Bab 30
Warga desa yang mendengar ini
langsung menghentikan langkah mereka.
"Jangan dengarkan dia. Aku ini
kepala desa. Siapa pun yang bisa menangkap atau memukul anak nggak berguna itu,
uang sewa tahun depan akan dibebaskan 10%." Budi menawarkan hadiah.
Ini memang kurang setengah dari yang
dijanjikan. Namun, ucapan Budi ini tetap membuat warga desa menggila dan
menyerbu ke depan.
"Berhenti! Berhenti! Kalau
kalian masih berani maju,aku akan melepaskan panah!" teriak Jamadi dan
suaranya melengking.
Namun, warga tidak berhenti sama
sekali. Jadi, dia segera berteriak kepada bawahannya untuk bubar dan berkata
kepada Wira,
"Wira, nggak bisa. Mereka sudah
menggila. Ayo, mundur dulu. Aku nggak akan kenapa-kenapa, tapi kamu bakal
dipukul sampai mati!"
Pemanah dan prajurit kekar pun mundur
ketakutan!
"Berikan aku busur dan anak
panah!"
Wira meraih seorang pemanah, lalu
mengambil busur dan anak panah di tangannya. Setelah itu, dia menarik anak
panah tersebut.
Wooosh!
Panah bulu meninggalkan tali busur
dan memelesat ke arah penduduk desa.
"Aaa!"
Penduduk desa yang menyerbu melihat
Wira yang benar-benar melepaskan anak panah. Semuanya pun ketakutan dan
langsung berhenti.
"Siapa pun yang berani maju, aku
akan langsung menembakkan anak panah ini!"
Melihat kekuatan dari anak panah ini,
Jamadi langsung berhenti dan
memanggil tiga pemanah. Tiga pemanah pun bersiap menembak.Wira berkata dengan suara
yang dalam,
"Danu, tangkap Budi!"
"Baik, Kak Wira!"
ucap Danu dan dia segera mengambil
tongkat yang dibawanya.
Dia pun mengejar Budi bak seekor
harimau ganas yang baru turun gunung.
"Bagaimana dua putra Hasan bisa
sehebat ini?"
Budi mengingat serangan Doddy yang
kemarin, lalu melihat kekuatan Danu yang sekarang.
Alhasil, dia berkeringat dingin dan
langsung melarikan diri seraya berkata,
"Adang dia dan biaya sewa tahun
depan akan dibebaskan 20%!"
Warga desa yang baru saja kehilangan nyali
langsung bersemangat lagi.
Mereka pun mengacungkan senjata dan
menyerbu!
"Orang-orang yang malang ini
benar-benar menggila!"
Melihat ini, parapemanah tidak bisa
tenang. Jadi,Jamadi buru-buru berkata,
"Wira,cepat suruh Danu kembali.
Dia hanya bisa melawan satu orang, bukan segerombolan orang!"
Wira juga tegang. Bagaimanapun,Paman
Hasan pernah mengatakan bahwa dirinya memang bisa melawan 10 orang dengan
tangan kosong, tetapi 5 atau 6 orang yang membawa senjata bisa mengepung dan
membunuhnya.
Sekarang, Danu dikelilingi oleh
ratusan orang dan semuanya membawa senjata!
Namun, tepat ketika Wira ingin
memanggil Danu kembali, semua orang menatap ke depan dengan mata yang
terbelalak. Tidak ada yang berani memercayai apa yang telah mereka lihat.
Huuusss!
Tongkat milik Danu bergetar sehingga
menyebabkan suara raungan yang dahsyat. Akibatnya, semua senjata berupa
tongkat, garpu tanah, dan garu langsung terpental.
Kini, tidak ada orang yang berani
mendekatinya. Dalam sekejap mata, puluhan warga desa terjengkal ke tanah dan
sisanya mundur ketakutan.
"Teknik menembak!"
Gandi tercengang. Ayahnya pernah
berkata bahwa ada seorang jenderal yang berpakaian baju zirah dan menunggang
kuda sambil membawa senjata besar. Dia bisa membunuh orang di medan perang
seperti sedang memotong rumput. Gandi tidak pernah memercayai ini sebelumnya.
Namun, setelah menyaksikan Danu
mengayunkan tongkat itu, dia mulai percaya!
"Nak, bukankah anak ini bilang
kalau dia hanya bisa melawan satu orang?Kenapa dia sehebat ini?"
tanya Jamadi sambil menelan ludahnya.
Kemudian,dia menatap empat pemanahnya dan nyali mereka kembali menjadi kuat.
Tidak peduli seberapa hebatnya
kemampuan bela diri orang-orang yang menyerbu ini, selama tidak mengenakan baju
zirah, para pemanah ini bisa menembakkan panah mereka.
Wira akhirnya mengerti.
Paman Hasan hanya mengatakan jika
pihak lawan membawa senjata, tetapi tidak ada mengatakan jika Danu dan Doddy
membawa senjata bisa melawan berapa orang.
Buk, buk, buk....
Tongkat milik Danu kembali bergetar.
Lantaran tidak ada warga desa yang
bisa mengadangnya, dia pun segera mengejar Budi dan menangkapnya.
Setelah itu, Danu membawa Budi
kembali dan melemparkannya ke kaki Wira seraya berkata,
"Kak Wira, aku berhasil
menangkapnya!"
Budi tampak putus asa.
Kemarin, dia telah dipukul sangat
parah. Hari ini,nasibnya tidak perlu dikatakan lagi.
Wira diam saja.
Dia memandang Jamadi sambil berkata,
"Cepat tahan.dia!"
"Cepat belenggu dia!" perintah
Jamadi dengan terburu-buru.
Kedua prajurit kekar pun membelenggu
Budi yang gemetaran.
Kepala Desa Pimola benar-benar
digulingkan dari jabatannya hari ini.
Di sis i lain, seluruh warga desa
menyaksikan ini dengan ekspresi yang rumit.
Meskipun berasal dari desa yang sama,
Budi juga sudah menindas mereka. Namun, tiap kali panen,perkelahian yang
terjadi di Dusun Silali lebih sedikit dibanding desa lainnya.
"Kalian berani?" teriak
Budi.
Ketika belenggunya dieratkan, dia
menatap Jamadi sambil menggertakkan giginya dan berkata,
"Jamadi, kita ini rekan. Kamu
benar-benar ingin melakukan ini? Aku akan membayar 2000 gabak dan mentraktir
semua orang untuk minum. Jangan bawa aku ke pengadilan daerah!"
"Kamu anggap aku ini apa? Kamu
pikir bisa membeliku dengan 2000 gabak? Aku, Jamadi, adil dan berintegritas.
Aku nggak mementingkan diri sendiri. Mana mungkin aku melanggar hukum demi
mendapat keuntungan pribadi? Bawa dia!"
Namun, Jamadi mengutuk diam-diam.
Cuih, dasar pelit. Sudah ditangkap
hanya memberiku 2000 gabak?
Wira saja memberiku 6000 gabak.
"Kurang?" Melihat ekspresi
Jamadi,
Budi akhirnya mengerti.
Dia pun memandang ke arah Wira sambil
menggertakkan giginya, lalu berkata,
"Nggak peduli seberapa banyak
uang yang dia berikan padamu, aku akan menggandakannya. Cepat lepaskan
aku!" Mendengar ini, mata Jamadi langsung berbinar. Dua kali lipat dari
6000 gabak? Itu artinya 12000 gabak!
Update bos
ReplyDelete