terima kasih darimu? Apa otakmu
bermasalah?"
Ketika mendengar suara itu, Legan dan
Batra langsung terkejut. Mereka berdua menoleh, tidak memercayai pendengaran
mereka.
Adriel!
Mereka melihat Adriel berjalan dengan
santai, duduk di depan mereka dengan tenang.
No comments: