Bab 1703
Serangan ini terlihat seperti pisau
panas yang sedang memotong mentega. Dalam waktu sekejap, wajah hantu Juan
berteriak kesakitan dan hancur berkeping-keping!
Kekuatan dari pedang hantu itu sama
sekali tidak berkurang dan mulai bergerak ke arah Tandi.
Saat ini, Tandi segera mengangkat
pedangnya untuk menahan serangan dari pedang hantu. Narnun, kekuatan lawan yang
terlalu besar membuat kedua tangannya terluka. Dia hanya bisa melihat pedang
hantu itu menekannya secara perlahan.
Suara teriakan Tandi yang keras dan
menyayat hati bergema di tengah lapangan seperti suara petir yang menyambar.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin!
Bagaimana mungkin kalian sekuat ini?!" teriak Tandi dengan terkejut.
Tandi memang tahu kalau garis
keturunan Tabib Agung sangat kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat ini!
Bagaimana mungkin Adriel bisa
mengalahkan dua Master Langit Tingkat Sembilan sekaligus?
"Tolong beri kesempatan pada
keluarga Dumin, kita bisa berdamai! Mulai sekarang, kami akan mengasingkan diri
dan tidak akan membuat masalah lagi!" teriak Tandi.
"Baiklah," jawab Adriel
sambil menekan pedangnya secara terus menerus. Adriel kemudian menatapnya
dengan tatapan dingin sambil berkata, "Kamu boleh mengasingkan diri ke
neraka. Nantinya, kamu akan disusul oleh satu per satu anggota Enam Jalur
Puncak Kematian."
Tandi menggenggam erat pedang di
tangannya, lalu berkata dengan nada kebingungan, "Apakah kamu gila?
Bukankah kami hanya membunuh kedua orang tuamu? Kenapa kamu harus memusnahkan
seluruh Enam Jalur Puncak Kematian?"
"Tentu saja," jawab Adriel
dengan nada datar dan tiba-tiba menekan pedangnya dengan keras.
Di saat yang bersamaan, pedang Tandi
benar-benar patah. Ketika terdengar suara jeritannya, tubuhnya sudah terbelah
dua bagian!
Saat ini, tubuhnya sudah terbelah
menjadi dua bagian. Organ-organ yang ada di dalam tubuhnya juga keluar dari
bekas lukanya.
Sebelum hembusan napas terakhirnya, Tandi
masih sempat memuntahkan gumpalan darah dari dalam mulutnya sambil berkata
dengan terbata-bata, " Sebenarnya ... aku juga tidak ingin bergabung
dengan Enam Jalur Puncak Kematian ... semuanya ... demi keluarga... "
Adriel hanya menatapnya sambil berkata,
"Aku akan membiarkan Wiri mewarisi keluarga Dumin dengan syarat harus
memusnahkan semua orang jahat di keluarga Dumin!"
Mendengar perkataan itu, Tandi
berusaha keras untuk tersenyum dan berkata, "Terima... kasih..."
"Sebenarnya... aku sudah
melaporkan identitasmu sebagai pewaris Tabib Agung... ke atasanku. Mereka akan
segera mengirimkan orang... untuk menangkapmu. Kamu harus lebih
berhati-hati..." ujar Tandi.
Tandi kembali berkata, "Mereka
akan mengirimkan seseorang yang bernama Pembantai Darah ... bersiap -siaplah
... kamu masih bisa melarikan diri."
Adriel hanya menghela napas dengan
tidak berdaya. Kalau Adriel tidak memberikan kesempatan kepada keluarga Dumin,
Tandi mungkin tidak akan memberi tahu informasi ini padanya.
Tandi mungkin saja akan membiarkan
Pembantai Darah membunuh Adriel. Itu juga bisa dianggap pembalasan dendam
keluarga Dumin.
"Aku mengerti, tidurlah dengan
tenang. Semoga kamu tidak terlahir kembali di keluarga aneh seperti ini
lagi," ujar Adriel sambil menghela napas.
"Baik, baik," jawab Tandi
sambil menutup matanya secara perlahan. Ekspresinya terlihat tenang, tetapi
juga terlihat penuh penyesalan.
Tidak lama kemudian, Tandi pun
berhenti bernapas.
Melihat jasadnya, Adriel hanya bisa
menghela napas sambil menggelengkan kepalanya.
Sebenarnya, Tandi memiliki pandangan
hidup yang bermasalah. Dia hanya menganggap penting nyawa keluarga Dumin dan
sama sekali tidak menghargai nyawa orang lain di luar keluarga Dumin.
Namun, dibandingkan dengan anggota
keluarga Dumin lainnya, Tandi lebih manusiawi....
Saat ini, pedang yang ada di tangan
Adriel seolah- olah bisa merasakan kalau pertarungan sudah berakhir dan
perlahan-lahan berubah menjadi asap hitam.
Asap hitam ini berputar
perlahan-lahan di dekat Adriel, seolah-olah sedang mengungkapkan rasa terima
kasih padanya ...
Sebenarnya, Adriel bisa menggunakan
cara lain untuk menahan asap-asap hitam ini dan memanfaatkannya.
Namun, Adriel hanya tersenyum sambil
melambaikan tangannya dan berkata, "Selamat jalan."
Asap-asap hitam ini perlahan berubah
menjadi putih dan menyebar di atas udara. Adriel sedikit tersentuh ketika
melihat pemandangan ini.
Dia tidak hanya menyelamatkan orang
sakit, tetapi juga menyelamatkan hantu dari penderitaan mereka. Bagi Adriel,
inilah arti menjadi seorang dokter...
Namun, Adriel tiba-tiba membelalakkan
matanya dan berkata, "Wah, ini apa?"
Asap asap putih itu tidak menghilang,
malah masuk ke dalam pedang setengah jadi. Hal ini cukup mengejutkan Adriel.
No comments: