Perjalanan Dimensi Waktu - Bab 27

 

Bab 27

 

"Diam! Siapa yang berani berkata lagi akan dijebloskan ke penjara juga!"

 

seru Jamadi dengan nada dingin dan ekspresinya juga tampak tegas.

 

Dia sering melihat hal seperti itu. Meskipun terlihat menyedihkan, tetap saja ada beberapa pencuri yang terlahir sebagai orang jahat. Jadi, dia tidak tersentuh sedikitpun.

 

Jika ingin bertahan di dunia yang kacau ini, hati pun harus teguh.

 

Penduduk desa yang mendengar ini tidak berani mengatakan apa-apa lagi. Sementara itu, Ibunya Gavin beserta ketiga menantunya hanya bisa menyeka air mata dan terisak.

 

"Gavin, Gandi, Ganjar, kemarin malam, kalian pergi ke kediaman Wira untuk merampok. Ganjar, Doddy memukulmu dari belakang. Gandi, kamu dicakar di bagian bahu. Sekarang, bukti ada di depan mata. Kalian mau mengaku atau nggak?"

 

Wira pun membuka pakaian mereka berdua, lalu mendapati bekas tinju di punggung Ganjar dan luka gores di bahu Gandi. Selain itu, Wira juga mengeluarkan sobekan pakaian yang ternoda darah. ketiga bersaudara itu saling memandang, lalu mengangguk dan berkata,

 

"Mengaku!"

 

Bukti kuat ada di depan mata. Ketiga bersaudara itu tentu tidak bisa menyangkalnya.

 

Jamadi mengangguk puas, lalu berkata,

 

"Baguslah kalau kalian mau mengaku. Bagaimana dengan uang yang kalian curi dari Sony?"

 

"Uang?"

 

tanya ketiga bersaudara itu bingung. Mereka hanya pergi ke rumah Wira untuk mencuri.

 

Namun, ketiganya malah dipukuli oleh Doddy sebelum sempat mendapatkan apa pun.Ibunya Gavin dan ketiga menantunya menyeka air mata, lalu berkata,

 

"Mereka sama sekali nggak dapat apa-apa. Ganjar bahkan pulang dalam keadaan terluka."

 

"Sepertinya bukan mereka pelakunya. Orang yang mencuri uang Sony adalah orang lain!"

 

Jamadi memandang Wira, lalu berujar,

 

"Tuan Wira, apa yang kamu pikirkan?"

 

Wira mengangguk dan berkata,

 

"Gavin, siapa yang memberitahumu kalau keluargaku punya uang?"

 

Semua penjahat pasti punya informan.

 

Sebelum mencuri, informan akan terlebih dahulu mengawasi. Jika mereka main asal curi, pasti akan gagal.

 

"Setiap geng punya peraturan masing-masing. Kami nggak mungkin mengkhianati informan kami!" ucap salah satu ketiga bersaudara itu.

 

Setelah memandang ibu, istri, dan anak-anak mereka, mereka pun diam seribu bahasa.

 

Melihat ini, Jamadi memberi isyarat mata ke pengikutnya.

 

Buk, buk, buk!

 

Tanpa memedulikan warga di sekitar, para pemanah dan anggota wajib militer langsung mengepung dan memukul ketiga bersaudara itu seraya berkata,

 

"Katakan!"

 

Detik berikutnya, ketiga bersaudara itu sudah bersimbah darah.

 

Namun, tidak ada seorang pun yang buka mulut!Banyak warga yang memelototkan mata mereka karena marah, tetapi tidak ada yang berani mengadang.

 

Wira mengerutkan alisnya, lalu berujar,

 

"Cukup!"

 

Pemanah dan pasukan pun berhenti.

 

Jamadi mengerutkan alisnya dan berkata, "Tuan Wira, mereka bersikeras. Kita nggak akan bisa mendapatkan jawabannya. Bagaimana kalau kita membawa mereka ke pengadilan daerah, biarkan mereka yang mengurusnya."

 

"Nggak usah!"

 

Wira menggeleng dan berkata,

 

"Aku saja yang tanya!"

 

"Kamu?"

