Bab 1705
Daniel, Legan dan setiap orang yang
berhubungan dengan Adriel segera pergi dengan antusias. Mereka bahkan sudah
mengirimkan permintaan pengakuan ke kota Sentana!
Ketika Adriel sadar nanti, itu adalah
hari penobatannya!
Sedangkan musuh-musuh Adriel, seperti
Kiran dan lainnya, semuanya terlihat seperti kehilangan semangat...
Pada sore hari.
Semua orang akhirnya tiba di depan
kediaman keluarga Dumin.
Tempat ini sudah menjadi area
reruntuhan.
Setelah kehancuran keluarga Dumin,
Wiri menangkap anggota-anggota keluarga Dumin yang tersisa dan menunggu untuk
diidentifikasi satu per satu.
Saat Leony turun dari mobil bersama
Wennie, dia cukup terkejut ketika melihat reruntuhan ini.
Wennie segera menarik salah satu
anggota keluarga Dumin dan bertanya, "Di mana Adriel?"
Anggota keluarga Dumin itu terdiam
sejenak, lalu menunjuk ke arah vila yang ada di depan sana.
Mereka berdua segera berlari ke arah
vila itu, tetapi begitu mereka sampai, mereka merasa seperti tersambar petir!
Mereka melihat beberapa bendera
putih, karangan bunga putih dan juga mobil jenazah di sana...
Dua wanita itu seketika merasa
seperti tersambar petir dan wajah mereka terlihat sangat pucat
"Guru... apakah Adriel sudah ...
" ujar Wennie dengan panik.
Adriel terluka begitu parah, apakah
dia sudah...
"Tidak, tidak mungkin,"
ujar Leony sambil menggelengkan kepalanya, tetapi air matanya mulai mengalir.
"Kalian ... "
Ketika keduanya sedang dalam
kesedihan yang mendalam, tiba-tiba terdengar suara yang lemah.
Di saat yang bersamaan, Adriel
terlihat duduk di kursi roda dan didorong oleh Wiri. Dia pun berkata dengan
tidak berdaya, "Aku hanya mengurus pemakaman para korban, kenapa kalian
menangis di sini?"
"Kamu!" ujar Wennie dengan
terkejut.
Dia ingin sekali memukul Adriel,
tetapi juga sangat bahagia dan ingin memeluknya.
Namun, seseorang tiba-tiba berlari
melewatinya dengan cepat.
"Kamu benar-benar
menakutiku!" ujar Leony dengan cemas sambil memeluk erat kepala Adriel.
Suasana tempat itu seketika menjadi
hening.
Ekspresi Wiri terlihat agak
kebingungan. Dia juga memiliki pandangan baru terhadap Adriel. Adriel bahkan
mempermainkan guru?
Lelaki berengsek!
Adriel tidak bisa banyak berpikir,
dia merasa wajahnya ditekan oleh benda yang sangat lembut hingga membuatnya
kesulitan bernapas.
Wennie juga kebingungan, merasa
seperti diselingkuhi...
"Hm, itu ... " ujar Leony
dengan panik setelah menyadari sesuatu.
Dia terdiam sejenak, lalu memukul
pundak Adriel sambil tertawa riang dan berkata, "Aduh, aku cuma bercanda!
Kenapa? Tidak lucu, ya?"
"Melihat keberhasilanmu, aku
bahkan tidak rela membiarkanmu lulus. Aku bahkan ingin menikahimu saja. Haha...
tidak, tidak, aku hanya bercanda! Kenapa kalian semua tidak tertawa?" ujar
Leony.
Beberapa orang akhirnya tertawa
dengan terpaksa, lalu mengalihkan tatapan mereka dengan ekspresi yang aneh.
Saat ini, Wennie tiba-tiba menghela
napas dan berkata, "Jangan jadi pahlawan lagi lain kali... "
Adriel diam sejenak, lalu tersenyum
dan berkata, " Aku bukan pahlawan, aku hanya seorang dokter biasa."
No comments: