Bab 1737
"Guru Liana, bantu aku. Energi
sejatiku saja nggak akan cukup," kata Adriel. Formasi Pembantaian
Kehidupan milik master ilahi membutuhkan energi sejati yang luar biasa banyak.
Energi sejati Adriel hampir terkuras habis.
Tanpa banyak bicara, Liana segera
menempelkan tangannya ke punggung Adriel, menyalurkan energi sejati dalam
jumlah besar ke tubuhnya.
"Bagaimana kamu bisa mengetahui
tentang formasi besar ini? Apa ini juga bagian dari warisan Tabib Agung?"
tanya Liana dengan ekspresi yang aneh.
"Aku baru saja
mempelajarinya," jawab Adriel dengan acuh tak acuh. Lalu, dia kembali
berkata, " Kebetulan, formasi ini cocok untuk menyambut musuh kuat yang
akan datang."
Liana merasa bibirnya berkedut. Dia
kehabisan kata- kata. Formasi Pembantaian Kehidupan ini sangat rumit, tetapi
Adriel berhasil mempelajarinya hanya dalam waktu singkat... Bakatnya
benar-benar melampaui batas logika.
Orang-orang di sekitarnya juga sangat
terkejut. Cara Adriel bertindak benar-benar tak terduga. Ditambah lagi, dia
menggunakan seorang master ilahi tingkat tinggi sebagai persembahan untuk
Formasi Pembantaian Kehidupan. Betapa menakutkannya itu?
Namun... bahkan Tandi yang dikenal
sebagai seorang ahli Enam Jalur Puncak Kematian tidak pernah sekejam ini. Siapa
sebenarnya yang lebih layak disebut orang dari Enam Jalur Puncak Kematian?
Pada saat ini, Adriel sibuk
mempercepat proses pembentukan formasi. Satu sisik emas mungkin tidak akan
cukup. Dia harus menggunakan metode tambahan.
Dengan pedang setengah jadi di
tangannya, Adriel menggambar pola formasi menggunakan energi sejati dengan
cepat. Namun, konsumsi energi formasi ini terlalu besar, hingga keringat dingin
mulai membasahi dahinya. Wajahnya terlihat sangat serius. Karena sedikit saja
kesalahan akan berakibat fatal.
Tiba-tiba, Adriel merasa ada sesuatu
yang aneh. Jantungnya berdebar keras, seolah-olah ada yang mengawasinya. Dia segera
mengangkat pandangannya.
Dia melihat gelombang energi sejati
yang besar meluncur ke arahnya.
Sementara itu, Leony yang sudah siap
siaga segera bereaksi. Dia berteriak dengan keras, mengayunkan Pedang Kuno
Simbol Kekuatan, menghancurkan gelombang energi sejati itu hingga lenyap.
"Datangnya cepat sekali?"
ujar Liana sambil menggertakkan giginya penuh kemarahan.
Adriel tetap tidak merasa terganggu.
Dengan wajah serius, dia terus memusatkan perhatiannya pada Formasi Pembantaian
Kehidupan.
"Setelah melintasi ribuan
kilometer, begitu tiba langsung melihat formasi sesat semacam ini."
Pada saat itu, terdengar sebuah suara
pelan penuh desahan ringan. Suara itu membawa perasaan tak berdaya, tetapi
bergema ke seluruh area.
Lalu, seseorang muncul dengan
melangkah di udara.
Orang itu adalah pria berusia lima
puluhan yang mengenakan jubah biru. Auranya tenang dan elegan, membawa kesan
seakan dia sudah melampaui dunia fana.
Di dahinya terdapat garis merah
vertikal berbentuk oval, seperti sebuah mata ketiga. Tanda ini menunjukkan
bahwa dia telah mencapai tingkat tertentu dalam kultivasi, tanda pembukaan Mata
Langit.
"Yarno Syahrir!"
Ketika melihat sosok itu, wajah Liana
tampak makin muram.
"Yarno datang! Adriel pasti akan
mati kali ini. Tapi kenapa leluhur keluargaku belum juga tiba 11
Yasmin yang melihat orang ini datang,
langsung merasa cemas dan panik.
Yarno adalah seorang genius yang
terkenal di seluruh Negara Elang.
Tiga puluh tahun yang lalu, dari
Jalan Kejayaan dia bergabung dengan Sekte Tersembunyi yang ada di balik
keluarga Syahrir, Sekte Matahari. Kini, dia kembali ke Kota Sentana sebagai
pengawas Sekte Matahari!
Jika warisan Tabib Agung jatuh ke
tangannya, keluarga Romli tidak akan mendapatkan apa-apa.
"Kalau dia yang datang, nggak
ada lagi yang perlu dikatakan," ujar Jayub dengan suara berat.
Dia tidak merasa iri terhadap Yarno
yang mungkin mendapatkan warisan Tabib Agung.
Jayub tahu dirinya sudah tua. Namun,
Yarno yang baru berusia 50 tahun, sudah sejajar dengannya. Tak ada lagi peluang
baginya untuk melampaui orang itu.
"Mendirikan formasi ini adalah
kesalahan besar. Adriel, kamu sungguh nggak pantas menjadi pewaris Tabib
Agung," suara Yarno terdengar lembut, tetapi menggema di langit, membawa
nada kecaman.
"Jangan menguliahi soal moral!
Tanpa kalian, Adriel nggak akan sampai harus membuat formasi ini! Lagi pula,
kalian bukannya nggak mau menggunakan formasi ini, tapi kalian nggak
mampu!" balas Liana dengan nada penuh kemarahan sambil berdiri di depan
Adriel untuk melindunginya dari tatapan Yarno.
"Serahkan dia, maka keluarga
Syahrir akan memiliki segalanya," kata Yarno dengan tenang, tanpa
menunjukkan amarah.
Wush!
Yarno mengeluarkan sebuah pedang
panjang di tangannya. Aura membunuhnya begitu kuat, seolah- olah pedang itu
telah menghabisi banyak nyawa.
Aura ini bahkan tidak kalah
mengerikan dibandingkan milik Jayub sebelumnya.
Ketika melihat ini, mata Liana
menyipit tajam, bersiap untuk bertarung.
"Yarno, bunuh orang itu! Tapi
keluarga Atmaja juga harus mendapatkan sebagian warisan Tabib Agung!
"kata Jayub dengan suara berat.
"Nggak perlu terburu-buru
membunuhnya. Kita bahas dulu pembagiannya," jawab Yarno sambil melirik
Adriel dengan senyum ramah.
Dia menoleh pada Jayub dengan tenang
dan penuh percaya diri, lalu berkata, "Aku datang terlambat karena sedang
berdiskusi dengan lima keluarga lainnya mengenai warisan Tabib Agung."
No comments: