Bab 22
Doddy menunjukkan posturnya,
“Ini Wing Chun yang diwariskan
jenderal tua kepada Ayah. Jari-jari kaki harus mencengkeram lantai, telapak
kaki harus kosong, dan lutut harus sedikit ditekuk. Pantat seperti duduk di
kursi, kelangkangnya diangkat, tulang ekornya diturunkan. Lalu otot perut harus
ditahan, dada juga harus terbuka. Kedua tangan seperti mau mencengekeram
sesuatu, bahunya diturunkan, siku ditekuk. Terus, dagu ditarik masuk dan
kepalanya harus kayak lagi menahan sesuatu. Kalau berdiri lama dengan cara
begini, kekuatannya bisa bertambah, reaksinya juga bisa jadi cepat. Jadi, satu
orang juga bisa langsung lawan beberapa orang.”
Wira pun terkejut. Teknik yang
diajarkan Doddy ini mirip pencak silat Atrana Kuno.
Di era di mana informasi tersebar di
mana-mana, segala jenis bela diri juga diposting di internet.
Ada banyak orang yang menontonnya,
tetapi jarang ada yang mempraktikkannya.
“Kak Wira, ini warisan rahasia. Ayah
bahkan nggak kasih tahu kedua pamanku itu!”
Doddy berbisik,
“Ayah bilang tubuhmu lemah. Jadi, dia
suruh aku ajarkan Wing Chun ini ke kamu supaya tubuhmu jadi kuat. Tapi kamu
nggak boleh sebarin, ya! Ini jurus warisan keluarga jenderal tua!"
"Kalau gitu, aku mau coba!"
Wira juga mengikuti postur Doddy,
tetapi kehilangan fokus pada hal-hal utama.
Setelah berdiri sekitar 5 menit, dia
pun tidak tahan lagi.
Doddy mengerutkan keningnya.
"Kak Wira, kalau kayak gini,
kamu nggak bakal berhasil! Kamu harus berdiri sampai benar-benar habis
tenaga,baru kekuatanmu bisa mulai bertransformasi. Dulu waktu aku sudah nggak
tahan, Ayah selalu pukul aku pakai rotan hingga aku nggak punya pilihan lain
selain lanjut berdiri.Aku nggak bakal pukul kamu, biar Ayah saja yang
melakukannya besok!"
"Lagi!"
Wira berdiri dengan pose yang
diajarkan Doddy lagi.
Dia tidak pernah berpikir untuk
berlatih hingga menjadi sehebat Doddy.
Namun, dia harus meningkatkan
kebugaran fisiknya.
Pada era ini, ilmu kedokteran masih
sangat terbelakang. Bahkan hanya masuk angin dan demam biasa saja sudah bisa
membuat orang meninggal.
Apalagi sekarang dia juga sudah punya
seorang istri cantik.
Wira terus berlatih. Pada latihan
terakhir kali, Wira sudah bisa bertahan selama 10 menit.
Selesai latihan, langit sudah terang.
Wira pun mencuci wajah dan menyikat
giginya. Tiba-tiba, terdengar suara tangisan yang kuat.Sony dan ketiga kakaknya
sedang menangis sambil berjalan ke rumah Wira.
Sekelompok warga dusun pun mengikuti
mereka.
"Wira, uang perakku hilang! Lima
puluh ribu gabakku sudah lenyap! Aku sudah nggak bisa nikah!"
Begitu masuk ke rumah Wira, Sony
langsung menangis tersedu-sedu.
Semalam, begitu pulang ke rumah, dia
sudah mendapatkan perlakuan istimewa.
Sinta memasakkan empat lauk, Sofyan
membawakan setengah botol arak anggur, dan Said membawakan sepotong dendeng
untuknya.
Mereka sekeluarga berkumpul untuk
merayakan Sony yang menjabat menjadi wakil ketua tim penangkap ikan.
Bagaimanapun juga, wakil ketua bisa mendapatkan gaji 3000 gabak sebulan.
Sony sudah mabuk berat, tetapi
menolak tawaran kakak iparnya untuk tidur di kamar.
Jadi, dia tetap tidur di kandang
sapi.
Begitu bangun tadi pagi, 50 ribu
gabaknya sudah hilang!
"Dasar kamu ini! Kenapa nggak
kasih tahu kami kalau Wira sudah kasih begitu banyak uang untukmu? Kamu takut
kami minta, ya? Suruh kamu tidur di kamar, kamu juga nggak mau.Takut kami curi
uangmu? Sekarang,uangmu sudah hilang! Apa kamu sudah puas? Itu 50 ribu gabak,
lho!"teriak Sinta sambil menangis.
Sony juga menangis. Dia bukan takut
kakak dan kakak iparnya mencuri uang itu. Dia takut mereka akan meminjamnya.
Uang itu adalah uang yang diberikan Wira kepadanya agar dia bisa membangun
rumah dan menikah.
Sofyan, Said, dan Surya juga ikut
menangis. Di pedesaan, 50 ribu gabak adalah jumlah yang besar. Bahkan orang
paling kaya di desa sekali pun akan menangis sedih apabila kehilangan begitu
banyak uang!
"Aku juga pulang dulu untuk
periksa apa rumahku kemalingan apa nggak!"
Wira dan Sony sudah dirampok. Doddy
pun terkejut dan buru-buru pulang ke rumah.Para warga desa juga terkejut.
Wira juga memberi uang perak kepada keluarga
Hasan?Mereka berempat baru mengikuti Wira sehari, tetapi sudah mendapat begitu
banyak uang.
Jika begitu, orang yang mengikuti
Wira bisa kaya!
"Kak Wira, maaf. Aku sudah
kehilangan uang yang kamu kasih!"
Sony yang masih terlihat sangat
bersemangat kemarin sudah menjadi lemas hari ini.
Jika uangnya hilang, rumah batu dan
istri cantik sudah tidak mungkin didapatkannya.
Dia akan kembali menjadi gelandangan.
Wira berkata dengan tegas,
"Buat apa nangis! Kalau sudah
hilang, ya sudah!Toh bukannya nggak bisa dihasilkan kembali! Kamu itu seorang
pria dewasa! Masa nangis-nangis kayak perempuan? Memangnya kamu nggak malu?
Cepat berhenti!"
Sony langsung menutup mulutnya.
Dia tidak berani meneteskan air mata
lagi.
Sinta, Sofyan, Said, dan Surya juga
tidak berani menangis mengeluarkan suara.
Wira menatap semua warga dusun sambil
berkata,
"Kalian semua pulanglah. Hari
ini tim penangkap ikan sudah mau mulai kerja. Habis makan, tunggu saja perintah
dari Paman Hasan. Ini kesempatan kalian mendapatkan uang. Jadi, kalian nggak boleh
ceroboh."
Para warga dusun yang datang menonton
keramaian buru-buru mengangguk, lalu pulang ke rumah masing-masing.
Masalah Sony tidak ada hubungannya
dengan mereka. Tim penangkap ikan baru bisa menghasilkan uang untuk mereka.
Saudara-saudara Sony tidak pergi.
Mereka sekeluarga seolah-olah sudah
kehilangan semangat hidup mereka.
Wira pun menghibur,
"Semangat dikit, dong! Toh cuman
uangnya saja yang dicuri. Kalau kita pakai cara yang tepat, kita pasti bisa
menemukannya."
Mata Sony langsung berbinar.
"Masih bisa ketemu lagi?"
Ketiga kakak Sony juga menjadi
bersemangat.
Wira berkata lagi,
"Tergantung kamu.Kamu sering
berkeliaran ke mana-mana, apa kamu tahu ada perampok yang tinggal sekitar 10
kilometer dari sini?"
Kemarin, mereka baru menunjukkan
kekayaan mereka.
Malamnya, sudah langsung ada orang
yang mau merampok mereka. Pelakunya pasti orang yang tinggal di dekat dusun mereka.
Dalam waktu yang begitu singkat,
informasinya tidak mungkin tersebar jauh. Paling jauh juga 10 kilometer.
No comments: