Bab 1679
Dekret penjaga!
Banyak orang tertegun.
Para tamu yang datang ke perjamuan
ini awalnya hanya ingin memastikan perubahan tata letak kekuasaan di Srijaya.
Namun, siapa sangka penjaga juga akan
mengirimkan dekret? Apakah ini untuk memberi ucapan selamat?
Keluarga Dinata benar-benar memiliki
pengaruh yang besar!
Mereka bahkan mendapatkan perhatian
sedemikian rupa dari penjaga!
Semua orang memandang Kiran dengan
penuh rasa iri.
"Cepat, Kak Kiran, terima dekret
itu!" desak Regina dengan cepat.
Kiran sama sekali tidak memedulikan
Adriel lagi. Dengan tergesa-gesa, dia melangkah maju untuk menemui Steven.
Regina dan yang lainnya juga segera
mengikuti.
"Kak Kiran, Tetua Steven
ternyata mendapatkan perhatian dari penjaga!" bisik Regina yang ada di
sampingnya.
Kiran menarik napas dalam-dalam,
mengangguk kecil. Namun, hatinya dipenuhi keheranan. Tetua Steven ini,
diam-diam ternyata berhasil melakukan sesuatu yang besar.
"Mulai sekarang, kita harus
lebih menghormati Tetua Steven, serta membangun hubungan baik dengannya!"
kata Kiran dengan suara pelan serta mata berkilat.
Regina memahami maksudnya. Dia
melangkah lebih dulu ke arah Steven dengan wajah penuh sanjungan, lalu berkata,
"Selamat, Tetua Steven, kamu mendapat perhatian dari penjaga. Mulai
sekarang, kami makin nggak bisa menyamai kedudukanmu. Mohon Tetua Steven
menjaga Kak Kiran dengan baik di masa depan... "
Nada angkuh Regina sudah lenyap,
digantikan dengan sanjungan yang sopan untuk membantu Kiran menjalin hubungan.
Namun, siapa sangka wajah Steven
langsung berubah muram setelah mendengar itu.
"Diriku ini sudah menjadi
kantong darah, siapa yang lebih sial dariku? Tapi kamu malah mengucapkan
selamat?" batin Steven.
"Siapa yang memberimu hak untuk
berbicara di sini? Pergi sana!" maki Steven dengan wajah penuh amarah.
Baru saja mendapatkan perhatian dari
penjaga dari Sekte Dokter Surgawi, tetapi sikapnya sudah sesombong ini?
Kiran merasa tidak senang di dalam
hatinya, tetapi tetap memasang senyum di wajahnya. Dia berujar, " Tetua
Steven, tolong jangan marah. Kamu datang secara langsung, ini benar-benar
membuat keluarga Dinata merasa terhormat!"
"Jangan berbasa-basi, terimalah
dekret ini!"
Steven mendengus dingin, lalu
mengeluarkan sehelai kain sutra.
Kain itu penuh dengan nuansa klasik,
layaknya dalam adegan di drama sejarah. Namun, di mata orang banyak, hal ini
mengundang kekaguman. Sekte Dokter Surgawi memiliki sejarah panjang. Dulu,
sekte ini pernah menghasilkan Guru Negara di zaman dinasti kuno.
Oleh karena itu, pemberian dekret
seperti ini layak disebut sebagai dekret resmi!
Dekret ini melambangkan warisan serta
keagungan!
Keluarga Dinata benar-benar luar
biasa bisa mendapatkan kehormatan seperti itu.
Kiran pun merasa sangat bersemangat.
Dia berdiri tegak dengan penuh hormat.
Lalu, di bawah tatapan kagum semua
orang, Steven membuka kain sutra itu. Saat mengguncangnya perlahan, ternyata dari
dalamnya muncul sebilah pisau tajam yang pendek!
Semua orang terkejut. Kiran juga
tertegun sesaat, merasa bingung.
Kain sutra itu tidak berisi tulisan
apa pun, melainkan menggambarkan peta topografi Srijaya saat ini!
Di tengah tatapan heran semua orang,
Steven berbicara dengan nada tenang, "Penjaga dari Sekte Dokter Surgawi
memberikan perintah. Perubahan tata letak di Srijaya adalah urusan besar. Sekte
telah memilih seseorang untuk melaksanakan hak ini, memberikan Pisau Pemotong
Rusa untuk membagi tata letak Srijaya!"
Rusa melambangkan keuntungan, seperti
pepatah kuno yang mengatakan, saat kaisar kehilangan rusanya, seluruh dunia
memburunya.
Memotong rusa berarti memiliki hak
untuk menentukan pembagian keuntungan!
Ketika mendengar ini, Kiran
menampilkan senyum penuh kegembiraan. Ini sama saja dengan Sekte Dokter Surgawi
memberikan jaminan untuk dirinya. Bukankah ini berarti tindakannya di masa
depan akan mencerminkan otoritas Sekte Dokter Surgawi?
"Terima kasih atas kepercayaan
Sekte Dokter Surgawi!"
Dengan hormat, Kiran mengulurkan
tangan, hendak menerima Pisau Pemotong Rusa serta peta itu.
Namun, pada saat itu Steven bahkan
tidak meliriknya. Dia justru melangkah maju menuju ke arah Adriel dengan
tatapan rumit, sembari menghela napas ringan di dalam hati.
No comments: