Bab 28
Doddy awalnya masih belum bereaksi.
Namun, dia langsung menatap ke arah Wira dengan serius begitu dipukul oleh
Danu. Doddy pun berkata,
"Ya, ya. Hanya satu
pencuri."
"Ya. Tiap orang pasti punya
ingatan yang buruk. Syukurlah kalau ingat,"
ujar Jamadi sambil diam-diam
mengambil uang itu.
Kemudian, dia melanjutkan,
"Pencurinya ada satu, tapi kita
lebih tangkap dua orang. Tuan Wira, apa kamu mau melepaskan mereka?"
Wira memandang ketiga bersaudara itu,
lalu berkata,
"Kalian bertiga, pilih sendiri
siapa di antara kalian yang akan masuk penjara dan siapa yang akan tinggal
untuk mengurus keluarga!"
Tiga bersaudara itu terkejut sejenak,
lalu mulai berebut mau masuk penjara.
"Aku adalah yang tertua, aku
akan masuk penjara. Kalian berdua, tolong jaga keluarga kita baik-baik!"
ujar Gandi.
"Kak, Gandi aku saja yang pergi.
Aku sudah terluka dan hidupku nggak lama lagi. Biarkan aku saja yang masuk
penjara," celetuk Ganjar.
"Kak Gavin, Ganjar, aku saja
yang pergi. Ada bukti sobekan bajuku waktu bahuk tercakar," sahut Gandi.
"Sudahlah!"
ucap Wira sambil melambaikan
tangannya. Dia berkata,
"Gandi saja yang masuk penjara.
Ada bukti robekan bajunya dan bahunya terluka. Akan mudah memberi penjelasan di
pengadilan daerah."
Jamadi pun melirik ke pengikutnya dan
dua pasukannya segera melangkah maju untuk melepaskan belenggu Gavin dan
Ganjar.
Di sisi lain, tiga bersaudara itu
memandang Wira dengan ekspresi yang rumit.Wira yang tidak memasang ekspresi apa
pun berkata,
"'Sekarang, beri tahu aku siapa
informan itu!"
Namun, ketiga bersaudara tampak
ragu-ragu.
"Cepat katakan! Tunggu apa lagi?
Apa kalian mau Tuan Wira menjebloskan kalian semua ke penjara?"
Ibu dan ketiga menantunya tampak
cemas.Wira telah mengeluarkan 2000 gabak. Jika ketiga putranya tidak mau
memberi tahu, takutnya mereka akan dibelenggu lagi.Gavin, kakak tertua,
menunduk dan berkata,
"Mereka adalah Lianam dan
Liteja!"
Sorot mata Wira pun menjadi muram.
Dia bertanya,
"Apakah mereka ada bilang siapa
yang menyuruh mereka datang?"
Lianam dan Liteja, mereka adalah dua
dari empat asisten Budi kemarin.
"Nggak ada. Mereka hanya bilang
kalau kamu kaya dan banyak uang.Kalau kami mendapatkannya, kami harus membagi
uangnya dengan mereka!"
jawab Gavin sambil menunduk
kepalanya.
Entah mengapa sorot mata Wira
membuatnya takut.
"Bawa Ganjar pergi berobat.
Kalau sudah nggak sanggup lagi, pergilah ke kediamanku dan cari aku. Aku akan
melupakan kejadian hari ini.
Nanti,aku akan mengeluarkan uang di
pengadilan daerah untuk mengurangi penderitaan Gandi!"
Wira kembali mengeluarkan 2000 gabak
dan meletakkannya di tangan Gavin. Setelah itu, dia berbalik dan pergi.
Tiga bersaudara ini tercengang.
Wira telah mengetahui siapa informan
itu dan masih memberi mereka uang?
Jika ditotalkan, Wira telah
mengeluarkan 4.000 gabak untuk mereka. Hal seperti ini belum pernah terjadi
sebelumnya.
Mana ada korban membantu pencuri?
Bahkan, memberi uang kepada pencuri untuk berobat!Wajar jika tiga bersaudara
ini tercengang.
"Kalian bertiga benar-benar
bajingan. Beraninya kalian mencuri dari orang sebaik ini!" teriak ibunya
Gavin.
Ibunya Gavin beserta ketiga
menantunya terkejut, lalu terus bersujud ke arah punggung Wira.Gavin, Gandi,
dan Ganjar juga menangis sembari bersujud ke tanah berkali-kali.
Di sisi lain, Jamadi beserta
pengikutnya memandang punggung Wira seakan-akan sedang melihat orang bodoh.
Apa otak bocah ini rusak?
Pencuri sudah tertangkap. Namun,Wira
tidak hanya mengeluarkan uang untuk melepaskan pencuri-pencuri itu, dia juga
memberi uang kepada mereka untuk berobat. Bukankah ini sama saja dengan membuat
pencuri ingin merampok rumahnya?
Salah! Masih ada satu yang tidak dilepaskan.Di
sisi lain, Danu, Doddy, dan Sony menghela napas.
Mereka menganggap bahwa Kak Wira ini
terlalu baik.
Akhirnya, sekelompok orang pun
membawa Gandi pergi ke tempat Budi untuk menangkap Lianam dan Liteja.
Ketika di perjalanan, Jamadi
menyipitkan matanya dan berkata,
"Wira, menangkap Lianam dan
Liteja bukanlah tujuanmu. Tujuanmu yang sebenarnya adalah Budi, bukan?"
Wira pun tertawa, lalu berujar,
"Bagaimana mungkin?"
"Kenapa nggak?"
Jamadi berkata dengan suara yang
tinggi,
"Lianam dan Liteja adalah anak
buah Budi. Kamu sudah memukul Budi kemarin. Lalu, Lianam dan Liteja memberi
tahu ke Gavin bersaudara malamnya. Sudah pasti Budi yang menginstruksikan
mereka."
"Tuan Jamadi, Anda sangat
akurat!"
Wira yang kagum memberi hormat, lalu
berujar,
"Karena kamu sudah menemukan
dalangnya, ayo, kita tangkap dia!"
Danu, Doddy, dan Sony langsung
bergidik. Ketiganya tidak menyangka bahwa tujuan Wira mencari Jamadi hari ini
sebenarnya untuk menjatuhkan Budi.
"Jangan bicarakan hal-hal nggak
berguna ini. Menjatuhkan Budi bukan hal sepele."
Jamadi berkata dengan ekspresi tak
berdaya,
"Kami ini sama-sama pejabat
pemerintahan. Apa yang akan dipikirkan oleh rekan-rekankunanti? Bagaimana aku
bisa hidup di masa depan nanti?"
"Aku mengambil 2.000 gabak hanya
untuk menangkap pencuri, bukan untuk menjatuhkan seorang kepala desa. Aku
benar-benar nggak bisa melakukannya!"
"Benar-benar nggak bisa?"
Wira memastikan.
"Ya!" sahut Jamadi dengan
tegas.
"Aku akan tambahkan
uangnya!"
tawar Wira.
"Hehe, ini bukan masalah uang.
Aku, Jamadi, adil dan berintegritas. Aku menegakkan hukum dan nggak berpihak.
Aku nggak akan menyalahkan orang baik atau membebaskan orang jahat! Kamu mau
tambah berapa banyak?"
No comments: