Membakar Langit ~ Bab 1745

 

Bab 1745

 

Puff!

 

Saat mengatakan itu, Liana kembali memuntahkan darah segar, terlihat sangat lemah.

 

"Benar-benar cari mati... " gumam Farhan. Dia melipat lengan jubahnya dengan tenang, memandang sekeliling lagi. Namun, dia tidak menemukan tanda-tanda kehadiran energi yang baru. Wajahnya menunjukkan kekecewaan.

 

Tadi dalam pertempuran, dia sengaja membiarkan sedikit celah terbuka, berharap ada orang dari Enam Jalur Puncak Kematian yang bisa melakukan serangan diam-diam padanya. Namun, ternyata tidak ada seorang pun yang muncul.

 

"Guru Liana, kamu nggak perlu khawatir dengan nyawamu, tenang saja."

 

Adriel memaksakan senyuman. Dia menggunakan jarum emas untuk menstabilkan luka-luka Liana.

 

"Kalau benar-benar nggak bisa, gunakan saja aku sebagai pengorbanan," kata Liana.

 

Dia hanya menggelengkan kepala sedikit, sambil tersenyum dengan lemah.

 

Hati orang-orang yang mendengar kata-kata Liana langsung dipenuhi dengan kesedihan.

 

Sang Tabib Agung yang pernah menyelamatkan banyak orang kini telah tiada, sementara istrinya harus rela mengorbankan diri. Situasi ini sungguh tragis, membuat banyak orang merasa marah!

 

Adriel menatap mata Liana yang tampak makin redup Tiba-tiba, dia mengangkat pandangannya Matanya penuh kebencian ketika menatap beberapa orang yang ada di udara

 

"Membiarkan Guru Liana mati seperti ini? Itu nggak akan mungkin!" pikir Adriel.

 

"Masih mau berjuang? Lebih baik kamu menyerah saja."

 

Yasmin terkekeh dengan senyum sinis.

 

Pandanganannya tampak penuh penghinaan ketika berkata, "Adriel, jangan lagi kamu menyeret orang- orang di sekitarmu. Kalau nggak ... "

 

Adriel tiba-tiba menatapnya dengan tatapan tajam, lalu berteriak dengan keras, "Enam Jalur Puncak Kematian, aku beri kamu kesempatan terakhir! Kalau nggak muncul juga, aku akan meledakkan diriku! Kalian nggak akan mendapatkan apa-apa!"

 

Adriel tampak seperti memberi ultimatum terakhir yang penuh keputusasaan. Namun, tangannya tetap memegang erat potongan sisik emas, berniat menggunakan ledakan diri untuk memaksa Enam Jalur Puncak Kematian muncul!

 

Adriel tahu bahwa dalam situasi ini, dia hanya memiliki satu kesempatan, yaitu bergantung pada sisik emas yang diberikan oleh Wendy untuk melakukan perlawanan.

 

Namun, jika Enam Jalur Puncak Kematian tidak muncul, itu berarti mereka masih bersembunyi di bayang-bayang. Setelah sisik emas digunakan, tidak akan ada cara untuk menghadapi mereka.

 

Dalam menghadapi ancaman saat ini, Adriel harus memaksa orang-orang Enam Jalur Puncak Kematian untuk keluar, lalu mengalahkan mereka semua sekaligus untuk mengatasi krisis ini.

 

Setelah Adriel berkata demikian, Farhan dan yang lainnya tampak sedikit terkejut.

 

"Anak ini punya cara untuk meledakkan dirinya?"

 

"Dia pasti hanya bicara omong kosong... " kata Jeff yang merasa bingung sambil menggelengkan kepalanya.

 

Namun, pada saat ini Yarno mulai waspada, memerhatikan sekeliling. Hanya saja, sama sekali belum ada tanda-tanda munculnya orang lain.

 

Dia menatap dengan tatapan dingin sambil berkata, "Jangan lengah. Jeff, Farhan, kalian berdua serang bersama-sama, pastikan anak itu nggak mati. Yang lainnya terus berjaga-jaga."

 

Orang-orang lainnya mengangguk sedikit.

 

Setelah mendengar itu, Farhan dan Jeff pun tidak berani mengambil risiko. Mereka khawatir Adriel benar-benar akan mati.

 

Mereka segera bergerak bersamaan. Dua gelombang tekanan yang sangat besar segera menyebar, langsung menekan ke arah Adriel!

 

"Bagus, bagus... "

 

Adriel menatap dengan mata penuh kebencian, dalam hati memaki, "Enam Jalur Puncak Kematian memang benar-benar licik. Sudah sampai seperti ini, tapi mereka masih bisa bersabar, nggak muncul juga."

 

Jika Enam Jalur Puncak Kematian bisa begitu sabar, Adriel juga tidak akan peduli lagi.

 

Dia akan membunuh semua orang ini, membuat mereka menjadi tumball

 

"Guru Liana, kita akan bertemu lagi di kehidupan berikutnya "kata Adriel dengan suara pelan.

 

"Di kehidupan berikutnya kita jangan pernah bertemu lagi. Aku benar-benar berutang pada kamu dan gurumu. Di kehidupan berikutnya, aku nggak akan pernah memberikan nyawa untuk kalian berdua lagi... " ujar Liana. Wajahnya yang pucat menampilkan senyuman lemah.

 

"Adriel!"

 

Leony dan yang lainnya berteriak dengan suara penuh kesedihan.

 

Adriel menatap Wennie dan yang lainnya, tersenyum penuh keikhlasan.

 

Kehidupan ini, sudah cukup ...

 

Di atas kepala, dua gelombang tekanan besar sudah datang menghampiri!

 

Adriel menghela napas pelan, menutup matanya dengan pasrah, seolah menerima nasibnya.

 

Namun, tiba-tiba tekanan ketiga yang kuat muncul dari atas!

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1745 Membakar Langit ~ Bab 1745 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 19, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.