 

tanya Jamadi sambil memandang Wira dengan tatapan menghina. Dia saja tidak bisa mendapatkan jawaban meski sudah menyuruh pengikutnya memukul dan menendang, bagaimana mungkin seorang Wira bisa mendapatkan jawabannya?

 

Gavin menggertakkan giginya dan berkata, "Kami nggak akan mengkhianati informan kami. Nggak usah buang energimu!"

 

Wira mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu berkata,

 

"Tuan Jamadi, tolong suruh semua warga desa pergi dan jangan menonton di sini."

 

Jamadi melihat ke sekeliling dengan galak, begitu juga para pemanah dan anggota wajib militer yang dibawanya

 

Kemudian, dia berteriak,

 

 

"Persetan! Cepat bubar dan kerjakan urusan kalian masing-masing! Jangan berkumpul di sini!"

 

Warga desa pun terpaksa bubar.

 

Setelah itu, Wira memandang ke arah tiga bersaudara itu seraya berkata,

 

"Kalian nggak berani mengungkapkan identitas informan itu karena kalian takut waktu kalian di penjara,informan itu akan menyusahkan keluarga kalian, 'kan?"

 

Gavin, Gandi, dan Ganjar langsung terdiam. Ternyata itu adalah hal yang paling mereka khawatirkan.

 

Wira yang melihat ekspresi mereka memicingkan mata dan berkata,

 

"Kalau begitu, apa kalian pernah memikirkan bagaimana nasib ibu, istri, dan anak-anak kalian ketika kalian masuk penjara? Kalau kalian kekeh seperti ini, apa mereka akan memberi keluarga kalian uang selama kalian di penjara?"

 

Ketiga bersaudara itu terperanjat. Air mata mereka sontak mengalir dan raut wajah ketiganya tampak putus asa.

 

Tanah keluarga telah dijual, ibu mereka pun sakit-sakitan.

 

Jika hanya mengandalkan istri yang menanam sayuran, jangankan membawa ibunya berobat, untuk kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup. Mungkin, tidak sampai satu bulan setelah mereka dipenjara, keluarga ketiganya tidak akan bisa bertahan hidup dan terpaksa menjual anak-anak mereka.

 

Mengenai informan, mereka juga tidak tahu mendetail. Jika informan itu ada uang pun, informan itu tidak akan memberi keluarga mereka uang! Sementara orang dibalik informan itu, tidak meminta tip saja sudah membuat mereka bersyukur.

 

Ketiga bersaudara pun bersujud lagi dan lagi. Salah satu dari antara mereka berkata,

 

"Tuan Wira, tolonglah. Kami nggak mencuri apa pun. Tolong, ampuni nyawa kami. Kami bersujud padamu. Tolong, berbelas kasihlah dan selamatkan kami. Kalau nggak, keluarga kami akan tercerai-berai!"

 

Jamadi memandang Wira sembari berpikir bahwa bocah ini ternyata hebat juga. Tiga pencuri ini menolak patuh meski sudah dipukuli, tetapi Wira yang hanya berucap beberapa kata justru bisa membuat mereka menjadi seperti ini.

 

Wira pun mendongak seraya berkata,

 

"Tuan Jamadi, aku sepertinya salah ingat. Kemarin malam, bukan tiga orang yang merampok rumahku, tapi satu orang!"

 

Jamadi yang mendengar ini tidak bisa menahan diri untuk tidak memasang sikap tegas. Dia berkata,

 

"Tuan Wira, jelas-jelas mereka bertiga pelakunya.Kenapa sekarang malah bilang pencurinya satu orang? Menangani kasus itu nggak seperti permainan.Aku ini nggak akan memihak!"

 

Namun, Wira malah menyodorkan 2000 gabak dan berkata dengan serius,

 

"Benar-benar hanya satu orang. Kalau nggak percaya, coba tanya ke Doddy yang mengusir pencuri itu!"

 

"Jelas-jelas...!"

 

ucap Jamadi kebingungan.

 

Bab Lengkap 

Perjalanan Dimensi Waktu - Bab 27 Perjalanan Dimensi Waktu - Bab 27 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 16, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.